Selamat datang di novel kedua author!!
Terimakasih sudah mampir dan baca di sini❤
Seperti biasa author bikin novel dengan minim konflik karena novel author adalah hasil kehaluan author yang direalisasikan dalam bentuk kisah sempurna tanpa cela sedikitpun😆
Happy reading love!
BRIANNA STANFORD, wanita cantik pemilik mata heterochromia dijadikan jaminan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya. Kakaknya meminta suntikan dana kepada pengusaha muda multinasional ALLARD LEONARDO SMIRNOV dengan alasan untuk membangun kembali perusahaannya yang hampir colaps. Bagaimana nasib Brianna ditangan Allard? Akankah cinta tumbuh diantara keduanya? Sedangkan Brianna sudah mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan pernah menikah.
Simak terus ceritanya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
DORR
Terdengar suara tembakan yang entah dari mana asalnya. Tak lama setelah suara tembakan itu terdengar, beberapa pria berbadan tegap masuk ke dalam resort dan membuat keributan di sana.
Semua orang nampak berteriak dan berlari untuk bersembunyi atau bahkan keluar dari dalam resort. Tubuh mereka saling bertabrakan dengan sesamanya atau bahkan dengan meja dan kursi yang ada. Mereka seakan lupa dengan jalan keluar karena kepanikan yang melanda. Orang-orang berbadan kekar itu mengacau dengan brutal di resort yang baru saja di resmikan.
Allard dan Brianna yang masih berada di lobby resort pun merasa ada keanehan di bawah. Ia mengeluarkan Brianna untuk menyelematkannya dan membawanya keluar melalui pintu belakang. Brianna memegang erat tangan Allard.
"Sial. Siapa yang berani mengacaukan acaraku?" Umpat Allard sembari berusaha membawa Brianna keluar.
"Al, adakah tempat aman untuk Bethany, Brianna dan Mia?" Tanya Axel yang melangkah mendekat sambil membawa Bethany dan Mia.
"Ada. Kau tenang saja." Jawab Allard.
"Dimana Hana?" Tanya Brianna.
"Aku tak tahu. Sejak tadi ia tak ada di area resort." Jawab Axel.
"Aku akan mencarinya nanti." Jawab Allard.
Sambil terus berlari, Allard berusaha untuk menghubungi Vector.
"Paman turunkan semua anak buah kita untuk mengatasi kekacauan di sini terutama di bagian lobby." Ujar Allard saat panggilan mulai tersambung sambil terus berjalan menghindari kekacauan di dalam.
"Ya, mereka tak jauh dari lobby." Jawab Vector yang juga sedang sibuk menghalau beberapa orang yang melakukan penyerangan.
"Beri aku dua pengawal dan suruh mereka menunggu di pintu belakang. Bawakan juga beberapa senjata." Kata Allard.
"Ya Al. Mereka belum menjamah bagian belakang resort. Anak buahmu akan segera di sana dengan cepat." Jawab Vector.
"Fokus di bangunan inti dan belakang saja. Habisi semua yang berhasil menembus gerbang depan." Sahut Allard dan langsung memutus panggilannya tanpa harus menunggu jawaban dari Vector.
Saat Allard sampai di pintu belakang, dua anak buahnya sudah menunggu di sana dan langsung menyerahkan empat buah pistol dan satu buah belati. Dua pistol di antaranya Allard berikan kepada Axel.
"Honey, larilah ke sisi kanan bangunan resort. Lari terus hingga kau menemukan sebuah paviliun kecil di sana. Paviliun itu terhalang oleh tanaman yang cukup tinggi. Kau harus menembusnya baru kau bisa menemukannya. Dan tunggu di sana sampai aku menjemputmu." Ucap Allard dengan kedua tangan yang menangkup wajah Brianna.
"Kau lindungi kekasihku dan temannya. Kau tahu tempatnyakan?" Ucap Allard saat seorang pria berbadan basar menghampirinya dan ia mengangguk patuh.
Kedua anak buah itu membawa Brianna, Bethany dan Mia menuju tempat yang tadi diberitahu oleh Allard. Sedangkan Allard kembali ke depan lobby resort melalui jalan samping bersama Axel. Baru beberapa menit mereka berjalan, Allard dan Axel berpapasan dengan pria berambut gondrong yang sudah siap dengan senjatanya dan akan menusuk Allard.
DOR
Allar mengeluarkan pistolnya dari balik jas dan menembak pria tersebut tepat di bagian jantung. Seketika pria itu terkapar dengan bersimbah darah. Allard mengecek bagian dalam pergelangan tangan pria tersebut, dan ia menemukan sebuah tato khusus.
"Sial. Mereka anak buah Vinson Petrov." Ujar Allard setelah ia melihat tato tersebut.
"Dark Hole? Ada apa mereka menyerangmu?" Tanya Axel.
Allard menggelengkan kepalanya. "Tujuan mereka pasti menyerang Daniel." Jawab Allard.
Mereka melanjutkan langkahnya hingga sampai ke depan resort. Allard dan Axel mulai menembaki anak buah Vinson yang mulai menyerang di bagian depan.
Selain itu di sisi lain, Arvy dan James juga masih menyerang beberapa anak buah Vinson. Bahkan Arvy dan James beberapa kali terkena pukulan. Allard dan Axel mencoba melangkah mendekati Arvy dan James sembari terus menembaki bahkan menghajar anak buah Vinson.
"Fuck you bastard! Berani-beraninya mereka menghancurkan acaraku." Umpat Allard setelah mereka kini berhasil mendekat pada Arvy dan James.
"Hei kalian baik-baik saja?" Tanya Axel dengan berteriak pada Arvy dan James tapi pandangan dan tangannya tetap fokus melawan anggota mafia Dark Hole.
"Merinding sekali kau bertanya seperti itu, Ax." Jawab James dengan wajah yang masih bisa tertawa.
"Aku hanya memastikan kalian hidup dan tidak merepotkanku dengan luka-lukamu." Sahut Axel yang disahuti dengan kekehan oleh Arvy.
"By the way, ada apa ini sebenarnya Al? Mengapa mereka menyerang kemari?" Tanya James.
"Mereka adalah anak buah Vinson Petrov. Sebenarnya sasaran mereka adalah Daniel." Jawab Allard setelah ia berhasil menembak anak buah Allard yang hanya tersisa satu saja dan itupun langsung tumbang.
"Semua sudah mati, kita cari Daniel sekarang." Ujar Allard kepada ketiga sahabatnya."
*
*
Sementara itu di bagian gerbang depan resort yang letaknya cukup jauh. Daniel dan anak buahnya yang tak seberapa sedang sibuk melawan anak buah Vinson. Daniel tidak berniat membawa seluruh anak buahnya. Ia berpikir tak akan ada bahaya yang mengintai, tapi kesalahannya kali ini adalah terlalu menganggap remeh seorang musuh.
"Dimana bos kalian?!!" Teriak Daniel dengan penuh amarah. Urat di lehernya terlihat mengencang dengan jelas.
Daniel menembaki dengan brutal para anak buah Vinson yang masih tersisa. Hingga akhirnya ia melihat sekelebat pria dari balik pohon besar. Pria itu menggunakan topi hitam yang dibiarkan sedikit menutupi wajahnya hingga Daniel tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.
"Aku melihatmu bastard!" Ujar Daniel dengan suara rendah dan seringaian di wajahnya.
Daniel berjalan mendekat ke arah pohon besar tersebut dengan langkah yang hati-hati.
"Kau mau pergi kemana bajingan??!!!" tanya Daniel dengan berteriak saat pria itu tiba-tiba berlari.
ZLEEBB
Daniel menembak pria tersebut menggunakan pistol tanpa suara. Namun sayangnya tembakannya melenceng dan tak mengenai pria itu. Daniel terus mengejarnya tanpa merasa lelah sedikitpun. Hingga akhirnya Daniel berjarak hanya beberapa meter saja dan ia menghantam punggung pria itu dengan tendangannya dan membuatnya jatuh tersungkur.
Daniel hendak menendang perutnya saat pria itu dengan cepat menelentangkan tubuhnya. Tapi sayang, pria itu memegang kaki Daniel dan menariknya hingga membuat tubuh Daniel terjungkal ke belakang. Daniel bergegas bangun dan menarik baju pria itu dan melepas topinya saat ia akan melarikan diri, dan akhirnya Daniel bisa melihat dengan jelas siapa pria itu saat ia menoleh ke belakang.
"Wah, anjing baru lagi rupanya." Ujar Daniel dengan sudut bibir sebelah kanan yang terangkat.
Pria itu masih membelakangi Daniel lalu mengeluarkan sebuah belati dan menoleh. Dengan cepat ia mengibaskannya ke arah perut Daniel hingga membuat baju Daniel sobek.
SREEETT
Warna merah mulai mendominasi baju Daniel yang berwarna putih. Darah yang keluar cukup banyak namun Daniel masih belum merasakan apa-apa.
"Sungguh sebuah sapaan yang sangat sopan bajingan!"
ZLEEBB
"Aaaakhhh.." Pria itu memekik kesakitan saat peluru panas itu menembusnya.
Daniel menembak pria itu namun tembakannya melenceng ke bahu karena Daniel mulai merasakan sakit di perutnya. Pria itu mulai melepaskan diri dari cekalan Daniel yang sudah mulai melonggar. Pria itu berusaha untuk berlari dari Daniel meski ia merasakan sakit yang amat hebat.
"Sshh.." Daniel mengerang merasakan sakit. Ia mengangkat pakainnya ke atas menggunakan tangan kirinya. Ia melihat luka yang sangat panjang dari dada hingga ke perut. Lalu ia melepas pakaiannya dan menekan lukanya agar pendarahan itu berhenti.
"Anjing baru peliharaan Vinson tak bisa ku anggap remeh." Gumam Daniel.
Daniel berusaha berjalan menuju resort, tapi sepertinya ia berlari cukup jauh dari area gerbang depan resort dan langkahnya kini sudah terasa sangat berat. Daniel memutuskan untuk duduk di bawah pohon besar dan berusaha sekuat mungkin untuk menekan lukanya.
*
*
Di paviliun Brianna, Bethany, dan Mia sedang harap-harap cemas menunggu Allard menjemput mereka. Sudah satu jam lebih mereka berada di sana. Terlebih lagi, Brianna tidak tenang karena sejak tadi ia tidak melihat Hana.
"Beth, aku khawatir pada Hana. Sebenarnya dimana dia? Apa dia tidak menyadari situasi yang membahayakan ini?" Tanya Mia dengan raut wajahnya yang gusar.
"Kita tunggu kabar dari Allard. Hana pasti baik-baik saja, kau tahukan dia pandai bersembunyi?" Jawab Bethany menenangkan.
"Ya, dia sangat pandai bersembunyi. Bahkan ayahnya pun tak bisa menemukannya dulu saat Hana memberontak untuk tidak mengikuti kencan buta dengan seorang pria tua." Jawab Brianna berusaha untuk mencairkan suasana meski sebenarnya ia pun sedang merasakan gundah karena memikirkan Allard dan juga Hana.
"Hei, sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Brianna pada kedua pria yang menjaganya.
"Aku belum mendapatkan info, Nona. Jadi aku tak tahu siapa yang melakukan penyerangan terhadap Tuan Allard." Jawab salah satu pria tersebut yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Brianna.
*
*
Di tempat lain, Hana muncul entah dari mana dengan senyum sumringahnya. Wanita itu benar-benar menarik diri dari keramaian grand opening resort sejak tadi. Bahkan ia sama sekali tidak menyadari keributan berdarah yang terjadi.
"Aku harus pergi dari negara ini agar Daddy berhenti menjodohkanku dan mengaturku." Gumamnya sambil memainkan botol minum yang berisi air mineral.
Hana berjalan dengan dress lengan panjang yang menempel pas di tubuhnya. Meskipun tak terbuka, tapi dress itu menampilkan lekuk tubuh Hana yang aduhai. Beruntung tak semua orang bisa melihatnya karena ia melapisinya dengan coatnya yang besar.
"Hahh kapan aku bisa menentukan hidupku sendiri?" Hana mendengus kesal.
Saat Hana fokus memperhatikan sekitarnya, dan terus meracau tentang hidupnya, dari jauh ia melihat seorang pria yang terduduk bersandar di pohon dengan kepala merunduk. Hana memicingkan matanya guna memperjelas apa yang ia lihat. Langkah Hana semakin cepat bahkan terkesan berlari untuk menghampiri pria tersebut.
"Oh my god!" Hana terkejut saat ia melihat darah yang menutupi badan pria itu dan pria itu tak memakai bajunya. Ia menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangannya.
"Apa dia masih hidup? Ya tuhan jangan sampai dia mati. Aku orang pertama yang menemukannya." Gumam Hana dengan panik dan mengigit kukunya.
Hana mengguncang kaki pria itu menggunakan kakinya mencoba untuk membangunkan pria tersebut.
"Hei.. Kau masih hidup kan? Bangun." Ujar Hana dengan suara yang cukup bergetar.
Ia sangat panik, karena ini adalah kali pertama Hana melihat seseorang dengan bersimbah darah.
TBC
Jangan lupa tinggalin jejak ya
Follow Like Komen Vote Favorit dan Hadiah juga boleeh
Happy Reading❤