NovelToon NovelToon
One Night With Duda

One Night With Duda

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / One Night Stand / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4M
Nilai: 4.5
Nama Author: weni3

Berawal dari penghianatan sang sahabat yang ternyata adalah selingkuhan kekasihnya mengantarkan Andini pada malam kelam yang berujung penyesalan.
Andini harus merelakan dirinya bermalam dengan seorang pria yang ternyata adalah sahabat dari kakaknya yang merupakan seorang duda tampan.
"Loe harus nikahin adek gue Ray!"
"Gue akan tanggungjawab, tapi kalo adek loe bersedia!"
"Aku nggak mau!"




Ig: weni 0192

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Andini menyambar roti selai coklat yang berada di atas meja dan meminum segelas susu tanpa duduk. Dirinya tak ingin telat di hari pertama magang, apa lagi sudah beberapa hari mangkir jelas tak ingin meninggalkan kesan buruk pada senior yang di sana.

"Eh....duduk to yo makannya!" simbok datang meletakkan kopi di bagian yang mungkin milik Raihan.

"Buru-buru mbok, aku berangkat ya..."

"Loh kok nggak bareng den Raihan?"

"Kak Rai masih bobo tampan mbok, kasian di ganggu. Lagi pules-pulesnya. Ya sudah Andin berangkat ya mbok!" Andin meraih tangan simbok kemudian menciumnya.

"Dach simbok....."

"Tapi non......"

Andini segera keluar rumah, tak perduli simbok yang masih bicara. Taksi yang ia pesan sudah standby, keluar pagar langsung duduk manis dan cuzz otw kantor.

Kantor yang menjadi tujuan dan impian para mahasiswa di kampusnya, karena terkenal berkembang pesat dengan gaji yang lumayan besar. Andin akan bersungguh-sungguh agar mendapatkan nilai yang baik syukur-syukur bisa lanjut bekerja di sana.

Sesampainya di kantor dengan bangunan mewah menjulang ke atas, Andin segera masuk dan lanjut melangkah ke ruangan HRD yang sebelumnya sudah di beritahukan oleh resepsionis yang bertugas.

Banyak pasang mata yang menatap Andini dari atas sampai bawah. Sosok imut yang menjelma menjadi wanita cantik dengan balutan pakaian formal. Atasan berwarna kalem dengan rok selutut yang memiliki belahan yang meresahkan. Apa lagi high heels yang ia gunakan mempercantik kaki jenjangnya. Tubuh proporsional bak model jelas membuat perhatian tersendiri bagi yang melihat.

Setelah dari bagian HRD kini Andin langsung di tugaskan untuk masuk ke divisi marketing. Ruangan yang berada di lantai 12 dengan pintu yang masih rapat.

Melirik jam tangan, "masih kurang sepuluh menit dari jam masuk, berarti gue belum telat."

Andini mengetuk pintu beberapa kali kemudian masuk ke dalam ruangan yang cukup besar. Dengan sekatan yang luas untuk setiap orangnya.

"Mbak...."

"Baru ya?"

"Iya mbak, anak magang." Andini dengan ramah berjabat tangan dengan seorang wanita hamil, sepetinya senior di divisi ini.

"Ayo aku tujukan meja kamu. Eh ngomong-ngomong namanya siapa?"

"Andini mbak, mbak sendiri siapa?" Andini berjalan mengikuti seniornya ke salah satu meja yang kosong, belum banyak perabot di sana.

"Namaku Erna, nah ini meja kamu ya. Disini juga ada anak magang cukup berpotensi. Tapi orangnya belum datang. Selalu mepet anaknya."

Andini duduk di kursi tersebut menyalakan laptop yang ada di sana. "Oh iya mbak, nanti juga ketemu. Ini laptopnya aku nyalain mbak."

"Iya nyalain aja, nanti aku kasih tau tugas kamu. Bagian kepala managernya belum datang masih di jalan. Mungkin sebentar lagi." Erna berdiri di samping Andin sambil sedikit membungkukkan badannya melihat ke arah layar yang Andin buka.

"Nah, tugasnya ada disini. Karena kamu baru ada beberapa yang kamu harus pelajari dulu. Tentang pemasaran dan beberapa pointnya. Kemudian kamu pelajari struktur dan apa objek yang akan di jual dari perusahaan kita. Kamu juga boleh menuangkan ide-ide bagus untuk kita bisa presentasikan ke atasan nantinya."

Andini menganggukkan kepala, "aku pelajari dulu ya mbak, makasih buat pengarahannya. Oh iya mbak hamil berapa bulan?"

Erna kembali ke kursinya dengan tangan mengusap perut. "Ini udah 6 bulan, anak pertama. Mungkin beberapa bulan lagi aku cuti. Jadi kamu cepet ya belajarnya biar bisa bantu ngehandle kerjaan aku. Yang penting di divisi ini itu kompak. Biar hasilnya memuaskan dan nilai bagus auto bonus mulus!"

Andini tersenyum sendiri mendengarnya. Bersyukur memiliki senior yang baik dan tidak julid seperti yang di FTV. Mudah-mudahan kepala managernya juga nggak kalah baik.

"Iya mbak, Andini berusaha semaksimal mungkin ya..." Andini segera fokus dengan layar laptopnya, mempelajari yang ada di sana.

Tak berapa lama pintu di ketuk dari luar membuat Andini dan Mbak Erna yang sedang nyemil sambil nugas, mengalihkan pandangannya ke arah pintu.

"Pagi mbak."

"Pagi, eh Tara baru datang. Tumben biasanya kurang 2 menit." oceh Mbak Erna sambil melirik jam tangannya.

Andini seakan kaku saat mendengar nama itu, apa lagi dia orang yang akhir-akhir ini sangat ia hindari. Tetapi takdir malah menyatukan mereka dalam satu divisi. Padahal yang Andin tau, ini bukan basic Tara. Dia jurusan ekonomi, paling tidak masuk di accounting atau bagian yang lain masalah ngitung duit. Kenapa nyasar di marketing.

Andini seketika menunduk dan berusaha fokus kembali. Tetapi Mbak Erna justru mengenalkan dirinya pada Tara.

"Eh Tara, ini ada anak magang baru. Cantiknya nggak ketulungan tapi jangan di jadiin fokus yang bikin kerjaan jadi terbengkalai ya."

"Apa sich mbak, mana ada begitu. Emang siapa?" Tara menoleh ke belakang sedikit berdiri dari tempat duduknya, kemudian memaku di sana.

"Andini."

Mau tidak mau Andini harus bisa, dia angkat kembali kepalanya. "Professional"

"Iya Tara," Andini tersenyum.

Tara tak menyangka jika akan bertemu Andini di sini. Bahkan Andini begitu cantik dan semakin menarik baginya. Mbak Erna sempat mengernyitkan dahinya, melihat keterkejutan Tara.

"Loe kenal Tara? eh apa satu kampus?"

"Bahkan dia pa_"

"Iya mbak, dia satu kampus sama aku, cuma nggak nyangka aja bertemu di satu divisi yang sama." Potong Andin tak membiarkan Tara mengakui hubungan yang dia anggap sudah selesai.

"Mmmmm bagus dech bisa makin akrab, jadi mudah kerjasamanya."

Andini tak menjawab, hanya sedikit tersenyum terpaksa. Sedangkan Tara terus menatap dan merogoh ponselnya.

..."Mau kemana kamu, mau gimana cara kamu menghindar nyatanya takdir mempersatukan .... nanti makan siang bersama "...

Andini hanya menatap datar pesan dari Tara, tak ingin kembali di permainkan. Sakit hatinya masih ada, seberapapun dia meminta maaf. Nyatanya kaca yang sudah retak tak akan kembali sempurna walaupun begitu besar caranya memulihkan.

Sedangkan di rumah, Raihan terbangun dengan adanya ponsel yang sejak tadi berdering. Matanya menyipit melihat tak ada Andini di sebelahnya. Kemudian meraih ponsel di nakas, berusaha untuk benar-benar terjaga sebelum menerimanya.

"Andika...ngapain pagi-pagi telpon sich."

"Iya halo."

"Heh pak bos, loe baru bangun! jam berapa ini, si lampir udah ada di ruangan loe!"

"Lampir, Bu Flo maksud loe? ini masih pagi buta ngapain dia di ruangan gue?"

"Monyet.....tidur jam berapa sich loe? ini udah hampir siang, udah mau jam makan siang! gila loe, dapet berapa ronde sampe tepar begitu?"

Mata Raihan membola seraya tubuhnya yang terjaga dan langkahnya yang cepat segera melesat ke kamar mandi. Baru kali ini benar-benar kesiangan, Raihan melempar ponselnya begitu saja dan segera masuk ke kamar mandi. Tak perduli dengan Andika yang teriak-teriak di seberang sana.

"Andini kamu benar-benar ya, udah bikin nggak bisa tidur. Ini berangkat nggak bilang-bilang lagi. Ya Tuhan punya istri labil begini banget sich."

Raihan bersiap secepat kilat, bahkan pesan pun tak tertinggal dari istrinya, berkali-kali menggelengkan kepala. Setelah rapi dengan jas di tubuhnya Rai segera menyambar kunci mobil dan keluar dari kamar.

"Den, nggak makan dulu?"

"Simbok kenapa nggak bangunin aku sich?"

"Tadi kata non Andini den Raihan bener-bener masih pulas benget makanya nggak berani bangunin."

Raihan menyeruput kopi yang sudah dingin, "Aku berangkat mbok."

"Eh nggak makan dulu to den?"

"Nggak sempat mbok, udah ada yang nunggu." Rai segera beranjak dari sana.

"Den, tadi tuan telpon katanya di suruh menghubungi tuan atau nyonya!" seru simbok yang di jawab acungan jempol oleh Rai.

Melajukan mobil di atas rata-rata tak perduli dengan pengendara lain yang mengoceh ketika di salip oleh Rai. Beruntung tak ada polisi yang berjaga, kalo tidak sudah pasti kena tilang.

45 menit di pangkas menjadi hanya 15 menit, Rai turun dari mobil segera melemparkan kuncinya pada security yang berjaga.

"Pagi eh siang Pak Rai."

"Parkirin mobil saya pak!"

"Baik Pak..."

Semua karyawan menyapa tetapi pandangan Rai hanya ke depan, fokusnya adalah klien yang super bawel yang sudah menunggu di ruangannya.

...****************...

Jangan lupa like, coment, vote biar Mas Rai lebih kuat lagi menghadapi istri labilnya....

❤️

1
Ridho Salju
mantap..👍sosor aja😄😄😄😄
Ridho Salju
😄😄 lucu sekali..,
Diny Julianti (Dy)
ha ha ha Andika kena getahny.... kocak asli
Diny Julianti (Dy)
🤣🤣🤣🤣Dika bner2 ye
Diny Julianti (Dy)
lucu parah nih cerita
Diny Julianti (Dy)
🤣🤣🤣
Diny Julianti (Dy)
asli ngakak sama Andika bisa2 ny pake bungkus wajik, perkosa adeny biar tek dung
Diny Julianti (Dy)
lucu bneran niy cerita sukaaa bgt
Diny Julianti (Dy)
ngakak minuman OB dksh Andin🤣🤣🤣🤣😉
Diny Julianti (Dy)
bneran lucu, Rai ny sabar udh dewasa
Diny Julianti (Dy)
🤣🤣🤣🤣
Diny Julianti (Dy)
ha ha ha lucu
Diny Julianti (Dy)
lucu
Mahyuni Suanti
Luar biasa
Mahyuni Suanti
ya ampunnnn gilak thorr😂😂🥰🥰❤️❤️🙏 ini mah seruuuu bangett aku bacanya thorr. trhiburrrr bangettt
mkasih bnyak thorr🫰
Mahyuni Suanti
sumpahhhh ngakak aku thor😂😂😂
Mu'rifatul Laili
Luar biasa
Sri Utami
seru suka banget karakter ceweknya gak lebay
Hrawti
Luar biasa
Tama Ngenana
waduh senang banget jadi 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!