Kejadian pilu pun tak terduga menimpa Bjorn, para polisi menuduh dia sebagai kaki tangan seorang kriminal dan akhirnya ditembak mati secara tragis.
Bjorn yang tidak tahu alasannya mengapa dirinya harus mati pun terbangun dari kematiannya, tetapi ini bukanlah Akhirat.. Melainkan dunia Kayangan tempat berkumpulnya legenda-legenda mitologi dunia.
Walau sulit menerima kenyataan kalau dirinya telah mati dan berada di dunia yang berbeda, Bjorn mulai membiasakan hidup baru nya dirumah sederhana bersama orang-orang yang menerima nya dengan hangat. Mencoba melupakan masa lalunya sebagai seorang petarung.
Sampai saat desa yang ia tinggali, dibantai habis oleh tentara bezirah hitam misterius. Bjorn yang mengutuk tindakan tersebut menjadi menggila, dan memutuskan untuk berkelana memecahkan teka-teki dunia ini.
Perjalanan panjangnya pun dimulai ketika dia bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan dirinya.
(REVISI BERLANJUT)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudha Lavera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Teka-teki baru
Bjorn berbaring tak sadarkan diri, diatas tanah beralaskan beberapa daun besar, wajahnya tersorot cahaya api unggun yang terang, nampak Theo juga berbaring pingsan bersebelahan dengannya. Dan disebelah mereka ada Yver yang duduk bersilang menghadap api unggun.
Cahaya api unggun yang menyelimuti wajah Bjorn kadang tertutup oleh bayang-bayang orang yang sedang menari. Sedikit-sedikit ia buka-kan matanya, ia mengedipkan sipit mata merah itu seperti orang yang terbangun dari tidur panjang. Telinganya diramaikan suara bising alunan musik dan percakapan banyak orang disekitarnya.
Membangunkan punggungnya yang berbaring, Bjorn memegangi dan memijat dahinya, mencoba meredakan rasa nyeri di kepala setelah tersadar dari pingsan itu.
Pandangannya diangkat, menatap seksama api unggun di hadapannya, suasana yang sebelumnya sangat kacau. Kini malah seperti perjamuan hangat. Rekan-rekannya sedang asyik berbaur dengan penduduk Kekaisaran Platas. Bahkan kelompok Silver Judge pun terlihat ikut menikmati malam ini.
Neil terlihat sedang menari ria bergandengan dengan sepasang pria-wanita Goblin kerdil, yang diiringi musik, memutari api unggun tanpa alas kaki berhiaskan gelang lonceng kecil berbunyi rincih setiap kali mereka berdansa memainkan kakinya.
Sulpha dan Marten duduk bersama, memoles masing-masing senjata mereka layaknya bayi, lalu membanding-bandingkan hasil tembakan mana yang lebih akurat.
Januza dan Larson tak memperdulikan sekitarnya, mereka berdua meneguk Bir begitu banyak sampai tenggelam dalam mabuknya, hingga dua orang itu terlihat akrab satu sama lain, sesekali mereka tertawa tanpa sebab, kemudian menyanyikan lagu dalam rangkulan dan mengangkat gelas Bir-nya tinggi-tinggi.
Amoria tengah sibuk mengipas daging bakar diatas api unggun bersama Ogre kekar bernama Myokolenko, ia ditemani oleh Aleah disampingnya yang sama memegangi kipas dari daun beruas lebar, Orang berpakaian zirah lengkap itu terlihat sangat risih dengan pakaiannya yang menyimpan banyak asap kedalam armor baja itu, Amoria semakin terkejut setelah Aleah sembunyi-sembunyi membuka helm besinya yang rapat sambil mendecak lidah, fakta mengejutkan bagi Amoria adalah, ternyata orang yang terbungkus zirah besi itu seorang gadis yang anggun.
Moku adalah monster spesies Lizardman, dia bersama Odin terlihat sengit berlomba siapa yang lebih cepat menghabiskan daging bakar itu, dengan tatapan tajam "Kalau aku menang, aku akan menjadi kakaknya Neil yang imut itu" Ucap Odin dengan mulut yang penuh makanan.
Di lain sisi, Bjorn masih kebingungan dengan pemandangan yang ia lihat "Apa-apaan ini?" Ucapnya.
Tiba-tiba, Theo terbangun dari pingsannya, ia cepat-cepat bangkit dari tidurnya, lalu bergegas lari mengambil daging bakar yang ada di dekat Moku "Moku! Pelan sedikit, berbagi dengan temanmu yang lain" Ucap Theo sambil memukul ketus kepala Moku.
Bjorn perlahan menoleh dengan mata yang penuh tanda tanya "..Yver, Jawab aku"
"Aku juga tidak mengerti" Balas Yver mengangkat kedua bahunya seperti tak ingin tahu. Bjorn menundukkan kembali kepalanya dan mengurut dahi lebih intens.
Ketika Theo mencoba untuk menambah gigitan pada daging bakar yang ia pegang, ia sesaat tertegun. Matanya penasaran pada suara meriah yang ada di balik keramaian. Dari sela-sela tubuh orang yang membelakanginya, nampak ada seorang gadis kecil berambut pirang ke-emasan yang sedang menari dengan ceria, gadis itu bergandengan dengan Mapier dan Mesael memutari api unggun.
Theo menepuk kecil bahu Moku lalu meninggalkannya begitu saja dengan tatapan yang dalam pada gadis kecil itu.
.."Cukup dulu menari-nya" Ucap Theo yang tiba-tiba muncul dari belakang tubuh Neil, gadis itu menghentikan tarian di kakinya, dan menoleh memutar tepat di dada Theo, lalu mengangkat wajahnya menengadah menatap pria itu.
Theo mengambil satu gigitan daging disebelah tangannya. Menatap angkuh wajah Neil sambil mengunyah. Meski hanya diam membisu, mata Theo terus bergerak acak memperhatikan tiap sudut wajah Neil.
Theo memperhatikan wajah Neil dalam-dalam, gadis ini memakai sebelah anting bundar berwarna merah pekat, dahinya berbintik keringat sampai membasahi anak-anak rambutnya. Memiliki dua bola mata yang besar berwarna cokelat. Theo memincingkan matanya ketika memperhatikan warna rambut Neil yang terpantul cahaya api unggun, memperhatikan dengan jeli sampai sebelah tangannya mencapit dagunya, warna rambut pirang ke-emasan itu sangat mirip dengannya.
"Rambutmu pirang.. Apa kamu orang Jerman?" Tanya Theo sambil mengunyah.
Neil mengangkat sebelah alisnya, memutar bola matanya dengan bingung "Jerman? Tidak-tidak, namaku Neil Erez" Jawabnya mengkoreksi.
Gigi Theo berhenti mengunyah, menelan paksa semua daging yang ada didalam mulutnya, dia melempar pandang sambil mengangkat tinggi lehernya pada Bjorn "Kau sudah punya anak, kak?!" Tanya nya dengan lantang.
Pijatan di dahi Bjorn spontan tak bergeming, membangunkan pandangannya, dan menoleh tajam ke mata Yver yang duduk di sampingnya "Kau apakan dia? Apa dia kau buat lupa ingatan? Padahal baru tadi pagi dia menculik Neil?" Tanya Bjorn pada Yver bernada bisik.
Yver menghela napasnya sedikit "Kalau yang satu itu, aku juga tak mengerti" Jawab Yver lagi-lagi dengan mengangkat kedua bahunya.
Bjorn membuang tatapannya dengan lamunan, melipat bibirnya kedalam, sambil mengangguk, seakan yakin dengan rangkaian kata yang akan dia lontarkan "Kau mungkin lupa ingatan! Dia gadis yang tadi siang kau culik!" Balas lantang Bjorn dari tempatnya duduk.
Alunan musik berhenti, keramaian menjadi senyap, daging bakar digigitan Moku terjatuh ke meja makannya, Myokolenko memaksa mencerna perkataan itu sampai tak sadar kalau kipas ditangannya sudah terbakar api unggun, Mapier dan Mesael yang masih menggandeng tangan Neil tiba-tiba terkulai pingsan, semua mata menusuk tajam Theo.
"BOS MENCULIK MANUSIA??!!" Ucap serentak seluruh monster penduduk Platas.
"Ti-tidak lah!" Balas Theo dengan nada melengking.
"MASA?!" Sahut seluruh anak buahnya.
"Aku serius sialan!" Balas Theo.
Neil mengangkat tinggi tangannya dan memutarkan badan menghadap seluruh keramaian "Tunggu, kalian salah paham. Paman Bos tidak menculik-ku" Ucap Neil meyakinkan.
"Tidak-tidak. Namaku Theo, bukan Bos" Sahut Theo mencoba mengkoreksi.
"Paman Bos ini adalah korban salah paham!" Sambung Neil.
"Hei.. Kau sepertinya tidak mendengarku" Theo merasa diabaikan.
Bjorn melompat bangun dari duduknya "Neil! Kau juga kena lupa ingatan?" Tanya Bjorn.
Yver menepuk dahinya, lalu membuang napas yang panjang.
"Paman juga salah paham, aku tidak lupa ingatan!" Jawab Neil.
"Itu benar kak, tidak ada yang lupa ingatan diantara kami" Sahut Theo.
"Diam kau penculik anak-anak" Balas Bjorn.
Menggelengkan kepalanya, tangan Yver menolak bumi dan ikut bangun berdiri "Cukup sudah pertengkaran sepele ini, aku akan menjelaskannya, meski aku sebenarnya malas" Ucap Yver sambil menggaruk anak rambut di belakang lehernya.
Yver berjalan ke tengah keramaian, bersebelahan dengan api unggun yang besar dan menyuruh semua orang untuk duduk tenang menyimak setiap perkataanya.
"Pertama-tama, Neil sejak awal tidak ada di koloseum Platas, ia terikat di atas pohon tepat di tempatku tersangkut.."
"..Setelah aku melepas tali yang mengikat Neil, ia menanyakan dimana Bjorn, lalu aku bilang dia kembali memasuki koloseum dengan luka di tubuhnya. Neil merasa cemas dan mengejarnya masuk sampai kedalam Kekaisaran"
"Saat ia masuk kedalam, ia terlibat dengan situasi huru-hara didalam koloseum, bahkan Januza yang sebelumnya sudah Bjorn larang untuk ikut pergi, malah menemui Larson untuk minta diantarkan ke Kekaisaran dengan alibi kalau aku sedang di keroyok oleh monster didalam kaisar, akhirnya Larson juga ikut cemas, dan mengumpulkan kelompokku, pergi ke Kaisar Platas dengan niat untuk menjemputku"
Januza lunglai mabuk menyela dengan tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya "Maaf, kamu siapa ya? Kok bisa tahu nama-ku" jawabnya teler seraya cegukan.
Yver melanjutkan "Keributan pun terjadi, kelompokku dan kelompok Bjorn saling membantu untuk melawan Kaisar Platas. Kemudian Neil tiba-tiba muncul kedalam pertempuran itu"
"Odin bertarung bersama Neil, karena Odin tak tahu masalah yang sebenarnya, jadi dia tidak melapor apapun pada rekan Bjorn yang lain kalau Neil sudah muncul"
"Itu masalah yang pertama.." Yver melipat silang tangannya.
Theo mengkerutkan dahi "Memangnya ada masalah kedua?"
Yver mengeluarkan jari telunjuknya, dan menunjuk memutar kesemua orang dengan pinggang berkacak "Sebenarnya, Pertarungan Bjorn dan Theo sudah direncanakan"
"Apa maksudmu?" Sahut Bjorn.
"Makanya dengarkan aku sampai selesai" Balas Yver.
"Saat di hutan tadi, aku bertemu dengan Kartos, tangan kanan dari raja iblis Asmodeus.. Kartos bilang padaku kalau sebenarnya dia lah yang menculik Neil"
"Hal itu bukan tanpa sebab, ia diperintahkan Raja-nya agar Bjorn mendatangi Theo dengan fitnah tersebut dan berujung perkelahian. Kartos bilang, ada sesuatu didalam Bjorn yang akan menarik jika dibangkitkan, oleh karena itu Theo adalah orang yang bisa mengimbangi nya.. Karena ia memiliki karunia Dewi Rea"
"HAH?! JADI CINCIN PERMATA INI KARUNIA DEWI? REA? DEWI APA ITU?" Theo terkejut sambil memandangi cincin berkilau di jari manisnya.
"Bodohnya dirimu tidak menyadari-nya" Balas Yver.
"Hei, Bjorn. Kau sebelumnya bertanya padaku 'kan? Kalau telingamu sering kali ada yang membisikan nama Bael?" Pandangan Yver merujuk pada Bjorn yang duduk di sisi lain.
"Hmm, itu benar" Jawab Bjorn.
"Mungkin nama itu ada sangkut-pautnya dengan kekuatan yang ingin dibangkitkan oleh Asmodeus" Yver mengurut dagunya.
"Kenapa begitu? Lagi pula aku tidak pernah cari masalah dengan orang itu, bahkan aku tak mengenalinya" Ucap Bjorn.
"Tidak ada yang tahu rencana Raja iblis, dia pasti sudah meramalkan sesuatu" Jawab Yver melirik tipis.
"Bahkan salah satu rekan-ku harus menutupi identitasnya setiap hari untuk menjauhi Raja iblis yang keji itu" Ucapan Yver itu memantulkan seluruh mata dan merujuk menatapi Aleah.
"Baiklah, setidaknya kalian tidak akan salah paham mengenai ini lagi" Yver menepuki tangannya.
Mereka semua membubarkan diri, dan melanjutkan keseruan mereka masing-masing. Yver kembali duduk di sebelah Bjorn dengan rapat, dan berbicara bisik disebelah telinganya.
"Aku pernah membaca satu buku yang sangat usang, di setiap lembarannya memiliki robekan yang kacau, hampir sama sekali tak ada yang bisa dibaca.. Tapi yang aku ingat, ada satu halaman lusuh yang memiliki satu Bait kalimat"
Yver melanjutkan dengan bisikan yang semakin kecil "Disitu tertulis, Yang mulia Bael hanya ingin menghukum anaknya-- Naga air tidak bisa memenuhi tugasnya, hamba ini merasa layak dan suci, ku-sandarkan jiwa ini untukmu (Naga air), kesedihanmu terlalu panjang sampai air mata-mu membuat air laut menjadi asin"
Bangsawan itu semakin mengecilkan suara bisiknya "Buku itu ditulis oleh pemuja Naga air pertama, sayangnya. Aku bahkan tak bisa membaca nama dari penulis buku itu, karena banyaknya robekan dan noda darah disitu"