SEQUEL LENTERA DON GABRIEL EMERSON
Meskipun menikah atas dasar perjodohan, Zeda Humaira Emerson dan Arsyad Ibrahim menjalani pernikahan dengan cinta yang tulus.
Arsyad adalah seorang pria yang sholeh, pintar, dermawan, pendiri sekolah TK gratis, dan tentu Arsyad juga sangat tampan, tidak ada alasan bagi Aira untuk menolak perjodohan itu.
Cintanya pada Arsyad tumbuh semakin besar saat Arsyad tak mempermasalahkan Aira yang tak kunjung hamil setelah 5 tahun pernikahan mereka berjalan.
Namun, Aira tertampar sebuah kenyataan pahit saat ia menemukan fakta, bahwa sang suami telah menikah lagi dengan salah satu guru TK-nya, bahkan istri kedua suaminya itu kini tengah mengandung.
Sementara Arsyad, ia sangat mencintai Aira lebih dari apapun, Aira adalah wanita muslimah yang begitu taat pada agama, orang tua, dan suami. Namun, ia terpaksa menduakan Aira karena sebuah alasan yang tak bisa ia tolak.
Apakah karena Aira yang tak kunjung hamil?
Atau ada alasan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MC Zeda Humaira #32 - Sama-sama Sakit
"Ya Allah, aku tidak tahu apakah keputusanku sudah benar ataukah salah." Aira berdo'a dengan lirih di tengah dinginnya malam dengan suasana yang terasa begitu.
"Tapi aku sungguh tidak bisa menerima apa yang ibu mertuaku lakukan padaku, rasanya masih sangat sakit dan seolah akan selaku sakit. Jika itu salah, maafkan aku. Jika itu benar, kuatkan hatiku menjalani keputusanku ini."
Setelah berdo'a, Aira kembali ke ranjangnya dan ia melihat ponselnya yang menyala. Terdapat banyak sekali pesan dari Arsyad sejak tadi, namun Aira tak berani membukanya. Bahkan panggilan Arsyad pun tak bisa ia jawab.
Mungkin Aira pengecut, tapi memang inilah keadaannya sekarang. Begitu rapuh, lemah dan seolah takut menghadapi fakta yang ada.
Aira mencintai Arsyad dan ia tahu Arsyad juga sangat mencintainya, namun mau bagaimana lagi? Ternyata rumah tangga yang harmonis selama ini tak seharmonis yang terlihat, karena Arsyad akan selalu ada di bawah kendali sang ibu. Dan selama ini, ibunya itu bersandiwara dengan sangat baik seolah ia juga sangat mencintai Aira. Namun ternyata, cinta itu bagaikan duri di setangkai mawar, siap melukai Aira kapan saja.
...
Arsyad begitu frustasi saat Aira tak mau menjawab telfonnya, tak mau membalas pesannya bahkan Aira tak membaca satupun pesannya.
Bahkan, semalaman Arsyad tidak bisa tidur karena terus memikirkan Aira.
"Ya Allah, Aira...." gumam Arsyad sambil menarik rambutnya sendiri.
Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 10 pagi, Arsyad ingin menemui Aira namun ia harus memastikan Micheal tak ada di rumahnya.
"Semoga Micheal sudah pergi ke kantor," gumam Arsyad kemudian ia mengambil kunci mobilnya.
Arsyad berlari menuruni tangga dan langkahnya terhenti saat ia melihat Anggun ada disana, bahkan istri keduanya itu tersenyum manis padanya.
"Mas, kamu mau kemana?" Tanya Anggun sembari mendekati Arsyad, bahkan ia menyentuh lengan Arsyad.
"Mau menjemput Aira," kata Arsyad juga tersenyum manis yang justru membuat senyum Anggun musnah.
"Tapi kata Ummi, kamu akan bercerai dengan dia," cicit Anggun yang membuat emosi Arsyad kembali terpancing.
"Aku nggak akan pernah menceraikan Aira," tegas Arsyad kemudian ia melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Ummi Ridha yang tampak kesal sementara Anggun terlihat sedih.
"Sudah, jangan sedih," kata Ummi Ridha menghiburnya. Ia menarik tangan Anggun dan membawanya ke dapur. "Katanya kamu ngidam udang goreng, Ummi masakin udang buat kamu."
...
Sementara itu, Aira jatuh tertidur di atas sejadahnya setelah melaksanakann sholat dhuha. Sudah beberapa hari ini ia tidak bisa tidur dengan tenang, bahkan Micheal hampir membawanya ke psikiater apalagi Aira yang hanya makan sekali dalam sehari itu pun seakan semua orang memaksanya.
Aira menggeliat, merasa terganggu saat ia merasakan sentuhan lembut di pipinya. Kini ia merasakan kepalanya yang di elus dengan lembut, bahkan Aira merasakan kecupan hangat di keningnya.
Perlahan Aira membuka matanya dan seketika kedua matanya berkaca-kaca saat melihat sang ibu yang berada di hadapannya.
"Ummi....." rengeknya, ia berhambur ke pelukan sang ibu.
"Sudah, jangan sedih lagi," ujar Ummi Firda sembari mengusap punggung putrinya itu. "Kamu benar-benar kurus, Nak. Kenapa kamu jadi seperti ini."
"Ummi, aku masih sakit," rengek Aira. "Rasanya disini benar-benar sakit, Ummi." ia memegang dadanya yang masih terasa sesak.
"Semua akan berlalu, Sayang. Rasa sakitmu akan segera sembuh, dan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang indah, sangat indah. Yang keindahannya tidak pernah bisa kamu bayangkan."
Ummi Firda sungguh tidak bisa tenang selama beberapa hari ini karena terus memikirkan sang putri, apalagi Micheal terus mengadu bahwa adik kesayangannya itu begitu rapuh dan tidak makan dengan baik selama beberapa hari ini.
Micheal telah memberi tahu Ummi Firda segalanya, termasuk apa saja yang di katakan ibunya Arsyad pada Aira. Sebagai seorang ibu, tentu ia sangat tidak terima. Apalagi mereka lah yang datang padanya untuk meminta Aira secara baik-baik, memuji Aira bahkan terlihat mengagumi Aira. Namun ternyata? Kini ia juga yang menghempaskan Aira hanya karena suatu kekurangan yang tidak dapat di kendalikan oleh siapapun.
"Micheal akan segera mengurus perceraianmu dengan Arsyad, jika memang itu keputusan akhirmu, Nak."
"Aku sungguh bingung, Ummi. Kenapa semua ini harus terjadi padaku?"
"Karena kamu yang sanggup menjalaninya, Aira. Percayalah, kamu lebih kuat dari yang kamu fikirkan, hm?"
Aira semakin mengeratkan pelukannya pada sang ibu, mencari kekuatan dari pelukan ibunya itu. Dan tak berselang lama terdengar suara Abinya yang membuat Aira langsung mendongak.
"Abi juga kesini," ujar Aira yang membuat Abinya itu terkekeh.
"Menurutmu apa ini hanya bayangan Abi?" goda Abi demi menghibur sang putri, dan itu berhasil karena Aira tersenyum walau hanya sedikit.
Abi Gabriel pun memberikan pelukan hangat untuk anak bungsunya itu. "Kakakmu menghubungi kami setiap hari dan terus mengadukan keadaanmu, kami tidak bisa hidup tenang karena itulah kami kesini."
"Maafin aku, Bi. Aku sudah membuat Abi dan Ummi sedih."
"Kami yang minta maaf, Nak. Karena kami salah memilih pasangan untukmu."
Aira hanya menggumam lirih, karena sebenarnya Arsyad adalah pasangan yang sangat baik namun sayangnya, mertua Aira lah yang menjadi masalah.
...
Arsyad menekan bel pintu rumah Micheal beberapa kali, dan tak lama kemudian Bi Eni membuka pintu dan Bi Eni cukup terkejut melihat kedatangan Arsyad. Apalagi Micheal sudah berpesan agar Arsyad juga ibunya tidak di terima di rumah itu.
"Ada apa, Pak?" Tanya Bi Eni gugup sembari menoleh, takut ada yang melihat kedatangan Arsyad. "Pak Arsyad pulang aja, ya. Nanti tuan Micheal marah," cici Bi Eni.
"Aku kangen sama Via, Bi. Aku mau ketemu Via," jawab Arsyad memelas dan bersamaan dengan itu, Via datang sambil berteriak memanggil Arsyad.
"Abi...." Via berlari sambil tersenyum lebar.
Hati Arsyad menghangat saat kembali melihat senyum putrinya setelah beberapa hari terpisah, ia membungkuk demi menangkap Via kemudian ia mendekap putrinya itu dengan erat.
"Abi, kenapa Abi lama sekali jemput Via dan Ummi? Via kangen sekali sama Abi," rengeknya dengan wajah cemberut.
"Iya, Sayang. Maafin Abi, ya." Arsyad mengecup pipi Via penuh rindu. "Ummi dimana, Nak?"
"Di kamar, sama Kakek dan Nenek," jawab Via masih tersenyum lebar.
"Kakek dan nenek?" Tanya Arsyad bingung.
"Iya, Pak. Tuan Gabriel dan Nyonya Firda datang tadi pagi," sambung Bi Eni.
Arsyad mengangguk mengerti. "Kalau begitu, aku ingin bertemu dengan mereka, Bi," tukasnya kemudian.
"Tapi nanti tuan Micheal marah, Pak. Katanya pak Arsyad di larang masuk ke rumah ini," jawab Bi Eni sungkan.
"Bi, aku nggak akan nyakitin Aira. Aku cuma rindu sekali dengannya, aku mohon, Bi," rengek Arsyad.
"Kenapa Abi tidak boleh bertemu Ummi, Bi?" Tanya Via kemudian sambil menatap Bi Eni dengan penasaran. "Abi pasti kangen sama Ummi, Ummi juga pasti kangen Abi. Makanya Ummi setiap malam nangis terus karena kangen Abi," ujar Via dengan sambil cemberut sedih yang membuat hati Arsyad tersentil.
"Ummi nangis setiap malam, Sayang?" Tanyanya dan Via mengangguk, ia menampilkan wajah sedihnya.
"Ummi jarang tidur, Bi. Jarang makan juga, Ummi jadi kurus ... sekali," tukasnya yang membuat hati Arsyad seperti di remas.
"Bi, ayolah," bujuk Arsyad memelas yang membuat Bi Eni jadi tak tega.
"Ya sudah, Pak. Silakan masuk."
TBC...