Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.
Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.
Lara ingin menyerah
Lara benci kehidupan
Lara lebih suka dirinya mati
Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.
Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Alena memasuki mansion keluarga Revelton dengan pak Rahmat menyusul di belakangnya.
"Huaaaa ayahhh hikss k kak Lara pergi, d dia marah aayahh hiks hiks."
Alena berlari ke dalam pelukan Ravindra. Tangis Alena semakin kencang saat Ravindra membalas pelukannya.
"Syuuuttt kamu tenang saja, kakak kamu akan baik baik saja." Ravindra mengelus rambut hitam milik Alena. Ia berusaha menahan emosinya, lagi lagi Lara membuat Alena menangis. Ravindra berjanji ketika Lara pulang ia tidak akan membiarkan Lara selamat.
"Hiks a ayahh ini semua salah aku, ak ak aku aku buat kakak marah karena me menunggu hiks hiks menunggu aku ayah huaaaa."
Alena sangat pandai menjual kesedihan, lihat bahkan kini banyak pelayan yang menatap Alena dengan iba. Mereka juga berbisik satu sama lain.
Alena sangat malang karena mendapat kakak seperti Lara. hhuhh tampaknya Lara masih belum menerima Alena. Lihat padahal Alena adalah gadis manis yang sangat menggemaskan.
"Sudahlah sayang, kakak kamu akan baik baik saja." Rania menepuk pundak Alena untuk menguatkan. Rania mengambil alih tas Alena kemudian memerintahkan pelayan membawanya ke kamar Alena.
"T tapi hiks aku ak gak kuat ayah, hiks hiks." Alena malah semakin menjadi jadi. Bukan karena belum puas, tapi Alena menemukan Rey yang berdiri di depan pintu. Alena juga harus meyakinkan Rey juga bukan? Sepertinya ini hari keberuntungan Alena.
Rania mengusap air matanya yang ikut jatuh karena melihat Alena sedih. "Alena benar mas, kami pasti belum diterima di keluarga ini. Kami hanya orang luar."
Ravindra mengetatkan rahang, Lara benar benar kelewatan. Ravindra tidak akan membiarkan Lara memisahkannya dengan orang yang Ravindra sayangi untuk kedua kalinya.
"Om, tante Alena kenapa?"
Alena tersenyum sendu melihat Rey datang. Gadis itu tampak memilukan setiap mata yang melihatnya, hal itu juga membuat Rey iba.
"Lara pergi karena menunggu Alena selama setengah jam." Bukan Alena yang jawab tapi Ravindra. "Tapi ini bukan kesalahan Alena Rey, Alena biasanya pulang terlambat karena ada urusan OSIS."
Rey tampak berpikir. Seingatnya tidak ada pertemuan OSIS hari ini, jadi apa yang membuat Alena pulang terlambat?
Alena menyadari ekspresi Rey segera berpikir keras. Sial, Rey tidak mudah untuk di tipu. "Itu kak, tadi aku ada urusan sama Laras tentang OSIS. Karena itu pulangnya telat."
Alena masih belum melihat tanda tanda bahwa Rey akan mempercayainya. Gadis itu segera menggunakan cara lain, Alena menghampiri Rey, tetapi kepala Alena pusing mata gadis itu memberat seiring dengan pandangan Alena yang berputar putar.
"ALENA."
~-----~
"Bagaimana?"
"Kau pikir semudah itu heuhh? Kau tahu bukan, anak itu cukup cerdik aku harus berhati hati bahkan untuk tindakan yang sangat kecil."
"Kau yang bodoh, jangan sampai aku sendiri yang turun tangan."
"Kau pikir aku tidak terkekang di sini? Aku juga tidak sabar untuk mengakhiri semuanya. Aku merindukanmu, aku muak dengan semua ini."
"Sayang, sebentar lagi kau hanya perlu menunggu sebentar lagi. Bersabarlah."
"Aku menunggu janjimu sayang."
Ceklek
Rania meletakkan ponselnya, ia menatap lembut ke arah pintu yang menampakkan dua sosok laki laki. Siapa lagi kalau bukan Ravindra dan Rey.
Rania yakin keduanya pasti sudah selesai berbicara dengan dokter yang memeriksa Alena tadi.
"Apa yang di katakan dokter mas?"
Ravindra mendekati tempat tidur Alena. "Tidak ada yang serius, Alena hanya kelelahan itu saja."
"Maafkan aku Tante, aku lalai jagain Alena." Rey ikut merasakan kesedihan Rania dan Ravindra. Rey masih berusaha untuk tenang dan memendam amarahnya pada Lara.
"Gak Rey, ini bukan salah kamu."
Rania mencoba memahami situasi, ia tidak bisa menyalahkan Rey sebagai penyebab Alena pingsan.
Sekarang yang dapat mereka lakukan pastinya hanya menunggu Alena bangun dari pingsannya.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya