Setelah meninggal nya kedua orang tua, Niko Dinata tinggal bersama Tante nya, dia menjadi pemuda yang urakan dan pemalas, selalu saja berbuat onar dengan memalak pedagang pasar yang ada di dekat rumahnya.
**
bertemu dengan Eca Permatasari, gadis
manis yang di kenal dengan segudang prestasi nya, tak perlu banyak tebar pesona untuk membuat para cowok bertekuk lutut padanya, dia hanya mencintai satu pria yang bernama Hanif, cowok yang selalu setia menemani nya di kampus.
**
Bagaimana jadinya kalau sang ayah tiba-tiba menjodohkan Eca dengan Niko dan langsung menikahi nya, pria yang dipandang rendah oleh Eca, tapi kenyataan dapat di andalkan dalam segala sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Pindah Rumah
Menepuk pundak sudah. Menoel pinggang sudah. Betapa susah nya Niko membangun kan istrinya yang masih tertidur.
Niko beranjak dari ranjang untuk membuka jendela, mungkin saja sengatan dari sinar matahari membangunkan nya. Tetap saja Eca masih tertidur pulas.
dengan piyama maroon yang menggantung di tubuhnya, Niko seakan melihat penampilan Eca saat tertidur lebih cantik dari biasanya.
"Bangun sayang, hari ini kita mau pindah rumah, habis itu kita belanja buat kebutuhan sehari-hari" Bisik Niko.
Eca mengerang saat ada suara bisikan dari Niko. Tanpa aba-aba Eca langsung berbalik badan.
CUP
Secara tidak sengaja bibir nya Eca bersentuhan dengan bibir Niko.
Emang pada saat itu Niko sedang merangkak tepat di atas tubuhnya Eca, jarak nya pun hanya beberapa senti saja.
Mata Eca tiba-tiba membulat, reflek menampar Niko dan menendang nya hingga jatuh ke bawah ranjang.
BRUK!!
Punggung Niko terkena benturan meja rias Eca hingga menumpahkan alat-alat makeup nya yang ada di atas.
"Aduh" Rengek Niko memegang pusat sakit di punggungnya.
"Kamu modus ya! Nyium-nyium!" Sewot Eca.
Niko menatap tajam ke arah Eca, berusaha mengendalikan emosi, dia bersabar dan mengajak makan bersama.
"Makan dulu habis itu mandi, ayah sudah nunggu di bawah" Kata Niko.
"Jangan panggil papah saya ayah!" Protes Eca
"Iya deh terserah, intinya kamu cepat sarapan terus mandi, bebas mau ngapain dulu intinya jam 09.00, kita sudah ada di rumah baru" Kata Niko.
Niko meninggalkan kamar Eca, Eca sendiri memilih untuk mandi terlebih dahulu setelahnya dia akan makan dan bersiap menuju ke rumah barunya.
**
Hal yang tak dipikirkan oleh Niko, dia merasa masih tidak percaya kalau sampai saat ini dia menikahi anak gadis yang membuat kedua orang tuanya meninggal.
Berada di tengah-tengah mereka sambil menatap rumah yang terbilang sangat sederhana, Niko memperlihatkan senyuman merekah, tapi tidak untuk Eca.
"Pah maksud nya apa ini? kok kecil banget rumah nya?!" Protes Eca.
Ya, Pak Roby sengaja memberi rumah sederhana yang terbilang jauh berbanding terbalik dengan mansion mewahnya.
Tujuan nya emang membuat kedua pasutri itu tumbuh dan berkembang tanpa ada barang-barang mewah.
Tidak ada lantai bertingkat, hanya ada satu lantai, dilengkapi dapur, satu kamar mandi, WC, serta dua kamar tidur.
Barang-barang kedua pasutri juga sudah sebagian di pindah ke rumah barunya. Karena pindahan rumahnya terbilang cukup mendadak.
Eca masih memprotes dengan nada sengit, Dia berharap banget ke orang tua nya untuk membatalkan rencana nya ini.
"Ayo sayang masuk" Ajak Niko.
Eca mendelik dengan tatapan tajam "Apa yang kamu bilang? Sayang?!" Kata Eca.
"Jangan panggil saya sayang!" Sambung Eca berbicara.
Selepas pernikahan sifat Eca menjadi dingin, Niko emang sudah menyadari nya. Karena dia sangat mengerti kondisi hatinya, Niko akan terus berusaha mencairkan hatinya sekaligus menggantikan nama seseorang yang ada di dalam nya.
Niko memegang pergelangan tangan Eca, kemudian ditepis. Niko kembali memegang, ditepis lagi.
"Apa sih!" Ketus Eca.
"Ayah sudah nunggu kita di dalam, masuk ayo" Kata Niko.
"GAK!"
Niko menghela nafas — tangan kanan nya mendarat di bahu Eca, sisanya mengangkat kedua kakinya. Menggendong Eca dengan paksa.
"Benar-benar ya minta dibungkus!" Kata Niko.
Eca memukul-mukul dada Niko, tidak begitu keras, emang tenaga Eca terbilang tidak mampu mengimbangi seorang lelaki kuat.
"Turunin asu!" Sewot Eca sambil pecicilan di pangkuan tangan Niko, bahkan sekarang dirinya sedang menjambak rambut Niko.
Semakin dibentak, Niko semakin membangkang, dengan senyuman jahatnya, dia mempercepat langkah kaki nya masuk ke dalam rumah.
"Anak ayah yang bandel ini sudah Niko bawa" Kata Niko.
"Eca lepasin tarikan rambutnya Niko!" Sewot Pak Roby.
Eca melepas tarikannya, Bersamaan dengan Niko yang melepas gendongan nya, setelahnya Pak Roby meninggalkan mereka disana.
Amukan Eca menjadi-jadi, merengek dan membentak suami nya penuh amarah.
Niko sedikit terpancing emosi, dia maju satu langkah menatap wajah Eca begitu sangat dekat.
Eca mengerucutkan bibirnya, Niko semakin mendekati wajah Eca — Gelagat ingin mencium nya, Eca reflek mendorong pelan wajah Niko.
"Apa mau ciuman bibir lagi?" Kata Eca.
Ya benar, tanpa aba-aba Niko dengan lahap mencium bibir Eca secara brutal, membuat mata Eca membelalak.
Niko memasukan lidah di rongga mulut Eca, mengulum bahkan menikmatinya, seketika Eca terdiam, terpaksa dia mengikuti alur ciuman dari suami nya.
Sensasi luar biasa dari Eca membuat tubuhnya merasa panas.
First kiss
Ini adalah ciuman pertamanya Eca, selama pacaran dengan Hanif, cowok itu benar-benar menjaga kesucian dari diri Eca.
Benang saliva terpampang bersebrangan di kedua bibir pasutri itu. Membuat Eca pegang dada nya sendiri dan merasakan detakan jantung yang tidak biasa.
"Eh apa ini? dada saya kok cenat cenut?" Dalam Hati Eca.
Rupanya ciuman pertama Eca, membuat nuansa yang berbeda, Eca benar-benar merasakan apa yang namanya berciuman bibir.
Dia memandang wajah Niko dengan lamunan, memegang bibir — berpose seperti patung.
"Mau lagi?" Kata Niko.
"Fuck, harusnya ciuman pertama saya untuk Hanif!" Jawab Eca.
"Hanif lagi" Gumam Niko.
"Iya Hanif, seseorang yang benar-benar gue sayang! Kenapa!" Ketus Eca.
Niko gak menjawab, memilih berjalan untuk keluar rumah, meninggalkan Eca sendirian di ruang tamu.
"Tunggu mau kemana?" Tanya Eca.
Lagi-lagi, Niko mengemban luka yang sudah Eca lukis di hatinya. Ya, selama masa perjodohan dan setelah pernikahannya.
Perkataan serta perbuatan Eca benar-benar membuat Niko sakit hati, dia berusaha memasang wajah senyum biar Eca tidak merasakan apa yang dia rasakan selama ini.
Niko berhenti melangkah, bukan karena untuk Eca yang mencegah nya pergi, hanya saja Niko tidak sengaja melihat kehadiran indah yang baru saja keluar dari rumah.
"Lah Niko?!" Kata indah menghampiri.
"Ngapain kamu disini?!" Tanya indah.
Indah celingukan melihat rumah yang tadinya ada spanduk rumah ini dijual, sudah ada yang menempati.
"Jangan jangan..."
"Iya saya pindah kesini, ga nyangka ya kita tetanggaan" Kata Niko reflek meraih pergelangan tangan nya Indah.
"EH!"
Eca membelalak, berlari menghampiri melerai pegangan tangan nya.
"Apa sih jangan gatel ya pegang-pegang suami orang!" Labrak Eca.
"What the fuck, jaga omongan kamu setan!" Sewot Indah.
Niko menghela nafas, menyuruh Indah untuk pulang, dan membawa Eca masuk kembali ke rumah.
"Saya cuma nyari angin kamu kenapa ngikut?" Kata Niko.
"Cari angin atau cari selingkuhan?" Jawab Eca.
Niko mengerut kening "Baru juga pegang tangan, emang nya kamu sampai setiap hari pulang dari kampus di antar pulang sama Hanif" Kata Niko.
"Dih kan dulu emang hari itu benar-benar kamu sibuk, tiba-tiba mendadak kerja, yaudah kebetulan dia ngajak, Eca ikut dari pada buang uang" Eca mengelak.
Niko tiba-tiba menatap dingin ke arah Eca.
bukan om,