Nai, seorang wanita yang menjadi janda diusia yang masih muda dan memiliki dua orang anak yang berusia enam tahun dan tiga tahun.
Suami tercinta meninggalkannya demi wanita lain. Tudingan dan hinaan dari para tetangga acap kali ia dengar karena kemiskinan yang ia alami.
Akankah Naii dapat bangkit dari segala keterpurukannya?
Ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
enam
Ahnaf keluar membawa piring kotornya. "Kak, itut," ucap Aliyah dengan nada cadelnya.
"Boleh, tapi jangan nakal dan buat rusuh dirumah tante, ya?" pesan Ahnaf pada sang adik.
Bocah berusia tiga tahun itu mengangguk cepat. Ia juga bosan berada didalam gudang terus dan ingin menghirup udara segar.
Lalu keduanya keluar dari dalam gudang dan menuju dapur milik Fhitry.
"Ayo masuk, dik. Kakinya dibersihkan dialas kaki itu, ya," titah Ahnaf pada adiknya. Ia tidak ingin rumah wanita yang telah membatu mereka kotor dan membuat pemiliknya marah.
Kembali Aliyah menganggukkan kepalanya, dan mengikuti kakaknya masuk ke dalam dapur.
Kemudian Ahnaf menutup.pintu dapur dan menuju meja washtafel untuk meletakkan piring kotornya. Tampak banyak piring kotor ditempat itu.
"Adik duduk dilantai, ya. Jangan nakal," ucap Ahnaf mengingatkan.
Lalu Aliyah menuruti perintah kakanya, dan duduk dilantai. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan kakaknya.
Ahnaf meraih bangku kecil yang terbuat dari plastik, lalu dengan cekatan ia mencuci piring-piring tersebut. Ia sering membantu ibunya jika selepas pulang sekolah, dan hal itu sangatlah mudah baginya.
Tak berselang lama, mbak fhytri pulang dari belanja. Ia tampak kepayahan membawa barang belanjaan yang sangat banyak. Ia terbiasa menyetok barang kebutuhan untuk seminggu, karena suaminya membawa bekal saat bekerja.
Saat ia menyingkap tirai pintu dapur, ia mendapati pemandangan yang tak biasa. Piring-piring kotor yang tadinya bertumpuk telah tersusun rapih, dan terlihat bicah laki-laki berusia 6 tahun itu sedang mengepel dapurnya yang basah akibat pekerjaannya barusan.
Hati wanita itu terenyuh. Mungkin Naii tidak diberikan suami yang baik dan juga ekonomi yang yang buruk. Tetapi ia dikarunia anak laki-laki yang begitu baik dan.pengertian, itu sesuatu anugerah yang sangat mengagumkan.
Fhitry masih bersembunyi dibalik pintu pembatas, ia tak ingin melihat aksi bocah tersebut, dan itu akan membuat Ahnaf sungkan.
Ia membiarkannya saja, lalu tanpa sengaja bocah itu menyentuh gelas yang berada dirak piring, dan...
Praaaank...
Gelas jatuh berhamburan. Wajah ketakutan tergambar jelas dengan kedua matanya yang tampak mulai berair.
Bocah itu segera akan memungutinya, lalu tiba-tiba saja,
"Eh, jangan sentuh!" cegah Mbak Fhitry yang tiba-tiba keluar dari persembunyiannya.
Ahnaf semakin ketakutan, saat pemilik rumah memergokinya memcahkan gelas tersebut.
"M-maaf, Tan, Maafin Ahnaf," ucapnya dengan nada ketakutan dan terdengar gemetar.
"Sudah, jangan disentuh, nanti tangan kamu terluka," ucap Mbak Fhitry, lalu meraih pengepel yamg sedang dipegang oleh bocah itu.
Ahnaf menelisik wajah wanita tersebut. Tidak ada amarah disana, hanya ada rasa khawatir yang terpancar diwajah wanita baik hati tersebut.
"Sini, biar tante bersihkan. Bawa adikmu menjauh agar tidak terkena pecahan kacanya," titah mbak Fhitry.
Bocah itu menganggukkan kepalanya, lalu menyingkir dari tempat tersebut.
Wanita paruh baya itu memebersihkan lantai dari pecahan gelas kaca itu, lalu membuangnya kedalam closed.
"Tan.. Maafin saya, ya... Saya tidak sengaja," ucapnya dengan penuh ketakutan dan rasa bersalah yang sangat kuat.
Mbak fhitry menatap wajah sang bocah penuh rasa iba.
"Tak mengapa, lagi pula kamu tidak sengaja membuatnya terjatuh,"jawab mbak Fhitry.
Ahnaf merasa lega dengan jawaban dari wanita tersebut.
"Ya, sudah. Kamu pulang saja, ini sudah Tante bersihkan," ucapnya lagi.
Kedua bocah itu menganggukan kepalanya lagi, pertanda mereka mematuhinya.