Wilda Sugandi adalah seorang istri yang baik hati dan menurut pada sang suami, Arya Dwipangga. Mereka sudah menikah selama 5 tahun namun sayang sampai saat ini Wilda dan Arya belum dikaruniai keturunan. Hal mengejutkan sekaligus menyakitkan adalah saat Wilda mengetahui bahwa Arya dan sahabat baiknya, Agustine Wulandari memiliki hubungan spesial di belakangnya selama ini. Agustine membuat Arya menceraikan Wilda dan membuat Wilda hancur berkeping-keping, saat ia pikir dunianya sudah hancur, ia bertemu dengan Mikael Parovisk, seorang CEO dari negara Serbia yang jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan Sahabat dan Godaan Pada Suami
"Assalamualaikum," suara Zulaikha terdengar ketus, tidak seperti biasanya yang selalu berusaha ramah di depan Wilda.
Wilda mencium tangan mertuanya dan mempersilakan Zulaikha masuk. "Kok Ibu tidak bilang dulu mau ke sini? Kan Wilda bisa siap-siap," kata Wilda sambil menutup pintu.
Zulaikha duduk di sofa ruang tamu, tanpa mempedulikan ajakan Wilda untuk duduk di meja makan.
"Tidak perlu repot. Saya cuma mau bicara sebentar," jawabnya dengan wajah masam.
Wilda merasa tidak enak hati. Dia tahu mertuanya pasti punya maksud tersembunyi di balik kedatangannya.
"Ada apa, Bu? Apa ada yang bisa Wilda bantu?" tanyanya hati-hati.
Zulaikha menghela napas panjang. "Kamu ini sudah berapa tahun menikah dengan anak saya, Wilda? Kenapa belum juga kasih kami cucu?" tanyanya dengan nada sinis.
Wilda terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia sudah sering mendengar pertanyaan ini, dan selalu membuatnya sakit hati. "Saya juga pengen, Bu. Tapi, belum dikasih rezeki," jawabnya lirih.
"Alasan saja! Apa kamu tidak pernah periksa ke dokter? Atau jangan-jangan kamu mandul?" tuduh Zulaikha tanpa belas kasihan.
Air mata Wilda mulai menetes. Dia tidak menyangka mertuanya akan berkata sekejam itu. "Saya sudah periksa, Bu. Kata dokter, saya sehat-sehat saja," jawabnya dengan suara bergetar.
"Sudah, sudah! Saya tidak mau dengar alasanmu lagi. Pokoknya, saya mau kamu cepat kasih saya cucu. Kalau tidak, saya tidak tahu lagi harus bagaimana," kata Zulaikha sambil berdiri dan pergi meninggalkan rumah Wilda.
Wilda terduduk lemas di sofa. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menjadi istri yang baik, menantu yang berbakti, dan wanita yang sempurna. Tapi, kenapa mertuanya selalu saja merendahkannya? Apa salahnya kalau belum dikaruniai anak? Wilda menangis tersedu-sedu. Dia merasa hidupnya sangat berat. Dia ingin bahagia, tapi kenapa selalu saja ada masalah yang datang? Apa dia harus menyerah saja?
****
Mobil Kijang Innova yang dikendarai Arya berhenti tepat di depan rumah mereka. Senyum bahagia terpancar dari wajahnya,membayangkan kejutan yang akan ia berikan untuk Wilda. Hari ini adalah hari yang istimewa, di mana ia akan mempertemukan kembali Wilda dengan sahabatnya, Agustine, yang sudah lama tidak bertemu. Arya keluar dari mobil dengan hati berdebar-debar. Ia tidak sabar ingin melihat reaksi Wilda saat bertemu kembali dengan sahabatnya. Ia yakin, ini akan menjadi kejutan yang tak terlupakan bagi Wilda. Dengan langkah mantap, Arya berjalan menuju pintu rumah. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum menekan bel.
"Assalamualaikum," ucapnya dengan suara lantang.
Pintu terbuka dan Wilda muncul dengan wajah bingung. "Mas Arya? Kok sudah pulang?" tanyanya heran.
"Ada kejutan untukmu," jawab Arya sambil tersenyum misterius.
Wilda mengerutkan kening, penasaran dengan kejutan yang dimaksud suaminya. " kejutan apa?" tanyanya.
"Tunggu sebentar," kata Arya sambil berjalan menuju mobil. Ia membuka pintu penumpang dan mempersilakan seseorang keluar.
Wilda terkejut melihat siapa yang keluar dari mobil. "Agustine?" ucapnya dengan suara bergetar.
Agustine membalas senyum Wilda dan mengangguk. "Hai, Wilda," sapanya dengan suara lembut.
Wilda tidak bisa menahan air matanya. Ia langsung berlari memeluk sahabatnya itu. "Aku kangen banget sama kamu," ucapnya sambil terisak.
Agustine membalas pelukan Wilda. "Aku juga kangen banget sama kamu," jawabnya.
Arya tersenyum melihat kedua wanita itu berpelukan erat. Ia senang kejutannya yang ia rencanakan berjalan lancar.
****
Dengan senyum lega, Arya menjelaskan kepada Wilda bahwa kejutan ini berasal dari Agustine sendiri. Tadi siang, Agustine meneleponnya, mengabarkan bahwa ia telah kembali dari Prancis dan ingin membuat kejutan untuk sahabatnya. Arya, yang mengetahui betapa Wilda merindukan Agustine, tentu saja menyetujui ide tersebut.
"Maaf ya, Sayang, makan malam romantis kita jadi batal," kata Arya sambil mengusap lembut kepala Wilda. "Tapi, aku yakin kamu lebih senang bertemu Agustine, kan?"
Wilda mengangguk dengan mata berkaca-kaca. "Iya, Mas. Aku senang banget bisa ketemu Agustine lagi," jawabnya tulus. "Aku nggak masalah makan malamnya ditunda. Yang penting, aku bisa ngobrol dan melepas rindu sama dia."
Arya tersenyum lega mendengar jawaban Wilda. Ia tahu, Wilda adalah istri yang pengertian dan selalu mendukungnya dalam segala hal. Ia berjanji akan segera mengatur ulang makan malam romantis mereka, setelah Agustine kembali ke rumahnya.
"Ya sudah, sekarang kita masuk yuk. Agustine sudah nunggu dari tadi," ajak Arya sambil merangkul Wilda.
Wilda mengangguk dan mengikuti langkah Arya menuju pintu rumah. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dan bercerita banyak hal dengan sahabatnya itu. Pertemuan ini pasti akan menjadi momen yang sangat berharga bagi mereka berdua.
****
Di tengah obrolan hangat antara Wilda dan Agustine, Arya merasa ada sesuatu yang aneh. Ia menyadari bahwa Agustine seringkali melirik ke arahnya, bahkan ketika ia sedang berbicara dengan Wilda. Awalnya, Arya mengira itu hanya perasaan sesaat saja. Namun, semakin lama, ia semakin yakin bahwa Agustine memang memperhatikannya secara intens. Arya menjadi sedikit canggung. Ia berusaha untuk tidak terlalu memperdulikan tatapan Agustine, tetapi tetap saja merasa tidak nyaman. Ia tidak ingin salah paham atau berpikir yang tidak-tidak tentang sahabat istrinya itu. Namun, di sisi lain, ia juga tidak bisa mengabaikan perasaannya yang mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
"Mas, kok diem aja?" tegur Wilda, membuyarkan lamunan Arya.
"Eh, enggak kok. Aku lagi merhatiin kalian aja," jawab Arya, berusaha bersikap biasa.
"Oh gitu. Kirain Mas Arya lagi mikirin apa," kata Wilda sambil tersenyum.
Arya membalas senyuman Wilda, tetapi pikirannya masih dipenuhi dengan tatapan Agustine. Ia berharap, perasaannya hanya salah saja. Ia tidak ingin ada masalah yang timbul di antara mereka, apalagi sampai merusak persahabatan Wilda dan Agustine.
****
Agustine semakin menjadi-jadi dalam memprovokasi Arya. Ketika Wilda pergi ke toilet, Agustine memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekati Arya. Ia sengaja duduk di samping Arya, terlalu dekat hingga membuat Arya merasa tidak nyaman.
"Arya, kamu kok ganteng banget sih malam ini?" kata Agustine dengan suara yang dibuat-buat sensual. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh lengan Arya dengan lembut.
Arya terkejut dengan tindakan Agustine. Ia berusaha untuk menjaga jarak dan tidak terpancing dengan rayuan sahabat istrinya itu. "Agustine, kamu apa-apaan sih?" kata Arya dengan nada sedikit gugup.
"Aku cuma bilang yang sebenarnya. Kamu memang ganteng, Arya. Aku jadi inget waktu kita SMA, kamu selalu jadi idola cewek-cewek," balas Agustine sambil tersenyum menggoda.
Arya semakin tidak nyaman. Ia melirik ke arah toilet, berharap Wilda segera kembali. "Agustine, jangan gini dong. Aku suami sahabatmu," kata Arya, mencoba mengingatkan Agustine.
"Justru itu masalahnya. Aku jadi penasaran, gimana rasanya punya suami seperti kamu," ucap Agustine dengan nada berani. Ia semakin mendekat ke arah Arya, bahkan hampir menyentuh wajahnya.
Arya benar-benar panik. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak mungkin berteriak atau mendorong Agustine, karena Wilda pasti akan curiga. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan Agustine terus merayunya.