Juliet Laferriere, gadis muda asal Prancis yang berakhir menjadi tawanan seorang mafia asal Italia.
Bermula saat Matteo Baldovino Dicaprio, pria dari keluarga mafia dengan kekuasaan terbesar di Italia, berlibur ke kota Paris, Prancis.
Pria dengan marga 'Dicaprio' itu mengalami kecelakaan mobil saat berada di kota Lyon. Kota beribu momentum dan lampu yang menghalangi cahaya bintang. Tepat saat kecelakaan terjadi, Juliet muncul seperti malaikat dan membantu pria berdarah dingin itu keluar dari mobil yang berasap.
Namun, kebaikan yang dia lakukan untuk menyelamatkan hidup seseorang, malah berakhir menghancurkan hidupnya sendiri.
"Rantai ini untuk mengingatkanmu, bahwa kau adalah milikku."
Bagaimana cara Juliet melarikan diri dari seorang Predator gila? Lalu, apa pria itu akan luluh dan membebaskannya dari ancaman? Yuk ikuti kisah mereka, dan jangan lupa beri dukungan kalian!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hotel
Juliet terkejut dalam diam. Dia tidak membuat tanggapan sampai pria itu hilang dari pandangan. Setelah Matteo masuk ke kamar untuk mandi dan bersiap, Juliet beranjak dari kursi dan melihat ke luar jendela.
"... Dia cukup baik hari ini."
Sambil menatap salju di pegunungan, gadis itu bersandar ke bingkai jendela dan memikirkan tentang kebaikan Matteo hari ini.
*
*
*
Setelah Matteo selesai bersiap, dia kembali turun ke lantai satu. Dia tampak sangat tampan meski hanya memakai kemeja hitam. Juliet tidak menyangkal tentang ketampanan pria itu, bahkan jika dia masih membencinya.
"Aku harus pergi ke pusat kota. Kau mau ikut?"
Juliet terdiam bingung. Dia sangat ingin keluar dari hutan itu, namun dia masih ragu untuk mencoba berbaur dengan Matteo.
"... Bagaimana jika aku mencoba melarikan diri lagi?"
Juliet mencoba memancing amarah Matteo. Saat dia tersenyum sinis menunggu jawaban, Matteo mendekat dan menarik kerah bajunya. Jarak di pertahankan dalam lima sentimeter. Saat pria itu semakin dekat, dia berseringai dan berbisik.
"Lakukan saja. Ancaman memotong kaki memang sudah tidak berlaku. Sebaliknya, bermain-main dengan tubuhmu akan menjadi ancaman baru."
Juliet tidak membuat tanggapan. Mata mereka masih menatap satu sama lain dalam jarak yang semakin menipis. Saat Juliet berniat membuang muka ke samping, Matteo meremas pipinya dan melanjutkan.
"... Kau harus ingat, Juliet. Aku mengatakan bahwa aku akan melepaskanmu saat aku bosan denganmu. Tapi kau harus tahu, bahwa aku adalah seorang pria yang tidak mudah bosan. Setidaknya selama setahun."
Juliet terbungkam. Bahkan dia tidak berani menggerakkan tangan untuk mendorong Matteo. Pemikiran tentang kebaikan Matteo sebelumnya seketika hilang. Mau bagaimanapun, Juliet sadar Matteo adalah seorang penjahat. Kebaikan apa yang di harapkan dari pria gila?
Setelah itu, Matteo kembali menjaga jarak. Dia mundur seolah memberi jalan pada Juliet untuk segera pergi dan bersiap. Gadis itu masih terpaku di tempat dia berdiri. Saat dia mencoba mengangkat kaki untuk melangkah, dia merasa rantai itu semakin berat. Itu jelas karena rasa gugupnya.
"Pergilah bersiap. Aku akan menunggumu disini."
Matteo melangkah pergi ke ruangan lain untuk menjawab telepon. Setelah pria itu memberi jarak cukup jauh, Juliet menghela nafas lega. Dia tidak membuang banyak waktu dan pergi untuk bersiap.
*
*
*
Mereka pergi ke pusat kota Napoli. Saat ini, mereka tengah asik menjelajahi jalanan dengan mobil. Bahkan saat melewati jalanan penuh, Juliet merasa baru terlahir kembali setelah kematian.
"Bukankah sekilas kita terdengar seperti 'Romeo dan Juliet'? Matteo untuk Romeo, dan Juliet untuk Juliet. Sebuah kebetulan yang sempurna."
Saat Matteo tiba-tiba berbicara, Juliet menoleh dengan cepat. Dia menertawakan pemikiran konyol itu. Siapa yang tidak kenal dengan kisah romantis sepasang kekasih asal Italia itu? Bahkan jika kau mencari tahu lebih jauh, pembuat kisah tersebut bernama Matteo.
Jika demikian, mungkin kebetulan hanya ada pada Juliet yang mengambil nama dari kisah mereka.
"... Apa Romeo pernah menculik Juliet dan mengurungnya di tengah hutan, lalu memasangkan rantai di kakinya?"
Juliet menyahut dengan baik. Mendengar jawaban tak terduga, Matteo menutup mulut dan tidak melanjutkan topik pembicaraan tersebut.
*
*
*
Mereka tiba di sebuah hotel bintang lima di pusat kota. Sejauh mata memandang, hotel tersebut begitu memanjakan mata. Bahkan sebelum kau bisa masuk, kau akan mendapat sebuah kekaguman yang berkelanjutan.
"Selamat datang."
Kedua penjaga di pintu masuk menunduk saat Matteo berjalan masuk. Eksistensinya yang dapat mengintimidasi menjadi sumber pokok dari cara mereka menyapa.
Saat pria itu masuk ke sebuah restorant yang berada di lantai satu, seseorang melambai dari jauh. Seorang wanita paruh baya tengah mengisi salah satu kursi khusus untuk pelanggan VVIP.
Matteo berjalan mendekat, di ikuti Juliet dari belakang. Saat dia duduk di salah satu kursi, dia memberi isyarat pada Juliet untuk duduk di sampingnya. Gadis itu tidak menolak dan mengikuti arahan Matteo.
"Matteo, lama tidak bertemu."
"Ya, madam dulce."
Mereka bertukar sapa seperti rekan kerja yang cukup akrab. Saat Matteo meneguk sebuah wine, dia menyodorkan makanan untuk mengisi waktu luang Juliet.
"Makanlah."
Juliet tidak membuat tanggapan. Dia menatap makanan itu dalam waktu yang cukup lama, sebelum berakhir memakannya. Dulce memperhatikan kedekatan mereka dalam diam.
"Ngomong-ngomong, siapa gadis ini? Kau tidak pernah dekat dengan siapapun sebelumnya. Itu membuatku sangat penasaran."
Mendengar pertanyaan tak terduga, bibir Matteo membentuk senyuman lebar. Dia meneguk wine lagi seolah memang tidak berniat menjawab.
"Mari kita berbicara tentang bisnis saja. Aku tidak akan menjawab jika kau menanyakan sesuatu yang tidak termasuk dalam pekerjaan."
Dulce melengos. Dia menatap Juliet sekali lagi, lalu mulai meneguk wine sampai habis. Wanita itu terlihat sangat ahli menyembunyikan kecurigaan dengan tampang yang santai.
"... Baiklah, aku dengar kau sudah berhasil mengelilingi separuh bumi untuk menyelundupkan narkoba."
Garis senyum di tarik dengan pasti. Pria itu tampak begitu bangga dengan potensi kerjanya. Dia memang sangat luar biasa dalam bidang ilegal.
"Bagaimana dengan Rusia? Bukankah Alexander pernah datang kemari untuk membantumu menyelundupkan narkoba ke negara itu?"
Matteo menghela nafas berat saat mendengar bagian terakhir. Dia tampak serius mengenai pembicaraan selanjutnya. Namun, sebelum dia menjawab, dia melirik Juliet sekali.
"... Kau tahu, akan sangat sulit menyelundupkan narkoba ke Rusia, karena ada Nikolai dalam FSB. Pria itu memang bukan lagi Psycho Rusia, tapi dia masih sangat kejam dan pintar."
Dulce menjadi pendengar yang baik. Dia menyalakan pemantik dan membakar rokok, lalu mulai menghisapnya. Saat asap keluar dari mulut, dia mendekat untuk menyahut.
"Aku akan membantumu. Sebagai imbalannya, kau harus memberiku beberapa kokain."
"Kokain? Apa kau berniat membunuh suami sampahmu itu?"
"Haha.. Matteo, mulutmu sangat kotor."
Mereka terus membicarakan beberapa rencana untuk penyelundupan narkoba. Sementara itu, Juliet hanya sibuk dengan makanannya. Sekali-kali dia di buat sangat terkejut dengan cara Matteo berpikir.
*
*
*
Setelah menyelesaikan pembicaraan, Dulce mempersilahkan Matteo untuk menggunakan satu kamar di hotel itu secara gratis. Ternyata hotel berbintang itu milik dari seorang madam mafia di Napoli.
Matteo membawa Juliet ke kamar dan mulai bersantai di sofa kamar tersebut. Tidak lupa, mereka juga di berikan beberapa makanan dan anggur untuk mengisi malam yang membosankan.
Saat itu, Juliet berbaring di kasur karena kelelahan. Matteo memperhatikannya dalam jarak sambil meneguk anggur berkali-kali.
"Kau tampak lelah padahal hanya duduk dan makan."
Juliet tidak membuat tanggapan. Dia tidak menyangkal dan membuat pembelaan. Dia memang hanya duduk dan makan, namun dia merasa lelah dan mual mendengar pembicaraan mereka yang terdengar mengerikan.
Saat Juliet berbalik untuk menyahut, Matteo mendapat panggilan telepon. Dia sadar Juliet hampir menjawabnya, karena itu dia tidak menjawab panggilan tersebut.
Melihat Matteo yang malah mematikan ponsel, Juliet mulai mengangkat tubuh bagian atasnya dan bersandar di ranjang. Dia menghilangkan keluhan yang tadi hampir dia lontarkan. Sebaliknya, dia sangat penasaran tentang sesuatu.
"... Apa kau memang sering menjual organ tubuh wanita di pasar gelap?"
Mendengar pertanyaan tak terduga dari Juliet, Matteo membola terkejut. Dia bahkan hampir tersedak minuman. Jika di ingat kembali, Carlotta memang pernah memberikan informasi yang tidak akurat tentangnya pada Juliet.
Matteo bangkit dari sofa dan duduk di kasur. Dia berseringai saat melihat Juliet mengepalkan kedua tangannya. Gadis itu tampak gugup dan takut dalam waktu yang sama.
"Kau benar. Aku memang sering menjualnya dan mendapat sejumlah uang. Apa kau tahu kenapa aku melakukan itu?"
Saat Juliet berniat beringsut ke samping, Matteo menekan kedua pundaknya dan mendekat untuk berbisik.
"... Karena mereka terus mencoba melarikan diri dariku."
Juliet semakin pucat. Bau alkohol yang menusuk hidung terasa semakin membuat dia gugup. Apalagi kedekatan mereka yang membuatnya sulit bergerak.
Saat Matteo semakin mendekatkan wajahnya, Juliet mendorong dadanya dengan kuat. Pria itu terpukul dan mundur dengan cepat. Garis senyum kembali di tarik dengan pasti. Sebuah senyuman dangkal yang tergambar di mulut pria itu semakin meyakinkan Juliet, bahwa dia memang sangat berbahaya.
"Kau menjadi pengecualian. Aku tidak akan menjual organmu, meskipun kau mencoba melarikan diri selama setahun penuh."
Juliet tidak membuat tanggapan. Bahkan saat dia membuka mulut untuk menyahut, dia berhenti di tengah jalan. Dia bingung dengan apa yang harus dia ucapkan untuk menjadi tanggapan.
Saat itu terjadi, ketukan pintu terdengar dari luar. Fokus mereka teralihkan pada suara tersebut dan membuat Juliet lega. Pria itu beranjak untuk membuka pintu.
"Tuan, ini kiriman dari madam Dulce."
Seorang pria masuk dengan sebuah roda penuh makanan dan pinot noir. Matteo merengut bingung tentang itu. Bukankah beberapa saat lalu dia mengirimkan hal yang sama? Itu terlalu berlebihan.
Saat dia melihat beberapa bubuk yang belum sepenuhnya larut dalam gelas, dia sadar tentang niat jahat wanita itu. Dia berseringai mengingat bahwa Dulce memang membencinya dari awal.
"Bawa kembali dan katakan pada bosmu, bahwa trik murahan seperti ini tidak akan bekerja padaku."
tar lanjut lagi sa kalo dokter nya udah pergi