Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Aura justru tertawa membacanya, "Tapi meskipun hanya kamu, aku sudah mendapatkan yang jauh lebih baik.. katakanlah ini seperti mati satu tumbuh seribu..."
"Ternyata aku hanya percaya diri, jadi apa kamu begitu cepat mencintainya setelah apa yang terjadi padamu..."
Aura membaca pesan itu dengan diam, ia tak membalasnya lagi meskipun seseorang yang mengirim pesan itu menunggu jawaban dari Aura.
Ceklek
Aura mengalihkan perhatiannya pada Haikal yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Kamu kenapa?" Tanya Haikal yang melihat Aura menatapnya dengan aneh.
Aura hanya menggeleng diiringi dengan senyum lembut.
"Ngak apa Mas, bajunya aku siapkan duku," Aura menuju tempat dimana pakaian Haikal tertata di sana.
Mengambil sepasang piama Aura memberikannya pada Haikal.
"Tidurlah lebih dulu, aku akan keruang kerja," ucap Haikal sebelum Aura berlalu menuju kamar mandi.
"Em.. jangan bekerja larut malam," Pesan Aura.
"Baiklah," Haikal mengecup kening Aura sebelum membiarkan Aura berlalu pergi.
Setelah mengganti pakaiannya, Haikal hendak keluar dari kamar, tapi deringan ponsel Aura membuat Haikal mengambil benda itu dulu.
"Nomor baru, malam-malam begini," Batin Haikal yang justru kesal melihatnya.
Haikal menggeser tombol hijau hingga suara seseorang di seberang sana terdengar.
"Aura, kau tidak lupa kan ini tanggal berapa! Kalau tidak jangan salahkan aku untuk membuatnya semakin buruk!"
Haikal membeku mendengar nada keras seseorang ditelepon.
"Ha-"
Tut..Tut.."
Belum sempat Haikal menjawab, telepon itu sudah lebih dulu di matikan.
"Siapa yang menghubunginya," Gumamnya, sambil menyalin nomor yang baru saja menghubungi Aura.
*
*
Setelah keduanya sarapan pagi dengan menu nasi goreng buatan Aura, kini keduanya berada didepan mobil, tepatnya di parkiran khusus tempat Aura bekerja.
"Jika kamu tidak nyaman, kamu bisa pindah ke kantor pusat," ucap Haikal sambil mengubah sedikit posisi duduknya.
Klik
Aura melepas sabuk pengaman dan tersenyum menatap Haikal yang sudah rapi dengan pakaian kerja, keduanya duduk di kursi depan, karena Haikal sengaja tidak memakai supir.
"Hanya satu Lisa, aku bisa menanganinya, lagi pula sebenarnya dia sedang berusaha menunjukan kualitas dirinya sendiri melalui aku," Ucap Aura.
Haikal mengangguk, "Jangan pikirkan kata orang lain, kamu berhak bahagia,"
Haikal menarik kepala Aura dan mengecup keningnya.
"Aku pulang telat, nanti supir akan menjemput mu," ucapanya lagi.
"Mn.. sebenarnya tidak perlu, aku bisa pulang dengan taksi." Aura merapikan dasi Haikal yang sebenarnya sudah sangat rapi hanya saja berdua dengan posisi dekat entah kenapa membuat Aura justru merasa gerah.
"Calon istri seorang Haikal Arsya Ravindra tidak akan dibiarkan naik taksi,"
Aura mecebikkan bibirnya, "Lebai! Aku sudah terbiasa jadi tak masalah Mas," katanya.
"Hm..aku tahu," Haikal menatap manik mata Aura dengan dalam, "Aura aku ingin apapun yang terjadi padamu aku orang pertama yang tahu, jadi aku harap kau mau berbagi apapun tentang mu padaku,"
Aura tertegun, tatapan Haikal seperti mengisyaratkan sesuatu, "Em.. baiklah, aku akan berusaha." Aura tersenyum manis membuat Haikal ikut tersenyum.
"Katakan jika kamu bersedia menikah denganku, maka saat itu juga aku akan menikahi mu," Haikal memajukan wajahnya untuk meraih bibir nude Aura.
Keduanya cukup intens memanggut daging kenyal yang begitu candu, hingga saat Aura merasa kehabisan napas, Haikal melepaskan pangutan bibirnya.
Aura mengatur deru napasnya yang memburu, wajahnya tampak memerah dan tangannya sibuk mencari kaca di dalam tas.
"Mas, kau membuat ku bengkak!" Kesalnya saat melihat bibirnya yang bengkak seperti habis perawatan filer.
Haikal terkekeh melihat wajah kesal dan cemberut Aura.
"Karena aku tidak akan puas jika hanya mengecupnya saja sayang," katanya dengan seringai wajah yang semakin membuat Aura kesal.
Setelah mengantarkan Aura, Haikal tiba di kantor saat semua karyawan sudah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
"Pagi Tuan," sapa sekertaris Haikal bernama Ayu.
"Berikan berkas dari klien xx Yu!"
"Baik Tuan,"
Ayu megambil berkas yang di minta Haikal, wanita itu mengikuti langkah Haikal didepanya.
"Tuan, didalam ada sepupu anda, Tuan Dafa." Ucap Ayu sebelum Haikal memasuki ruangannya.
Ceklek
"Selamat datang pak direktur yang terhormat,"
Haikal hanya menyipitkan matanya melihat Dafa sepupunya terseyum lebar dengan kedua tangannya terbentang.
"Cih, kau seperti menyambut seorang kekasih saja," ledek Haikal.
Namun Haikal tetap menerima sambutan yang diberikan sepupunya itu.
"Tentu saja, aku merindukan sosok kekasih yang tak pernah kutemui," Dafa tertawa setelahnya.
"Lama tidak bertemu bro.." Sapa Haikal.
"Um, kau terlalu sibuk melajang jadi tak pernah menemuiku!"
Haikal hanya memutar kedua bola matanya malas, sedangkan Ayu yang melihat hanya tersenyum simpul.
"Ini berkasnya tuan, saya permisi,"
Setelah menaruh berkas yang di minta, Ayu pun pergi.
"Terima kasih Ayu," Ucap Dafa dengan ramah.
Ayu sudah lama mengabdi di perusahaan Haikal, wanita itu juga sudah berkeluarga dan mereka cukup kenal dengan keluarga Ayu.
"Ini aku membawa sesuatu untuk mu," Dafa menaruh sebuah map diatas meja.
Haikal melirik sekilas, "Kerja sama dengan perusahaan xx yang ada di Australia, aku mendapatkan kontrak dengan mereka," ucap Dafa dengan bangga.
"Good," Haikal tersenyum senang.
"Kau tidak lupa dengan imbalannya bukan!" Dafa menaik turunkan alisnya dengan senyum penuh arti.
"Tentu saja tidak, kau memang pantas mendapatkannya!"
"Yesss!"
Meskipun usianya keduanya tidak jauh berbeda, tapi Dafa lebih ramah dari Haikal.
"Ngomong-ngomong apa Mario masih di tempatnya," Tanya Dafa dengan serius.
"Ya," Haikal tampak menghela napas, "Beberapa hari yang lalu dia meminta haknya,"
Ucapan Haikal membuat Dafa memicingkan matanya.
"Tidak sadar dirikah anak itu!" Kesal Dafa, "Coba dulu kau dengarkan aku, pasti anak itu tidak akan berulah,' ucap Dafa kesal.
Haikal hanya menghembuskan napas kasar, "Aku bisa memberinya, tapi melihat bagaimana dia selama ini aku tidak bisa, dia terlalu tamak dan ambisi,"
Haikal sudah mengamati Mario lama, jika saja Mario bekerja dengan baik dan hatinya tulus, mungkin Mario akan mempertimbangkan, hanya saja sepetinya Mario bukan orang yang tepat.
"Dia anak anjing yang lucu saat kecil, tapi ketika dewasa di akan mengigit!"
Ucapan Dafa membuat Haikal termenung, "Sudahlah, aku terlalu pusing jika memikirkannya."
Haikal beranjak dari kursinya untuk mengambil minuman dingin, pria itu juga memberikan satu kaleng pada Dafa.
"Kamu harus lebih hati-hati, Mario pasti akan berbuat nekat," Dafa memperingatkan.
"Um.. datanglah ke rumah jika ada waktu, aku akan mengenalkan mu dengan seseorang,"
Ucapan Haikal sontak membuat mata Dafa membulat.
"Kau punya kekasih? Apakah wanita perawatan tuan itu berhasil merayumu di atas ranjang." Ucap Dafa dengan senyum aneh diwajahnya.
"Omong kosong! Aku tidak tertarik dengan wanita banyak silikon tertanam dalam tubuhnya!" Desis Haikal geram.
Sedangkan Dafa tertawa terbahak-bahak. karena yang Dafa tahu Vinalah yang selalu mengejar-ngejar sepupunya itu.
"Dia jauh lebih berharga dari wanita manapun," ucap Haikal dengan pancaran mata hangat saat mengingat sosok Aura Melati.