Kelanjutan Novel 'Sepucuk Surat'
Khusus menceritakan kisah kakak Ifa, putri pertama Farel dan Sinta. Namun, Alurnya akan Author ambil dari kisah nyata kehidupan seseorang dan di bumbui pandangan Author untuk menghiasi jalan cerita.
Semoga kalian suka ya🥰🥰
------------------------
"Haruskah aku mengutuk takdir yang tak pernah adil?"
Adiba Hanifa Khanza, Seorang gadis tomboy tapi penurut. Selalu mendengarkan setiap perkataan kedua orang tuanya. Tumbuh di lingkungan penuh kasih dan cinta. Namun, perjalanan kehidupan nya tak seindah yang di bayangkan.
"Aku pikir menikah dengannya adalah pilihan yang terbaik. Laki-laki Sholeh dengan pemahaman agama yang bagus tapi ..., dia adalah iblis berwujud manusia."
Mampu kan Ifa bertahan dalam siksa batin yang ia terima. Atau melepas semua belenggu kesakitan itu?
"Kenapa lagi, kau menguji ku Tuhan?"
Ikutin kisahnya yuk, jangan sampai ketinggalan.
Salam sapa Author di IG @Rahmaqolayuby dan Tiktok @Rahmaqolayuby0110
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Kenapa pergi?
Mikail menyandarkan punggungnya di balik pintu ruang tangga darurat. Mata Mikail terpejam. Dadanya naik turun dengan nafas memburu.
Mata Mikail terlihat memerah tatkala mata itu terbuka.
"Maaf."
Lilih Mikail tak kuasa menahan perasaan nya.
Siapa yang menyangka, jika Mikail selama ini memandang Ifa berbeda. Sendari kecil Mikail sudah jatuh cinta pada Ifa. Bahkan sampai rela tak melanjutkan S2 nya demi bisa bekerja di perusahaan agar dekat dengan Ifa.
Tapi, sejak dulu Ifa hanya menganggap Mikail sebagai adik.
Hati Mikail sangat hancur mendengar Ifa akan menikah dengan orang lain. Hatinya terasa di cabik-cabik.
Ingin rasanya Mikail meluapkan perasaan nya. Tapi, selalu Mikail tahan. Perasaan yang tak bisa Mikail kendalikan sendiri.
Kini, hati Mikail kembali sakit mendengar kabar perceraian itu. Pernikahan yang baru terajut kini kembali kandas.
Haruskah Mikail bahagia akan itu. Tentu tidak. Mikail justru marah dan kesal. Akan keadaan yang Ifa alami. Mikail ingin datang dan menjadi sadar untuk Ifa. Tapi, Mikail sadar jika itu tak bisa.
Bukan Mikail tidak berani, tapi Mikail sadar jika dia hanya pemuda biasa. Apa yang Mikail miliki untuk melindungi pujaannya.
Mikail laki-laki yang selalu di ajarkan bekerja keras. Tentu tahu apa posisinya.
Kini Mikail memilih pergi. Bukan untuk meninggalkan Ifa dalam kesusahannya. Mikail hanya tak ingin jika dirinya lepas kendali.
Mikail sadar jika dirinya terus di dekat Ifa. Mikail tak bisa mengendalikannya. Apalagi, di saat Ifa sedang terpuruk begini. Mikail takut, ia bisa melakukan hal di luar batasnya.
Mikail tak ingin nantinya malah membuat Ifa takut padanya.
Mikail ingin, Ifa mengerti akan perhatian yang selama ini dirinya berikan.
Berharap dengan kepergiannya. Ifa bisa tenang menyembuhkan lukanya. Dan, Mikail berjanji ia akan kembali setelah merasa pantas untuk melindungi Ifa.
....
Di ruangan Ifa ...
Setelah Mikail keluar dari ruangannya. Ifa tetap diam dalam posisinya. Ifa masih shok dengan apa yang terjadi.
Kenapa Mikail begitu tiba-tiba pergi. Rasanya aneh.
Ifa merasa aneh akan tingkah Mikail. Apa Mikail ada masalah atau kesal karena Ifa sudah menyulitkan Mikail selama ini. Ifa jadi merasa bersalah akan hal itu. Ifa akan minta maaf nanti dan memohon agar Mikail membatalkan pengunduran dirinya.
Ifa tidak berpikir hal lain tentang Mikail. Ifa hanya menyangka jika Mikail marah padanya. Karena sudah menyulitkan Mikail selama ini hingga membuat perusahaan di ambang jatuh.
"Dia belum dewasa. Sikapnya sama seperti Harfa."
Gumam Ifa menggelengkan kepala. Menyimpan surat pengunduran diri itu di dalam laci tanpa berniat melihatnya.
Ifa lebih baik melanjutkan pekerjaan nya. Ifa berniat akan datang dan memohon pada Tante Cantika agar membujuk Mikail agar tak keluar dari perusahaan. Biasanya Tante Cantika yang bisa membujuk Mikail.
Ifa tahu betul jika Mikail tak akan pernah menolak permintaan Tante Cantika.
Sudah waktunya pulang, sedang pekerjaan masih menumpuk. Kini Ifa tidak akan lembur seperti biasanya. Ifa sudah berniat akan pulang. Namun, sebelum pulang Ifa akan mampir ke rumah om Yandi. Untuk membujuk Mikail agar tidak keluar. Ifa benar-benar membutuhkan Mikail saat ini. Tak mungkin Ifa mengurus sendiri. Apalagi perusahaan di ambang kehancuran.
Ifa masih belum paham, kenapa Mikail malah pergi dalam keadaan Ifa benar-benar membutuhkan Mikail.
Sudah lama rasanya Ifa tak menginjakan kakinya di rumah sederhana yang nampak asri dengan kebun bunga menghiasi pekarangan rumah.
Tidak terlalu banyak berubah dari dulu. Rumah om Yandi tetap seperti itu.
Dulu Ifa suka main ke rumah itu ketika Harfa merengek ingin bermain dengan Mikail dan Zahra.
Ifa juga sangat dekat dengan Tante Cantika yang bawaannya humoris. Tapi, tak sedekat Harfa dengan keluarga om Yandi.
Tok .. Tok ...
Ifa mengetuk pintu rumah tersebut.
"Sebentar!!!!"
Teriakan di dalam sana membuat Ifa tersenyum. Ifa hapal betul suara siapa itu. Senyum Ifa semakin mengembang tatkala pintu itu di buka.
"Kakak Ifa!"
Pekik Zahra kegirangan melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Zahra langsung memeluk Ifa erat.
"Assalamualaikum, Ara. Bagaimana kabarnya?"
"Hehehe. Waalaikumsalam kakak. Alhamdulillah baik. Ayok masuk, Ibu sama ayah pasti senang melihat kakak datang."
Zahra adik kembaran Mikail menarik lengan Ifa masuk kedalam rumah.
"Ibu, ayah. Lihat siapa yang datang ..,"
Seru Zahra membuat Tante Cantika dan om Yandi serentak menoleh.
Deg!
Tante Cantika tertegun melihat siapa yang berdiri di samping putrinya. Mereka masih tak menyangka jika Ifa akan berkunjung ke rumahnya.
"Assalamualaikum Tan, Om."
Ifa membungkuk mencium punggung tangan Tante Cantika dan menangkupkan kedua tangan pada om Yandi.
"Waalaikumsalam, sayang. Bagaimana kabar kamu? Sudah lama loh, gak main ke sini."
"Alhamdulillah baik, Tan."
"Ayo duduk, sini."
Tante Cantika membawa Ifa duduk di sofa ruang tamu. Zahra pergi ke dapur guna membuat minum.
"Tante seneng banget kamu berkunjung. Mikail pasti senang jika tahu kamu ada di sini. Tapi, sayang. Anak itu sudah tak ada."
Ada nada sendu di akhir kalimatnya. Membuat Ifa tak enak. Namun, Ifa juga sedikit heran. Kemana Mikail pergi.
"Kalau boleh tahu, Ail kemana, Tan?"
Tante Cantika melirik pada suaminya yang sejak tadi diam. Sedikit ragu, tapi melihat suaminya mengangguk membuat Tante Cantika mengerti.
"Ke LA, melanjutkan S2 nya."
"LA."
Beo Ifa tersentak. Kenapa Mikail tak mengatakan apapun pada Ifa. Ifa meremas lututnya sendiri. Perasaan nya jadi tak enak.
"Siang tadi. Mungkin, Kail sudah dalam pesawat."
Ifa tak tahu harus merespon apa. Bagaimana bisa Mikail meninggalkan Ifa begini. Bagaimana bisa Ifa membujuk Mikail jika orang nya juga tak ada. Tapi, kenapa Mikail tak bilang apapun. Itu membuat Ifa heran.
Secara tiba-tiba pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.
"Sayang,"
"Tante, apa Ail mengatakan sesuatu? kenapa pergi begitu mendadak."
Lilih Ifa, tak terima jika Mikail pergi begitu saja. Bahkan perginya begitu jauh yang tak bisa Ifa jangkau.
"Apa Kail tidak mengatakan apapun pada kamu, nak?"
"Tidak sama sekali Tan. Ail memberikan surat pengunduran diri lalu pergi. Bahkan tak memberikan kesempatan Ifa untuk bertanya."
"Mikail sudah lama merencanakan kepergiannya. Maaf jika bagi kamu itu mendadak."
Ujar om Yandi sambil menggelengkan kepala pada istrinya.
Ifa tak bisa mengatakan apapun. Ini begitu mengejutkan bagi Ifa. Ifa benar-benar tak mengerti dengan situasi ini.
Niat datang, berharap bisa membujuk Mikail agar kembali ke perusahaan tapi fakta lain yang Ifa dapatkan. Jika memang Mikail sudah lama merencanakan nya. Kenapa tak memberitahu Ifa jauh-jauh hari. Agar Ifa bisa mempersiapkan diri.
Karena tak ada hasil apapun. Ifa memilih pamit. Takut, kemalaman juga pulangnya.
Tante Cantika dan om Yandi hanya bisa menghela nafas berat.
Mereka juga tak bisa menahan putranya. Itu sudah keputusan Mikail dan mereka sebagai orang tua tak bisa melakukan apapun.
"Kenapa Mas tak mengatakan sejujurnya."
"Buat apa? Itu akan semakin membuat Ifa shok. Biarkan Ifa menyembuhkan lukanya. Jangan menambah bebannya. Pernikahan kemarin pasti membuat Ifa terluka sampai kandas begitu. Belum lagi keadaan perusahaan. Biarkan Mikail juga menyembuhkan lukanya dengan caranya sendiri."
"Andai putra kita lebih cepat bertindak. Mungkin, keadaan nya tidak akan seperti ini. Dan Mikail tak perlu meninggalkan kita."
"Semua salah dokter Sinta. Kenapa lupa akan janjinya dulu."
Ada kekecewaan dalam ungkapan itu. Kesal akan tindakan Farel dan Sinta yang sudah menjodohkan Ifa pada orang lain. Namun, Tante Cantika juga sadar. Jika dalam situasi ini tak ada yang harus di salahkan. Mungkin, memang jalannya harus seperti itu.
Bersambung ...
Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🙏 🙏 🥰
Datang untuk nya...