ASSALAMU A'LAIKUM USTADZ

Melihat wajah Mbak Yuyun yang sedih, entah kenapa hati Ustadz pun merasa perih. Seolah-olah ia tidak rela melihat kecantikan itu bersedih apalagi sampai meneteskan air matanya. Ustadz Adin juga tahu kalau Mbak Yuyun bukan lagi seorang gadis tetapi statusnya sudah menjadi Janda bahkan sudah mempunyai dua anak. Satu laki-laki berumur 5 tahun dan satunya perempuan berumur 3 tahun.

\= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \=

Menurut kabar yang cukup rahasia sewaktu Mbak Yuyun Hamil anak yang kedua dan usia kandungannya itu baru berusia 2 bulan. Suaminya ketahuan berselingkuh dengan wanita lain. Dan Wanita selingkuhannya itu adalah anak dari seorang pejabat yang kaya raya, juga merupakan seorang pengusaha besar. Suaminya itu bukannya sadar, malah ia dengan sangat tega menceraikan istrinya yang tengah hamil muda itu, hamil anak yang keduanya hingga sampai ia menjatuhkan talak tiganya. Suaminya itu lebih memilih selingkuhannya ketimbang memilih istrinya bahkan ia sampai menikahinya lalu hidup bersama selingkuhannya dan ia mencampakkan istrinya dengan begitu saja. Sampai-sampai Mbak Yuyun hampir saja nekat bunuh diri kalau saja tidak ketahuan oleh ayahnya mungkin saja dia sudah mati. Maka dari itulah keluarganya selalu memberi perhatian lebih kepadanya terutama ayahnya. Beruntungnya Mbak Yuyun termasuk wanita yang tangguh. Setelah keterpurukannya itu ia bisa menerimanya dengan hati yang ikhlas dan sabar, serta tegar menjalani hidup dengan status jandanya, ia selalu berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik lagi dengan cara rajin mengikuti pengajian-pengajian ilmu agama yang sekarang ini banyak diadakan di mushola-mushola dan tempat majelis-majelis taklim serta lingkungan pesantren. Hingga pada suatu saat akhirnya bertemulah dia dengan Ustadz Muda yang tampan ini.

\= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \= \=

Setelah Sang Ustadz berpikir sejenak. Apakah dia punya acara atau kegiatan yang lainnya dia juga mengingat-ingatnya agar tidak ada satupun yang terlupa. Kemudian ia mengangguk-kan kepalanya dengan mantap lalu berkata dengan santai tapi juga serius. "Baiklah, insyaallah saya akan berusaha untuk memenuhi undangan dari Pak Kades Wawan sekeluarga. Tapi sebelumnya saya mohon maaf dan terpaksa harus mengatakan ini yang sebenarnya sama Pak Kades Wawan beserta keluarga. Agar nantinya tidak merasa kecewa karena saya bicara apa adanya. Apabila ceramah saya nanti tidak sesuai seperti apa yang diharapkan oleh Pak Kades Wawan serta keluarga! Yah Maklumlah karena sejujurnya saya juga masih belum banyak pengalaman dan masih dalam tahap belajar apalagi untuk memberikan tausiyah yang isinya seputar nasihat pernikahan. Sementara saya sendiri juga belum pernah menikah dan untuk nasihat khitanan insyaallah tak usah diragukan lagi karena saya juga sudah pernah dikhitan dan tahu rasanya seperti apa!" Kata Ustadz Adin merendah dan dalam hatinya ia bertanya-tanya. "Kapan aku akan menikah, hadeuh?" x x x x x x x x x.

Mendengar jawaban dari Ustadz Adin yang menerima dan menyanggupi undangannya. Pak Wawan sekeluarga sangat gembira hatinya khususnya Yunita Ayu Septiani atau yang biasa di panggil Mbak Yuyun orang yang telah mengusulkan Ustadz Adin untuk mengisi acara ceramah agama. Dia sangat senang sekali dalam hatinya kalau tidak ada orang ingin rasanya ia menghamburkan diri memeluk Ustadz Muda ini. Sebab usulannya tidaklah menjadi sia-sia meskipun dia harus menahan sedikit rasa malu karena di goda terus oleh keluarganya khususnya ayah dan ibunya itu tapi didalam hatinya ia merasa sangat bahagia dan gembira, bahkan rasanya seolah semakin tumbuh saja rasa suka yang dimilikinya terhadap sang Ustadz Muda ini dan kini rasa itu menjelma bagai bunga-bunga yang indah merekah kian tumbuh dihatinya. Dia berharap seandainya saja perasaan ini bisa bersambut. Maka itu akan menambah warna didalam hidupnya yang selama ini terasa kelam.

Mereka sekeluarga berucap rasa syukur kepada Allah SWT yang amat mendalam dan berterima kasih juga kepada Ustadz Adin dan Umi Tiah karena telah menjawab undangannya. Pak Wawan menjabat tangannya Sang Ustadz sambil menepuk-nepuk kecil bahunya dengan tangan kirinya, dia sangat lega dan merasa bahagia di hatinya karena keputusan Ustadz yang sangat bijaksana juga mau membantunya. Dia juga merasa berterima kasih sekali kepada putrinya karena dialah orang yang menemukan ide itu lalu ia mengikuti saran darinya. Kini satu beban lagi bagai terangkat dari bahunya. Sejenak kita tinggalkan dulu keluarga Pak Wawan yang sedang bertamu dirumah Umi Tiah.

Syifa Fauziyah nampak terbaring lemah ditempat tidurnya, matanya tertutup rapat tapi nafanya terdengar sedikit memburu. Dia tidak masuk kuliah hari ini karena kondisi badannya yang tiba-tiba sakit entah kenapa dan apa penyebabnya ia sakit? Dia sendiri juga masih heran dan kurang yakin. Setelah semalaman dia menghadiri Pengajian bulanan yang di adakan di Masjid Nurul Huda Kp.Cipete Indah. Mungkin karena dia tidak biasa makan malam-malam atau mungkin juga ia merasa sudah tak kuat lagi untuk menahan gejolak cinta yang dipendam didalam hatinya karena ia sendiri tidak berani untuk mengungkapkan perasaannya pada orang yang sangat dicintainya atau mungkin juga ia sangat takut dalam hatinya karena banyaknya saingan cinta yang harus dihadapinya bukan hanya satu atau dua orang saja yang suka pada orang yang sama seperti dirinya.

Ayah dan ibunya menjadi sangat khawatir melihat kondisi anak gadisnya yang sangat mereka sayangi kini tiba-tiba jatuh sakit, padahal setahu mereka anak gadisnya itu tidak mempunyai riwayat sakit keras atau apalah yang sejenisnya dan selama ini Syifa terlihat baik-baik saja. Mengetahui kondisi anak gadisnya itu yang cukup parah bahkan wajahnya sampai pucat. Mereka ingin segera melarikannya kerumah sakit namun Syifa Fauziyah menolaknya sangat keras dengan alasan ia tidak kenapa-kenapa dan sebentar juga akan pulih kembali, bahkan dia juga berpesan kepada kedua orang tuanya untuk merahasiakan sakitnya ini dan tidak boleh siapapun mengetahuinya kecuali mereka bertiga. Karena Syifa takut kalau sampai Umi Tiah tahu dan dia juga memberi tahukan kepada adiknya bisa berabe urusannya nanti. Dia tidak mau dan merasa tidak pede sekali kalau harus bertemu dengan Ustadz Adin dalam kondisi yang lagi kurang baik ini. Tentunya mereka berdua juga panik apa yang harus dilakukannya saat ini karena putrinya menolak dibawa kerumah sakit dan mereka berdua juga dipaksa harus merahasiakan kondisi sakitnya ini. Setelah mereka berpikir sejenak akhirnya mereka menemukan solusinya. Ayahnya langsung saja menghubungi seorang dokter ternama yang dikenalnya agar segera datang kerumahnya, dia tidak mau melihat kondisi putrinya semakin bertambah parah. Setengah jam kemudian datanglah seorang dokter spesialis yang sudah teruji secara klinis dia bernama dokter Sadia Putri Alaydrus. Orangnya sangat cantik dan anggun dia memakai jas putih ala dokter dan memakai jilbab segi empat yang panjang berwarna coklat muda yang ia selipkan di jasnya. Tak lupa ia selalu membawa stetoskop yang ia gantungkan di lehernya dan peralatan lainnya yang ia masukkan kedalam tasnya. Ia mengendarai mobil Honda jazz berwarna biru, ia parkiran mobilnya dihalaman rumah mewah itu. Baru juga membuka pintunya dia sudah disambut oleh tuan rumah yang sudah menanti kedatangannya, segera saja ia dituntun dan diarahkan langsung menuju kamar putrinya dan dokter Sadia Putri pun orangnya cepat tanggap. Kemudian ia memeriksa pasiennya dengan sangat teliti sambil mengarahkan stetoskopnya dan menempelkannya kebagian- bagian tertentu. Sementara itu Syifa masih terbaring lemah ditempat tidurnya, dokter Sadia Putri mengecek denyut jantung dan denyut nadi tangan Syifa juga memeriksa mata dan mulutnya kemudian dokter Sadia Putri bisa bernafas lega setelah tahu kondisi pasiennya tidak separah seperti apa yang telah dikira. Sementara itu bapak H Syukri Mashuri dan istrinya masih menunggu dengan harap-harap cemasnya. Melihat dokter Sadia bernafas lega mereka juga sedikit menjadi lega namun masih ada kegelisahan di hati keduanya. Segera saja bapak H. Syukri Mashuri bertanya pada dokter Sadia Putri. "Bagaimana keadaan putri saya dok? Apa dia baik-baik saja?" Tanyanya harap-harap cemas. "Oh, putri anda memang baik-baik saja secara fisik tapi sepertinya ada sesuatu yang ditekannya secara paksa didalam hatinya karena sulit sekali untuk dikeluarkan hingga kondisinya menjadi seperti ini karena dia sudah tidak bisa lagi untuk menahannya dan kemudian berimbas pada tubuhnya, seperti apa yang anda lihat sekarang ini! Apakah ada sesuatu yang anda tidak kerahui atau mungkin putri anda punya suatu keinginan tapi dia malu atau tidak berani untuk mengatakannya kepada anda orang tuanya?" Balas dokter Sadia Putri yan menjelaskan kondisinya putrinya secara jelas dan gamblang namun suaranya tetap enak untuk didengar. "Maksud dokter?" Tanya Ayahnya Syifa. Sementara Syifa Fauziyah sendiri dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar dia memang bisa mendengarkan percakapan itu tapi tidak jelas apalagi ia merasakan kepalanya terasa sangat berat sekali. "Mungkin Putri anda terkena serangan TBC!" Jawab dokter Sadia Putri kalem. Tapi mereka berdua yang mendengarnya sangat kaget dan merasa jantungnya mau copot saat itu juga lalu mereka meneriakan kata."Tidak Mungkiiiiiin....!! " Dengan suara yang keras dan kompak. Dokter Sadia Putri kaget melihat respon mereka yang menurutnya berlebihan itu lalu ia menggelengkan kepalanya dan berusaha untuk menenangkan sepasang suami-isteri itu. "Tenang, tenang...lah! Kalian sabar dulu jangan main teriak aja begitu, telingaku bisa-bisa jadi pecah mendengar teriakkan kalian!" Seru dokter Sadia Putri menasihati keduanya sambil tersenyum manis. "Maaf dok!" Mereka merasa bersalah dan terkena teguran dari dokter cantik itu."Bagaimana kami bisa tenang dok? Selama ini kan? Putri kami itu tidak pernah mengalami penyakit yang aneh-aneh begitu!. Apalagi penyakit yang seserius semacam ini?" Jawab keduanya. "Makanya kalian harus bersikap tenang dulu biar akan ku jelaskan agar tidak terjadi kesalah pahaman lagi!" Dokter Sadia Putri berusaha membujuk mereka berdua agar tetap tenang.