Setelah kematian Panca, kekasihnya tujuh tahun yang lalu. Andara mencoba menyibukkan diri untuk karirnya. Tidak ada ketertarikan untuk mengenal cinta.
Andara gadis muda yang cantik dan energik, dia berhasil menempati posisi manajer di sebuah perusahaan fashion. Usianya sudah memasuki 27 seharusnya memikirkan pernikahan. Akan tetapi belum ada lelaki yang bisa masuk ke hatinya.
Butuh waktu bagi Dara untuk membuka hati pada pria lain. Entahlah, ada magnet tersendiri membuat dia malas memikirkan pasangan.
Ervan Prasetya, pria matang yang punya jabatan bagus di perusahaan tempat kerja Andara. Mereka di pertemukan dalam sebuah kerja sama tim. bagaimana Tom dan Jerry mereka selalu bertengkar.
Tapi ternyata itu yang membuat Ervan makin penasaran dengan Dara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa ekprisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
"Maaf, Saudara Ervan. Sepertinya ada penyeleksian lebih ketat lagi. Setiap perusahaan hanya bisa diwakili satu orang saja, dan Nona Andara sudah memasuki kriteria. Jadi, mohon maaf Anda tidak bisa ikut dalam kegiatan ini," kata pihak panitia.
"Kok, bisa, Pak? Andara itu perwakilan untuk dirinya sendiri, bukan perwakilan dari perusahaan. Kalau tidak percaya, silahkan hubungi Pak Hendro. Dia yang mengutus saya dan Andara ke sini!" tegas Ervan, tidak mau kalah.
"Kami sudah konfirmasi dengan Pak Hendro, dan beliau pun menyetujuinya. Jadi, saya minta Anda untuk meninggalkan tempat ini karena hanya peserta dan panitia saja yang berada di sini," jawab pihak panitia.
"Ya, ampun! Papa kenapa tidak cerita sama aku sih! Kenapa juga, dia malah lebih konfirmasi ke Dara daripada aku anaknya sendiri? Jangan bilang Papa suka sama Dara? Terus dia percepat pertunangan kami supaya bisa leluasa bareng Dara? Aaargghhh!"
Dara bergegas memasuki kamar karantina. Satu kamar terisi oleh dua orang. Harusnya ada satu teman yang sekamar, tetapi karena si peserta mundur, akhirnya dia sendirian di kamar. Tak masalah justru lebih bagus, bukan?
Dara merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur di dalam tempat tinggal sambil menatap langit berwarna jingga.
Tampak dari kaca jendela kamar, mess yang terdiri delapan kamar, empat lantai atas dan empat lantai bawah. Katanya Dara masuk ke dalam peserta gelombang pertama, yang nantinya akan ada penyeleksian dari dua belas besar menjadi enam besar.
Orang-orang di kantor sangat berharap Dara masuk dalam penyeleksian selanjutnya. Dia pun bangkit dari kasur, lalu berdiri di depan jendela kamarnya.
Sekarang Dara sudah berada di daerah Kiara Condong. Penyeleksian diadakan kurang lebih satu minggu.
"Tadi aku lihat pesertanya cuma satu yang pria. Bukannya Pak Ervan juga ikut, ya? Kok, tidak kelihatan?" tanya Dara, bingung.
Dara mengeluarkan ponsel untuk menanyakan soal status peserta Ervan. Namun, dia urungkan. Buat apa memusingkan soal pria itu. Jika memang sang pria terdaftar sebagai peserta sudah pasti akan ada di dalam rombongannya.
"Selamat pagi, Semuanya. Perkenalkan, saya - Taufik Ramadhan yang akan menjadi instruktur kalian. Kalian pasti bertanya kenapa bisa berkumpul di Bandung, sementara acara final di Jakarta, bukan?"
"Nah, jawabannya itu karena kita akan membuka gerai keterampilan dalam acara besar di kota Bandung. Tentu ini akan disaksikan gubernur Jawa Barat dan Presiden kita. Saya minta selama beberapa hari di sini kalian harus membuat desain pakaian dengan tema, Parahiyangan. Tema ini akan menentukan kalian apakah lolos masuk enam besar atau tidak lolos. Dikarenakan acara ini yang akan membawa kalian ke acara di Jakarta. Paham?"
Dara menyimak pengarahan dari mentor secara serius. Begitu juga pria yang berada di samping yang ikut fokus mendengar orasi mentor.
Tak disengaja tatapan mata pria itu beralih ke gadis yang berada di sampingnya. Senyumannya seakan punya penyemangat baru.
"Hai, nama kamu, Andara. D. Ya? huruf D itu apa artinya?" sapa pria yang berdiri di sampingnya.
Pria tersebut menarik nafas dalam-dalam. Dia yang terlalu percaya diri jika gadis di sampingnya tidak mampi bicara normal.
Bisa jadi memang sosoknya yang sombong. Namun, pria itu tidak menyerah. Dia kembali memulai obrolan pada Dara yang enggan menjawab.
"Ehmmm ... hai, nama saya, Giring. Kata Mama dulu dia ngefans banget sama penyanyi dari band Nidji. Apalagi dia berharap rambut aku sama seperti vokalisnya. Sayangnya, Tuhan mentakdirkan rambut aku normal seperti pria lainnya. Buktinya sekarang ketampananku terpancar, bahkan lebih tampan dari vokalis yang disebut Mama," ucap Giring.
Dara menoleh ke arah Giring. Pria di sampingnya itu sangatlah lucu, walaupun tampangnya lumayanlah dari Ervan.
Ehh, kenapa dia malah mengingat Ervan. Dara segera menepuk kepalanya, tidak effort banget jika kepikiran malah terfokus pada sang atasan.
"Nama saya, Andara Danuarta. Panggil saja, Dara," kata Dara memperkenalkan diri, takut dianggap perempuan sombong.
"Ohh, jadi huruf D itu Danuarta? Hmmm ... apa itu nama belakang ayahmu?" Dara mengiyakan pertanyaan Giring.
"Kak Giring peserta juga?"
"Saya juga akan dibantu oleh asisten pelatih, yaitu, Giring Mahendra," ucap Taufik. Semua mata menoleh ke arah belakang. Pria yang disebutkan itu melambaikan tangan sambil tebar pesona.
Giring maju ke depan dan berdiri di samping Taufik. Kepala menoleh ke arah Dara. Pria itu tersenyum sambil mengedipkan mata.
Sementara Dari sendiri refleks membelalakkan matanya. Sungguh di luar naral, baru sehari di sana sudah bertemu pria spesies buaya darat.
****
Ervan sudah sampai di kantor untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Langkah kakinya terhenti melihat ruangan kosong. Dia pun masuk ke dalam ruangan tersebut sambil memeriksa barang yang ada di sana.
Sebuah photo di meja kerja milik Andara. Photo seorang pria bersama Andara. Ervan meremas dadanya, ada rasa sesak yang membuatnya hampir tumbang.
Ika melihat hal itu segera menolong Ervan. Memapahnya ke ruang kerja. Namun, sang wanita pun menggelengkan kepalanya.
"Ngapain di ruang kerja, Dara?" tanya Ika.
"Ada berkas Dara yang lupa aku ambil," kilahnya.
"Berkas apa berkas? Tidak ada ceritanya seorang atasan ambil berkas di ruang manajer. Seharusnya suruh Dara sendiri yang antar. Jangan bilang mau kepoin Dara?"
"Bukan begitu, Ika. Saya ...."
"Bapak itu jatuh cinta sama Dara. Bukannya sudah punya tunangan, ya? Terus sekarang ngapain ingin tahu tentang perempuan lain? Bagaimana jika Kinara megetahuinya, apa nanti dia tudak akan kecewa? Otomatis efeknya bisa merembet ke perusahaan ini, bukan? Dan, kalau pun ada apa-apa sama perusahaan ini, pasti akan ada banyak karyawan yang kehilangan pekerjaan, termasuk saya. Bapak, mau?"
Selesai menasihati sang atasan, Ika malah melihat Evan seperti orang yang kesulitan menapas hanya karena melihat foto tersebut.
"Bapak, gapapa? Kok, saya perhatikan kayanya Bapak sesak napas saat melihat foto itu? Memangnya ada yang Bapak ketahui?"
"Ika, kamu bilang tadi saya ingin tahu urusan Dara. Terus, kenapa sekarang kamu juga ingin tahu soal Dara? Mana lebih kepo dari saya pula."
Ika langsung diam. Dia juga tidak mungkin bilang yang sebenarnya pada Ervan. Bisa panjang urusannya nanti. Alih-alih wanita itu segera menghubungi seseorang di depan sang atasan.
"Om, Pak Ervan kumat lagi jantungnya," ucap Ika yang memberikan laporan penting pada Pak Hendro.
"Ngapain ngadu ke Papa, Ika! Aku masih bisa berdiri!" protes Ervan. Dia berusaha untuk kuat, tetapi keseimbangan tubuh tidak sinkron hingga membuatnya jatuh kembali.
"Nah, kan, sudah saya bilang jangan sok, kuat. Tunggu di sini, saya suruh Pak Sopir untuk antara ke rumah Om Hendro," kata Ika.
"Belum nikah aja sudah kempot, apalagi kalau sudah nikah," sambung Ika seraya meledek Evan.
"Ya ampun, gini ya, rasanya punya sepupu sekaligus cepu," batin Ervan.
Ervan menghubungi seseorang yang bisa dipercaya. Tentu dia mencari tahu tentang Kinara, termasuk siapa pun yang sudah mendonorkan jantung kepadanya.
"Apa yang bisa saya kerjakan, Pak?" tanya orang suruhan Ervan.
"Tolong cari tahu tentang transplantasi jantung tujuh tahun yang lalu atas nama saya, Ervan Prasetya. Kemudian kamu juga cari tahu juga keluarga dari si pemilik jantung saya."
"Itu saja, Pak? Apa ada yang lain?"
"Tidak, cukup itu saja." Ervan menutup sambungan teleponnya dengan orang suruhannya.
yuk mampir sudah up
apa salah nya di coba dulu.
kebanyakan readers juga gak suka klo alurnya muter2 dan bertele tele thor🙏🏻
semangat yaaa 🥰🥰