Luka Cinta Tak Berobat
Aisyah Humaira adalah seorang gadis desa yang tinggal di rumah majikan sang mama, selama tinggal di rumah sang majikan Aisyah bersahabat baik dengan putra rumah megah itu. Ia juga dianggap seperti anak seperti anak sendiri oleh sang majikan. Namun setelah kejadian naas itu telah mengubah segalanya. Aisyah gadis yang ceriah berubah menjadi gadis pemurung dan pendiam. Aryan yang selalu curhat dengan Aisyah tiba-tiba berubah menjauh, bahkan dia menawarkan diri pada orang tuanya untuk melanjutkan studinya di luar negeri saat tahu kehamilan Aisyah. Aryan tak ingin dimintai pertanggungjawaban karena tak memiliki rasa pada sahabatnya. Akhirnya Aisyah memutuskan membesarkan anaknya seorang diri. Aisyah lebih memilih menyembunyikan Ayah dari anak yang dikandungnya hingga pergi dari rumah megah itu. Ia akan membawa lukanya sendiri, tak perlu ada orang lain ikut merasakannya karena kesalahannya di malam itu. Cintanya hanyalah sebuah batas impian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindahfizz88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.20
Di sudut ruangan terlihat seorang anak kecil berumur dua tahun tengah asyik berceloteh sembari berlari-lari kecil. Kiyai Dahlan terengah-engah mengerjanya, deruan nafas memburu hingga tubuh terasa lelah. Ummi Aidah sontak tertawa kecil melihat pemandangan langkah itu. Hanya Zidan yang mampu membuat Kiyai bertekuk lutut.
Sedangkan Aisyah sibuk memasak di dapur dengan ditemani anak-anak santri lainnya.
" Emangnya tamu dari mana sih, Mbak?" tanya salah satu santri pada Aisyah.
Menurut Kiyai Dahlan, hari ini mereka akan kedatangan tamu untuk melihat-lihat pondok itu. Berita tersebut tersebar di segala penjuru pesantren hingga saat ini mereka akan menyambutnya dengan baik. Sebuah kehormatan bagi mereka karena seorang pengusaha besar di sebuah kota akan mendonasikan sejumlah uang dengan nilai yang tidak sedikit.
" Mbak juga kurang tahu, Dek!" Nanti tanyakan saja sama Ummi." sahut Aisyah.
Ia pun kembali meneruskan pekerjaannya yang sempat terjeda. Memasak adalah sebuah hobby bagi Aisyah saat ini. Sebuah kebiasaan yang setiap hari dilakukan bersama ummi Aisyah. Terkadang ummi Aidah menegurnya karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan mengabaikan kondisinya.
" Syah, kamu siap-siap ya, Nak! Tamu sudah ada di jalan dan tidak lama lagi akan sampai.
" titah ummi Aidah.
Aisyah menurut lalu beringsut dari tempatnya setelah memberi arahan pada anak-anak santri yang ikut membantu.
Ummi Aidah pun mengikuti Aisyah dari belakang, Aisyah berbalik menatap heran.
" Ada apa, Ummi?"tanyanya.
" Eh.. ummi hanya mau bilang, kamu dandannya yang cantik ya!" ucapnya sembari tersenyum.
ucapan ummi tidak dihiraukan oleh Aisyah. Ia tahu jika ummi ingin menyuruhnya berpakaian selayaknya perempuan-perempuan yang ada di luar sana. Namun Aisyah adalah perempuan sederhana, tidak suka memakai hal yang berlebihan.
Sebuah derungan mobil terdengar dan seketika anak-anak santri berhamburan menyambutnya.
Seorang pengusaha terkenal bernama Abraham kini tiba di pondok ditemani oleh seorang pemuda gagah perkasa, perawakan tinggi berkulit lansat. Semua mata tertuju padanya. Kiyai Dahlan menghampirinya dengan sumringan dan tak lupa mengucapkan salam untuk menyambutnya.
" Assalamualaikum, Kiyai. Bagaimana kesehatan, Anda?"
" Waalaikumsalam, Alhamdulillah sehat. Kami sangat berterimakasih pada anda karena sudah mampir di pondok kami. " sambut Kiyai begitu ramah.
Setelah usai berbincang-bincang, pak kiyai mengajak keduanya berkunjung di rumah yang hanya berjarak beberapa meter dari pondok tersebut.
" Silahkan masuk, Tuan!" ucapnya mempersilahkan tamunya.
Abraham dan putranya melangkah masuk mengikuti pak Kiyai. Kemudian mempersilahkan duduk dengan menyuguhkan makanan ringan dan minuman hangat.
Baru saja Kiyai ingin beranjak dari tempatnya memanggil sang istri namun sepintas matanya melihat Zidan berjalan menghampirinya dengan kekehan kecil.
" Zidan, kenapa ada di sini, Nak? Ulu-ulu cucu kakek memang paling pintar." ucapnya sembari menghampiri bocah itu.
Sedangkan Sidan terllihat mengangkat tangan meminta untuk digendong oleh Kiyai, hal yang biasa mereka sering lakukan jika bersama. Interaksi itu dilihat oleh Abraham dan Aryan.
" Ya..ampun, Zidan. " tegur ummi Aidah menggeleng kecil melihat bocah itu melengket pada suaminya.
" Ini cucu Kiyai, ya? " tanya Bram penasaran.
" Iya, Zidan adalah cucu pertama kami," terangnya merasa bangga.
Abraham mengangguk namun beberapa pertanyaan timbul di benaknya karena menurut cerita yang didapatkan, Kiyai dengan istrinya belum dikaruniai seorang anak. Namun hari ini dia melihat Kiyai tengah menggendong seorang bocah immut yang dianggap cucu.
" Berarti anggapan orang-orang ternyata salah," batinnya.
Bocah itu terlihat sangat aktif hingga ummi Aidah mengambil alih Zidan. Namun bocah tersebut terlihat tidak ingin dan terasa nyaman bersama Kiyai.
Abraham sesekali menelisik wajah bocah tersebut, entah kenapa wajah bocah itu mengingatkannya pada wajah Aryan semasa kecil. Sesaat ia pun melirik pada putranya, wajah yang hampir mirip membuatnya menggeleng tidak membenarkan apa yang ada dipikirannya.
ditunggu kembali up berikutnya 👍🤗
setelah Aisyah merasakan segala penderitaan nya dulu sewaktu kau hamili dan TDK kau akui, tapi malah kau Hina dia dengan kemiskinannya 🤨😤