Prolog.
Seorang artis populer tiba-tiba saja berpindah ke tubuh seorang perempuan yang gemuk dan selalu hidup dengan penghinaan hingga mengejutkan semua orang dengan perubahannya.
"Kenapa dia tiba-tiba jadi pandai?"
"Kemana perempuan bodoh yang selama ini mereka kenal?"
"Dia jadi cantik? Kalau begini, tuan muda pertama akan jatuh cinta padanya! Padahal akulah yang harusnya dicintai oleh Tuan Muda pertama!"
Gawat, banyak orang merasa terancam.
Tetapi Diana tidak akan berhenti sampai semua orang mendapatkan balasan atas semua perbuatan mereka selama ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Masalah warisan
Setelah selesai berbicara dengan sang suami, Diana keluar dari ruangan suaminya untuk kembali ke kota asalnya.
Tetapi baru saja menutup pintu ruang kerja suaminya, Diana menghentikan langkahnya saat melihat Jessie sudah berdiri di depannya sambil bertolak pinggang menatapnya.
"Kau siapa?" Tanya Jessi yang seakan-akan tidak mengenali perempuan di hadapannya, Diana yang lalu telah hilang dan seorang perempuan asing menggantikannya.
"Apa maksudmu bertanya seperti itu? Apa kau lupa membawa kacamatamu?" Tanya Diana kesal.
Jessie kesel, perempuan itu dengan geram berkata, "Kau! Beraninya babi gemuk sepertimu bersikap lancang padaku?! Kau lupa apa yang akan terjadi kalau kau berani mengusikku? Sedikit saja aku membuka mulut pada--"
"Oh, iya,,, Maaf, aku lupa kalau kau tukang adu. Kalau begitu selamat mengadu," kata Diana sambil tersenyum tanpa rasa bersalah dan berlalu pergi meninggalkan Jessie.
Jessie terbengong menatap kepergian perempuan gemuk dari hadapannya, 'Dia,,, Dia tidak takut lagi pada ancaman?' Jessie menggeleng, "itu tidak mungkin! Dia pasti takut tapi hanya berusaha berpura-pura kuat. Pokoknya aku tidak bisa membiarkannya, aku akan melaporkan masalah ini pada Tante!" Tegas Jessie segera berjalan ke ruang kerjanya untuk menghubungi ibu mertua Diana.
Sementara Diana yang meninggalkan kantor suaminya, perempuan itu kembali ke kotanya mengendarai mobil pribadinya.
Dalam perjalanan, Diana memperhatikan satu persatu iklan videotron yang dipasang di bangunan-bangunan besar.
Artis-artis dengan tubuh yang cantik dengan lekuk tubuh seperti gitar Spanyol membuat Diana sangat iri.
'Padahal dulu aku hidup dengan penuh kecantikan seperti itu, tapi kenapa sekarang tiba-tiba jadi seperti babi begini! Tidak salah orang-orang terus mengejek dan memandang sebelah mata perempuan ini, memang dia adalah babi! Aku harus segera mendaftar di salah satu pusat kebugaran. Tapi itu terlalu menyita waktu harus pulang balik dari rumah ke pusat kebugaran, Padahal aku harus membereskan bisnis Ayah yang mengalami penurunan sejak ayah jatuh sakit. Sepertinya lebih baik membeli alat-alatnya dan menggunakannya Di rumah,' kata Diana dalam hati.
...
...
...
Keesokan paginya, Diana bangun subuh-subuh sekali untuk memulai perjuangannya menurunkan berat badan.
Perempuan itu berdiri di atas treadmill dan memulai latihannya dengan jalan santai terlebih dahulu.
Seorang pelayan datang membawakan minuman untuk Diana yang merupakan minuman kesukaan Diana.
Jus dengan banyak gula membuat Diana menghela nafas, "mulai hari ini buatkan aku jus tanpa gula. Dan mulai hari ini juga aku akan makan salad saja tanpa garam! Proteinnya boleh dari telur atau daging ayam, jangan pernah menyediakan makanan yang mengandung mengajak gula atau daging merah di hadapanku!" Tegas Diana memulai tekadnya.
Sang pelayan yang mendengar itu hanya bisa melongo, "Nona yakin tanpa garam?" Tanya sang pelayan yang tidak bisa percaya kalau perempuan di hadapannya bisa memakan makanan tanpa gula dan garam sebab selama ini Diana sudah hidup berteman baik dengan gula.
"Ya," ucap Diana kembali fokus ke olahraganya.
Perempuan itu menghabiskan 2 jam di dini hari di ruang gym yang telah dibuat sendiri.
Setelah itu, Diana bersih-bersih di pagi hari dan pergi ke ruang kerja mendapati sang sekretaris telah menyelesaikan pekerjaannya.
"Kau yakin sudah merevisi semuanya?" Tanya Diana pada sang sekretaris.
"Sudah, Nona," jawab sang sekretaris yang saat itu kantong matanya sudah sangat tebal karena harus begadang semalaman.
Diana mengangkat sebelah alisnya, perempuan itu pun memeriksa dokumen di hadapannya namun baru dokumen pertama, Diana Langsung menghela nafas.
"Kau bilang ini sudah direvisi?" Tanya Diana pada perempuan yang berdiri di hadapannya.
"Eh?" Sang sekretaris terkejut, "saya benar-benar sudah merevisi semuanya," kata Sang sekretaris membuat Diana memukul meja dengan kera.
Brak!
Sang sekertaris terkejut dengan pukulan tersebut, dia menggigit Bibir bawahnya sambil menatap Diana dengan gugup.
"Apakah ada yang salah?" Tanya Sang sekretaris.
"Kemarin kau memotong setengahnya, dan sekarang memotong 25%? Lalu kenapa aku melihat ada perubahan di buku ini tetapi saldo di rekening ini tidak bertambah sepeser pun? Ke mana perginya uang-uang itu?" Tanya Diana.
"I,, itu,," sang sekretaris sangat gugup, Tentu saja uang-uang itu telah Ia gunakan untuk memenuhi gaya hidupnya, dan selebihnya diambil oleh Michella.
Jadi meskipun dia bisa merubah data-data yang ada pada dokumen keuangan, Tetapi dia tidak akan bisa mengubah saldo di dalam rekening karena uangnya telah habis dipakai.
"Kenapa kau diam saja?" Tanya Diana kembali melototi perempuan di hadapannya.
Sang sekretaris yang ketakutan dengan gagap berkata, "Ma,, maafkan saya, saya akan segera menghubungi bendahara--"
"Panggil bendahara itu kemari!" Perintah Diana yang saat ini berada dalam kondisi penuh amarah.
"A, apa? Ta,, tapi benar sedang ada di luar negeri, jadi--"
"Di luar negeri katamu? Kita punya 6 bendahara, semuanya di luar negeri?!" Tanya Diana kesal, dia tidak menyukai perempuan yang berbelit-belit di hadapannya itu.
"Saya akan memanggil mereka sekarang," ucap sang sekretaris sebelum berjalan pergi keluar dari ruangan Diana dan mencari pojokan di rumah tersebut untuk menelpon.
Sambil berjalan ke arah balkon, sang sekretaris menggerutu dalam hati, 'Sial! Kenapa Nyonya Michella belum datang juga? Kalau begini terus, aku tidak bisa menahan perempuan itu lebih lama lagi!' gerutu sang sekretaris dalam hati sambil melihat layar ponselnya.
Dia menelepon Michella.
Drrtt... Drrtt.... Drrtt...
"Ada apa?" Tanya Michella dari seberang telepon dengan nada suara yang kesal.
"Apakah anda belum datang ke sini? Perempuan itu mengamuk lagi, dia menyuruhku memanggil semua bendahara untuk diinterogasi karena saldo rekening yang bermasalah," ucap sang sekretaris cemas.
"Apa?! Dia mau memanggil bendahara? Memangnya dia tahu apa soal pekerjaan? Kami akan tiba 15 menit lagi, jadi bertahanlah sebentar!" Tegas Michella sebelum mematikan panggilan telepon itu dan beralih menatap Kakak pertamanya yang duduk di sampingnya.
"Pokoknya kau harus memberi pelajaran pada anak Denis! Bisa-bisanya kemarin dia merendahkan kami bersama ibunya itu! Aku sangat kesal setiap kali membayangkannya!" Gerutu Michella.
Pria bernama Gideon yang dibicarai oleh Michella dengan santai berkata, "apa yang anak kecil itu tahu? Hanya anak yang manja, dan ibunya yang terlalu lemah itu, cukup mudah untuk menghadapi mereka."
"Awalnya aku juga berpikir seperti itu, tapi setelah bertemu dengannya, dia seperti bukan anak manja yang selama ini kita kenal. Siall,,, Ini semua karena Denis yang menyerahkan seluruh warisannya pada putrinya, padahal seharusnya Dia memberikan sedikit bagian untuk kita," gerutu Michella.
"Jadi seluruh harta warisannya diberikan pada putri dan istrinya?" Tanya Gideon.
"Itu benar! Padahal selama ini aku sudah berkali-kali mengingatkannya kalau Putraku juga harus dia perhatikan, tapi dia mengabaikan semua ucapanku! Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah membuat Putraku mengelola bisnis itu supaya keluarga kita mendapat bagian. Kalau tidak seperti itu, maka seluruh harta Denis akan dikuasai oleh istri dan putrinya yang tidak berguna itu!" Geram Michella.
"Jangan khawatir, lagi pula bisnis Denis sangat banyak, jadi mereka berdua tidak akan mampu mengelolanya sendirian, apalagi perempuan itu bahkan tidak pernah menyentuh jenjang kuliah, jadi pengetahuannya pasti sangat dangkal," ucap Gideon.