Tinggal Janji

Joni sampai di rumahnya yang sudah di beli sejak enam bulan lalu. Sebenarnya rumah itu di beli oleh Mimi yang di berikan untuk hadiah ulang tahu Joni.

Hanya dengan bermodalkan kata-kata manisnya dan janji-janji yang selalu di tebarkannya untuk Mimi. Gadis itu luluh dan menutup mata serta telinga dari apa yang selama ini di lakukan oleh Joni.

Sebenarnya Mimi menyadari kalau Joni seperti laki-laki yang tidak modal alias mokondo. Tapi apa lah daya kalau dirinya sudah terlanjur cinta pada pemuda itu. Keroyalan Joni padanya juga menjadi pertimbangannya.

Itu sebabnya Mimi mau mengeluarkan uang banyak untuk membelikan sebuah rumah yang cukup mahal untuk Joni. Semua itu tentu saja tanpa sepengetahuan keluarga Mimi.

Kalau sampai pak Loni tahu apa yang di lakukan oleh Mimi itu. Tentu saja pria itu akan marah besar. Terlebih lagi kakak laki-laki Mimi yang memang tidak terlalu dekat dengannya.

Jika Mimi bertingkah di luar nalar atau sesuatu yang merugikan dirinya sendiri. Maka kakak laki-laki Mimi akan murka padanya. Namun meski begitu saudaranya Mimi itu cukup royal padanya.

"Kamu sudah pulang, Jon?" Sambutan hangat di berikan oleh keluarga Joni atas kepulangan pemuda itu.

Tentu saja semua itu mereka lakukan karena rasa bahagia saat mendapat pesan dari Joni yang akan membawa mereka makan enak di restoran. Joni benar-benar menaikkan taraf keluarga mereka hingga sangat di segani karena kekayaan mereka yang sangat banyak.

Bahkan di daerah Joni sendiri, tepatnya di desa di mana kakek nenek Zea dari pihak ibu tinggal. Ayahnya Joni merupakan seorang kepala desa, juga terkenal sebagai juragan tanah.

Di tambah keluarganya yang dari kalangan pejabat penting negara. Dan kini Joni sudah bertunangan dengan anak seorang pemilik perusahaan besar.

Sebentar lagi akan menjadi seorang pemimpin tertinggi di perusahaan itu. Bagaimana mungkin mereka tidak akan semakin di segani dan di takuti oleh orang-orang desa mereka.

"Kalian harus siap-siap, malam ini kita makan malam di restoran mewah. Sebentar lagi aku naik jabatan menjadi Direktur perusahaan keluarganya Mimi. Dan semua kendali akan berada di tanganku. Perusahaan itu juga akan menjadi milikku cepat atau lambat," kata Joni.

Pemuda itu berucap dengan bangga pada dirinya sendiri yang sebentar lagi akan menjadi pemilik perusahaan. Pada hal amplop yang di berikan oleh pak Rudi saja belum di buka dan di bacanya.

Joni hanya berasumsi sendiri sesuai dengan imajinasi dan ambisinya semata.

"Kamu memang yang terbaik, Jon." Preti bertepuk tangan bangga untuk adiknya.

Ia sungguh tidak sabar untuk datang ke restoran paling mewah di kota pusat itu. Selama ini jika ia datang ke restoran mewah, hanya berani memesan makanan yang cukup di kantongnya saja.

Tidak berani memesan makanan yang mahal dan paling enak karena harganya juga bikin eneg di dompet yang pas-pasan.

"Ibu, pengen pesan steak yang paling mahal di sana ah." Bu Mira langsung membayangkan rasa lezat dari daging steak mahal itu.

"Kalau yang paling mahal itu dari daging Wagyu, Bu. Kata beberapa orang yang ada di kantor kelurahan yang pernah Bapak dengar. Daging Wagyu itu yang paling enak, itu sebabnya paling mahal juga," kata pak Wendi.

Kedua mata bu Mira melotot mendengar penjelasan suaminya. Ia semakin tidak sabar ingin segera menyantap makanan mahal yang lezat itu.

"Benarkah itu, Pak? Kalau begitu kita berangkat sekarang saja, Jon." Semangatnya yang semakin membuncah.

"Aku mandi dulu kalau begitu," kata Joni di angguki bu Mira dan yang lainnya.

"Jangan lama-lama ya? Nanti keburu daging Wahyu nya habis lagi," ucap bu Mira.

"Wagyu, Bu. Bukan Wahyu, itu nama orang bukan nama makanan apa pagi daging." Preti meralat ucapan bu Mira yang salah.

"Halah, sama saja lah itu. Yang penting ada gyu nya kan?" Tidak mau kalah dengan sang anak, bu Mira mengeluarkan sanggahan lagi.

"Di restoran mewah gak mungkin kehabisan stok daging, Bu. Mereka pasti siapkan stok banyak untuk pada pelanggannya," ujar Gito.

"Iya, Bu. Gak mungkin banget lah kalau restoran mewah berbintang sampai kehabisan stok. Gak masuk akal kamu itu, Bu." Pak Wendi ikut memberitahu bu Mira yang memang orangnya selalu buat heboh dengan kalimat tidak masuk akalnya.

"Sudah lah, Bu. Lebih baik kita ganti baju dan dandan supaya kelihatan wah dan cetar. Jadi semua orang tahu kalau kita ini orang kaya," ucap Preti kala melihat sang ibu yang akan protes.

Mendengar ucapan sang anak perempuan membuat bu Mira mengurungkan niat untuk marah pada suami dan menantunya. Wanita itu bahkan lebih semangat dari Preti dan langsung pergi ke kamar yang di tempatinya.

Sedangkan Joni yang sudah selesai mandi dan sedang berpakaian. Ia terdiam seketika kala mengingat kejadian tadi malam di pesta pertunangannya.

Ia tidak menyangka kalau perempuan yang di tinggalkannya dengan segudang janji palsu itu bisa berubah jadi sangat modis dan elegan. Bahkan aura keanggunannya begitu kental dan terlihat mewah.

Mimi saja yang awalnya bagi dirinya sangat cantik, kini malah jadi terlihat biasa saja di mata Joni setelah bertemu lagi dengan Zea.

"Akh, untuk apa aku mengingat dia. Bukan kah hubungan kami sebenarnya memang sudah berakhir sejak lama. Bahkan aku gak pernah menganggap dia sebagai kekasih. Semua yang aku katakan dulunya cuma cara supaya dia gak berpaling. Jadi aku tetap di anggap sangat beruntung. Tapi sekarang malah aku sangat beruntung setelah melepaskannya. Aku bakalan jadi pemilik perusahaan, gak papa kehilangan kecantikannya yang penting dapat kekayaan yang ku inginkan."

Pemuda itu bergumam sendiri sembari menatap pantulan dirinya di cermin. Yang terpasang di lemari pakaian.

"Maaf saja, Zea. Aku lebih memilih harta dari pada cinta, karena dengan memilih harta aku bisa mendapatkan cinta. Dan semua itu terjadi di dalam hidupku, selamat menikmati janji palsu yang pernah ku ucapkan dulu. Aku yakin kamu pasti sangat menyesal sudah mempermalukan aku kemarin malam. Tunggu saja kamu nanti kalau aku sudah jadi pemilik sah perusahaan itu. Kalau kamu mau jadi selingkuhan ku atau jadi yang ke dua. Aku sih oke oke saja terima kamu lagi," lanjut Joni lagi.

Pemuda itu bersiul-siul bahagia sekali sore itu. Ia bersisir dengan rapi dan menyemprotkan parfum yanh semerbak di tubuhnya.

"Kamu memang luar biasa, Joni. Gak heran kalau banyak gadis-gadis cantik yang ngantri demi cinta kamu," ucapnya dengan pebuh percaya diri.

Sesampainya di ruang keluarga, terlihat semua keluarga Joni sudah berkumpul dan bersiap akan pergi.

"Ayo cepat, Jon." Bu Mira yang sudah tidak sabar semakin mendesak Joni.

"Kalian duluan saja, aku akan menjemput Mimi terlebih dahulu. Nanti aku beritahu nama restorannya dari pesan ke Kak Preti saja," kata Joni.

"Baiklah, tapi jangan lama-lama," ucap Preti yang di angguki Joni.

Mereka menaiki mobil masing-maisng dan pergi meninggalkan rumah itu. Tanpa sadar kalau ada yang mengintai di tempat yang tidak terduga.