REVENGE

Sri banyak berkomentar pada Ratih dan Ria. Akhirnya mereka terpaksa menurut perintah Sri supaya tidak diaduin ke Alex. Apa boleh buat, padahal mereka berdua sudah kapok berurusan dengan ny4w4 Kitsune.

"Aku akan ikut mengurus nona Kitsune, kalian berdua jangan menghalangiku. Kita bekerja dibawah perintah Ary."

"Sri, hati-hati dengan Ary. Tolong jangan mengganggu nona Kitsune, dia korban. Kami kasihan melihatnya diperlakukan semena-mena oleh tuan Alex."

"Kita bekerja harus profesional, buang rasa kasihan, sedih atau bersalah. Hidup itu milik kita sendiri. Kita miskin, hancur tidak akan ada yang peduli."

Omongan Sri sudah seperti selebritis klas dunia, di atas angin. Ria dan Ratih mati kutu dibuatnya. Mau berkelit tidak bisa, Sri sudah bawa kartu As. Rahasia Ria dan Ratih sudah dipegang oleh Sri.

"Apa rencana Ary selanjutnya? Aku takut kalau kita dipakai kambing hitam. Terus dia mendapat hasilnya, kita di penjara."

"Ria, kamu banyak cingcong. Jalani saja apa yang aku perintahkan nanti. Intinya kita akan membebaskan nona Kitsune dari sini."

"Aku tidak berani melakukan itu. Tuan Alex sangat kejam, kita bisa di cinc4ng kalau ketahuan."

Sri tertawa dengan apa yang Ria katakan, seolah peringatan serius di lontarkan Ria, semua omong kosong. Wanita itu hanya mengedikan bahu tak peduli.

“Tidak akan terjadi sesuatu, jangan kalian khawatir. biarkan Nanti kalian malah akan stress sendiri terlalu banyak berpikir."

Akhirnya, Ria dan Ratih bergabung. Sri dengan liciknya tidak memberitahu kedua temannya keseluruhan rencana. Mereka berdua tahunya kalau Kitsune dibantu melarikan diri keluar negeri.

Untuk pertama kalinya Sri ikut masuk ke kamar nona Kitsune. Kamar yang mewah dan elegan, dengan desain kamar tidur memadukan gaya kontemporer dengan unsur modern yang mewah. Penerapan model seperti ini berhasil menciptakan suasana elegan dan sophisticated.

Kemewahan terlihat begitu nyata berkat penggunaan material berkualitas tinggi seperti lantai marmer. Apalagi ditambah cover karpet beludru berwarna cokelat susu.

Panel dinding serta pencahayaan juga menambah daya tarik dan penggunaan tirai transparan yang memungkinkan cahaya alami masuk ke ruangan.

Di atas ranjang tergolek tubuh Kitsune berselimut tebal. Pendingin ruangan mati, tetapi kenapa wanita itu menggigil?

"Nona, apakah nona sakit?" tanya Ria menghampiri Kitsune. Ia menempelkan punggung tangannya di kening Kitsune. Benar saja, tubuh Kitsune panas sekali.

"Hubungi dokter Rudy supaya nona cepat di tangani." ucap Ria panik.

Ratih membuka hapenya, tapi Sri cepat merebutnya.

"Jangan sok baik. Biarin saja, toh yang lain tidak tahu." bisik Sri membuat Ratih mengernyitkan alisnya.

"Tidak Sri, aku bisa dibunuh oleh tuan. Bagaimana kalau nona pingsan atau ..." sahut Ratih kesal.

"Sri, tuan menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada kami, jika nona sakit kami harus menghubungi dokter."

Ratih dan Ria tidak peduli dengan Sri, mereka lebih takut kepada Alex. Dengan sigap Ratih mengompres Kitsune dan Ria menghubungi dokter Rudy.

Hape Ratih yang dipegang oleh Sri berdering,

"Hallo...ini siapa?" Sri mengangkat telepon sambil berkacak pinggang.

"Buka vidio mu, siapa kau, kenapa ada di kamar nona Kitsune." suara Alex terdengar berat.

"Maaf tuan, sa-saya Sri....pelayan tuan." gugup Sri. Ia segera mengembalikan hape Ratih.

"Mana Ratih dan Ria? Kasia dia hapenya."

"Maaf tuan Alex, nona sakit demam, saya sedang mengompres dan Ria menelpon dokter Rudy." gugup Ratih menjawab.

Wajah Alex terlihat khawatir. Ia menyuruh Ratih mendekatkan hapenya ke Kitsune.

"Nona, tuan ingin bicara dengan nona..."

Kitsune terdiam, matanya tertutup, dan wajahnya merah seperti kepiting rebus. Ia menggigil kedinginan.

"Ria, Ratih, aku belum bisa pulang, kalian jaga nona di kamar, jangan memasukan pelayan lain ke kamar tanpa se-izinku."

"Siap tuan."

Alex menutup hapenya. Pikirannya jadi kalut, mendengar Kitsune sakit. Tapi ia harus menyelesaikan tugas terakhirnya, untuk kedua saudaranya.

Kangen dan khawatir itu perasaan yang tidak bisa dihilangkan dari lubuk hatinya. Baru dua hari pergi Kitsune sudah sakit, ia marah kepada Ratih dan Ria.

Alex membawa langkahnya menuju, perusahan. Pengawal mengikutinya dari belakang, di antara mereka ada Ary dan Delila. Walaupun ke dua orang itu setia di belakangnya, perasaan Alex merasa asing dengan mereka. Tidak seperti dulu.

Suasana kantor tidak seperti biasa, sudah sepi. Dan entah mengapa perasaannya sentimentil.

Bayangan ke dua kakaknya dan Kitsune silih berganti menari di pelupuk matanya. Rasa rindu menyelimuti dirinya mebuncah ingin bertemu.

Aku sudah terbiasa dengan kehadiranmu, Kitsune, padahal kita belum seberapa bersama, tapi aku sudah merasa seperti lama hidup bersamamu. Bisiknya dalam hati.

Kitsune memang galak, tapi selalu bikin perasaannya melayang, setiap saat. Dia adalah seorang pasangan yang sangat sempurna, untuk menghilangkan rasa jenuh. Juga lawan di tempat tidur yang nagih.

"Sayank, duduklah sebentar, dari tadi kau belum mengisi perutmu, aku takut kau sakit." ucap Delila bersikap baik.

"Aku tidak lapar." tolaknya ketika Delila menyiapkan makanan di meja.

"Aku takut kau masuk angin dan diare." Ary ikut bersuara.

"Pengawal juga belum berani makan, karena kau belum makan."

"Ya sudah, suruh mereka duduk disini, ikut makan bersamaku." sahut Alex seraya duduk bersama pak Faiz konsultannya.

"Silahkan duduk pak Faiz, sudah waktunya makan siang."

"Terimakasih bos, kita makan sambil membahas masalah perusahan yang rencananya akan digabung.

Karena terus di paksa, akhirnya Alex tidak enak menolak. Delila dan Ary bersikap manis dan duduk tidak jauh dari Alex. Mereka berdua tidak berani terlalu dekat seperti dulu.

Alex sepertinya kurang konsentrasi, ia terlihat beberapa kali vidio call dengan Ratih menanyakan keadaan Kitsune.

Delila menahan rasa cemburu saat Alex video call dengan Ratih. Sikap Alex berubah seratus persen.

Selesai makan, Alex dan konsultannya membahas tentang perusahan, karena kedua kakaknya sudah tiada. Otomatis Alex menjadi Owner.

Mereka akan menggabungkan semua perusahan menjadi Corporate, mengacu pada suatu perusahaan besar berorientasi pada tujuan bisnis dan keuntungan besar. Di dalamnya terdapat, keterkaitan dengan bisnis, manajemen, struktur organisasi dari suatu perusahaan yang melibatkan beberapa orang dan beberapa sumber daya.

"Aku merasa Alex akan membuang kita." bisik Delila ketika dia bersama Ary berada di lobby depan.

“Kenapa kau yakin sekali?"

“Karena Alex membutuhkan teman bicara seperti Kitsune, genius dan menggoda."

Baru saja Delila mengatakan apa yang Ary sembunyikan. Pintar sekali Delila. Seolah dirinya mampu membaca apa yang ada di otak Ary. Sangat pandai membaca pikiran. Diam-diam Ary khawatir berpindahnya harta Alex ke tangan Kitsune.

“Kau harus percaya diri, jangan goyah. Kau adalah tunangannya." ucap Ary membesarkan hati adiknya.

Belum pernah Ary melihat Delila putus asa begini. Seolah Kitsune adalah momok yang menakutkan, padahal gadis itu sama seperti wanita lain yang biasa menjadi budak Alex, tapi mengapa Kitsune berbeda.

*****