NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah

Terpaksa Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ririn Yulandari

Kara sangat terkejut saat Ibunya tiba-tiba saja memintanya pulang dan berkata bahwa ada laki-laki yang telah melamarnya. Terhitung dari sekarang pernikahannya 2 minggu lagi.

Karna marah dan kecewa, Kara memutuskan untuk tidak pulang, walaupun di hari pernikahannya berlangsung. Tapi, ada atau tidaknya Kara, pernikahan tetap berlanjut dan ia tetap sah menjadi istri dari seorang CEO bernama Sagara Dewanagari. Akan kah pernikahan mereka bahagia atau tidak? Apakah Kara bisa menjalaninya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Yulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Pertama

Tadi setelah membuat teh dan kopi, aku kembali ke kamar karna aku sudah cukup mengantuk. Aku menutup pintu kamar tanpa menguncinya, karna Saga tentu saja akan datang kesini untuk tidur. Walaupun aku masih belum menerima pernikahan ini, tapi aku harus menerima Saga sebagai suamiku dan ku putuskan mulai saat ini aku akan memanggil laki-laki itu dengan sebutan Mas, sesuai perkataan Ibuku agar sedikit lebih menghargai Saga sebagai suamiku.

Aku langsung masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih, setelah itu aku menuju meja riasku untuk memakai skincare terlebih dahulu. Saat semua sudah selesai, aku pun membaringkan tubuhku di kasur tak lupa aku memberi guling di tengah-tengah kasur agar membatasi aku dan Saga nanti saat tidur.

Tentu saja aku merasa takut, bagaimana kalau Saga langsung meminta haknya? Padahal aku sama sekali belum siap, ku pikirkan jawaban apa nanti yang akan aku berikan padanya dan pada saat itu seseorang dari luar membuka pintu. Disana, Saga berdiri dengan tubuhnya yang tampak sempurna. Dia sadar aku belum tidur, kemudian laki-laki itu berjalan mendekati kasur. "Kenapa belum tidur?" tanyanya menatapku.

"I-ini mau tidur kok," ucapku menarik selimut agar semakin menutupi tubuhku.

Saga tersenyum melihat tingkahku. "Apa boleh Mas tidur di sini? Tapi, kalau kamu tidak nyaman gapapa nanti Mas tidur di sofa."

Dan kini aku sadar, Saga mengubah panggilan untuk dirinya sendiri bukan saya lagi yang terlalu formal, dia sudah mengubah cara bicaranya selayaknya suami pada umumnya.

Aku pun segera menjawab, mana tega aku membiarkannya tidur disofa, ya walaupun aku merasa aneh sekaligus takut karna mulai malam ini aku akan terus tidur bersama laki-laki yang masih asing sekali bagiku. "Kasurnya masih luas untuk kita tidur berdua, Mas bersih-bersih dulu baru ganti bajunya, udah aku siapin di lemari."

Laki-laki yang berstatus sebagai suamiku itu pun berjalan membuka lemari lalu mengambil sepasang baju piyama dengan lengan pendek yang sudah aku siapkan untuknya. Ku lihat dia mengambil langkah memasuki kamar mandi, sampai dia kembali keluar akupun belum memejamkan mata.

"Kok belum tidur, belum ngantuk yaa?" tanya Saga berjalan sambil menggosok rambutnya dengan handuk.

"Ga tau, aku ngantuk tapi ga bisa tidur," jawabku yang memang betul aku sudah mengantuk tapi aku belum bisa tidur karna belum terlalu nyampan harus sekamar dengan laki-laki yang sudah menjadi suamiku itu.

"Apa karna lampunya belum di matikan? Kamu ga suka tidur dalam ruangan terang, Mas matikan lampunya?"

Alasan lain aku juga tidak bisa tidur juga karna ruangannya terang, aku terbiasa tidur dengan keadaan kamar gelap, lebih tepatnya remang-remang. Aku hanya mengangguk membalas pertanyaannya kemudian Saga melangkah mematikan lampunya, kini hanya lampu tidur yang menerangi kamarku.

Aku merasakan tegang saat Saga membaringkan tubuhnya di samping kananku, kami sama-sama terdiam menatap langit-langit kamar.

"Kamu pasti merasa berat dengan ini semua ya?" monolognya tiba-tiba.

Aku menoleh padanya. "Jujur aja, aku belum siap, aku ga nyangka bakal nikah secepat ini. Tapi, aku bakal berusaha buat belajar terima semuanya, tolong bimbing aku ya? Kasi tau apa yang harus aku lakukan agar bisa jadi istri yang baik buat kamu."

Saga menoleh dan tersenyum hangat padaku. "Mas ga nyangka kamu sudah berpikiran seperti itu, padahal Mas baru aja akan ngomong. Mas janji bakal bimbing kamu, Mas bakal nunggu sampai kamu terima dengan Mas ataupun pernikahan ini," dia menjeda ucapannya kemudian dengan ragu-ragu kembali membuka suara. "Apa boleh Mas panggil kamu sayang?"

Aku tentu saja langsung terkejut dengan permintaannya itu, aku tak tahu harus menjawab apa. Bukan kah ini terlalu buru-buru? "Maaf, Mas terlalu terburu-buru yaa. Yaudah, gapapa nanti aja kalau kamu udah terima Mas," ucapnya lagi saat aku belum juga menjawab pertanyaannya.

Dengan cepat aku kemudian menjawab dengan ragu-ragu. "B-boleh."

"Benaran?" tanya Mas Saga terlihat begitu bahagia dengan pernyataanku barusan.

"Iya Mas."

Dengan semangat dia mengajakku tidur karna sudah terlalu larut. "Ayo tidur sayang, malam udah terlalu larut. Ga baik tidur terlalu malam," katanya padaku.

...Ω...

Pagi pun tiba, aku begitu terkejut saat pertama membuka mata dada seseorang berada persis depan wajahku, aku mendapati tubuhku kini berada dalam dekapan seseorang dan seakan lupa, baru ku sadari aku sudah menikah. Aku terbangun dalam dekapan Saga, aku ingat jelas tadi malam ada guling sebagai pembatas di antara kami, kemana perginya guling itu?

Bagaimana aku dan Saga bisa berada di posisi yang sangat dekat ini? Sungguh pusing memikirkannya dan akan memalukan saat Saga pun bangun dan menyadari kini kami saling mendekap. Aku menarik tanganku yang memeluk pinggangnya dan dengan pelan aku mencoba keluar kungkungan tangannya itu.

Buru-buru aku bangun, kemudian menatap jam ternyata sudah menunjukkan pukul 7: 09 pagi. Astaga aku kesiangan, baru kali ini aku bangun begitu lambat. Dengan tergesa aku memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhku, setelah bergantian pakaian dan memoles wajahku dengan sedikit make-up ternyata Saga belum juga bangun, aku ingin membangunkannya tapi rasanya takut dan tidak tega melihat dia yang tertidur sangat pulas, mungkin kelelahan dengan pernikahan kami kemarin.

Aku pun memutuskan keluar dari kamar untuk menuju ke lantai bawah, dan baru ku sadari semua penghuni rumah ini sudah bangun hanya aku dan Saga yang bangun kesiangan.

Ku lihat Adnan sudah dengan seragam sekolahnya sedang duduk di depan TV sambil bermain game, sungguh bocah itu sudah kecanduan main game.

"Kiw-kiw, pengantin baru bangun jam segini," ucap Adnan bersiul saat menyadari kedatanganku.

"Apaan sih lo, emang kenapa? Sirik banget jadi orang," ucapku kesal.

Bukannya berhenti berbicara dia malah menatapku semakin jahil. "Pasti kecapean jadi kalian bangunnya telat."

Tak lagi aku tanggapi ucapannya itu dan berlalu kedapur dimana disitu sudah ada Disha dan Ibuku menyiapkan sarapan. Aku berdeham pelan agar keduanya menyadari kedatanganku.

Ku lihat Disha sedang membantu Ibuku memotong-motong sayur di meja makan. Sedangkan Ibuku sendiri tengah menggoreng ayam.

"Ciee, pengantin baru bangun jam segini," niat hati ke dapur agar tidak mendengar coletehan Adnan yang membuat ku kesal disini malah gantian Disha yang menggodaku.

"Kecapean jadi baru bangun," ujarku menuangkan air putih ke dalam gelas yang baru saja ku ambil, lalu ku minum air itu beberapa kali teguk.

"Asik, ga lama lagi jadi keponakan gue." Astaga jadi kecapean yang Disha kira itu dalam artian cape di kasur?

"Jorok banget sih pikiran lo, gue cape karna acara kemarin bukan ke capean karna hal lain," ucapku malas menjauh darinya lalu menghampiri Ibuku.

"Mas mu udah bangun, Ra?" tanya Ibu padaku.

"Tadi waktu kesini masih tidur, Bu. Belum aku bangunin, sini biar aku gantiin goreng," tawarku.

"Gausah kamu gantiin aja itu Disha, kasian dia tamu malah Ibu suruh potongin sayur," ucap Ibuku tak enak hati.

Akupun mengiyakan perkataan Ibuku, tapi sebelum melangkah kembali pada Disha suara teriakan Adnan dari ruang TV terdengar hingga kesini.

"MBAK KARA, MAS SAGA CARIIN NIH!"

Astaga bocah itu sungguh masih pagi-pagi sudah ingin membuat tensiku naik. "Nah, itu Mas mu udah bangun, Ra. Sana samperin mungkin butuh sesuatu, ini sekalian bekal Adek kamu kasi ke dia, mungkin udah mau berangkat itu," ujar Ibu memberikan kotak bekal berwarna biru padaku.

"Sekarang bawa bekal dia Bu? Udah kaya bocah aja padahal udah kelas tiga sma."

"Yaa, gapapa, katanya teman-temannya bawa semua jadi dia juga minta di buatin bekal," ujar Ibu padaku yang ku balas anggukan.

"Aku ke depan dulu, Bu."

Saat aku berjalan untuk melewati Disha, gadis itu langsung saja kembali menggodaku. "Cie di cariin Mas suami, udah lengket aja kaya di lem padahal baru sehari loh," ucap Disha dengan tatapan jahilnya padaku.

"Apa sih lo, namanya juga udah bersuami pasti dicariin terus," sahut ku memutar bola mata malas dan kembali berjalan menuju ke dua orang itu.

"Nih, kotak bekal lo. Kaya bocah aja pake bawa bekal segala," menyerahkan kotak bekal Adnan padanya yang di sampingnya sudah ada Saga yang duduk.

"Biarin aja sih, sirik banget. Pasti pas sekolah ga bawa bekalkan, makanya sirik," ujar Adnan memamerkan kotak bekalnya padaku sebelum ia memasukkan ke dalam tas.

"Dih, ngapain sirik, najis banget," ucapku ogah-ogahan. "Udah deh sana berangkat, liat lo disini tensi gue udah naik pagi-pagi."

Adnan kemudian membalas ucapan ku tak ingin kalah. "Malah salahin orang, itu salah sendiri dikit-dikit tensian. Awas Mas, nanti telinganya penuh di omelin Mbak Kara terus," ucap mengompori Mas Saga yang sedari tadi tersenyum melihat perdebatan kami berdua dia pagi-pagi begini.

Aku tak menanggapi perkataan Adnan dan kini mengalihkan tatapanmu pada laki-laki yang sudah berstatus suamiku ini. "Kenapa cariin, Mas butuh sesuatu?"

Di menggeleng pelan. "Ngga sayang, tadi cuma kaget pas bangun kamu udah ga ada. Pas turun kesini ketemu Adnan dan bilang kamu lagi di dapur, makanya tadi langsung teriak dia. Maaf yaa?" ucap Saga merasa bersalah karna pagi-pagi sudah membuat Adnan berteriak karna mencariku.

Tapi, sebelum ku jawab perkataan Mas Saga. Adikku Adnan yang cerewet itu sudah lebih dahulu berbicara. "Cie-cie udah sayang-sayangan dan panggil Mas aja, padahal siapa yang kemarin-kemarin nangis ga mau nikah. Sekarang malah bucin banget hahaha," tawa Adnan yang tentu saja mengejekku langsung keluar begitu saja.

Astaga, rasanya aku ingin sekali menceburkan bocah ini ke got agar bisa berhenti bicara dan tidak terus menggodaku.

1
Keyla Fatimah Az-zahra
sangat bagus saya suka
Lutfi_NL
good👍👍
Lutfi_NL
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!