NovelToon NovelToon
Give Me A Clue: Why Should I Stay Alive?

Give Me A Clue: Why Should I Stay Alive?

Status: tamat
Genre:Tamat / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Masuk ke dalam novel / Roh Supernatural / Fantasi Wanita / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

[ARC 1] Demallus-Hellixios-Rivenzha

Seorang perempuan terbangun di dunia lain dengan tubuh orang asing. Tak cukup dengan tak mengingat kehidupannya di masa lalu, sejak ia datang ke dunia itu, situasinya kacau.

Di kehidupan itu, nyawanya juga akan hilang hanya dengan satu kata dari seorang raja atau kaisar.

Namun, ia menemukan berbagai hal luar biasa dalam perjalanan, seperti makhluk sihir, teman seperjalanan yang menarik, dan alasan sekecil apa pun untuk bertahan hidup.

Meski tak terlalu dihargai, ia juga tak begitu peduli. Tapi kegelapan tak diketahui perlahan memanggilnya. Seolah memaksa melukai orang-orang yang mulai ia anggap berharga.

"Jika Anda menimbulkan kekacauan dan pergi ke jalan kegelapan di masa depan. Apa Anda bersedia membunuh diri Anda sendiri?"

Akankah kematian menjadi satu-satunya hal yang menunggunya lagi?

Give Me a Clue: Why Should I Stay Alive?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20. Elf

"Saya sekarang sudah yakin, sasaran Anda nona Aesel bukan?"

"Ya."

Aesel mencoba mengendalikan diri, ia sudah berada di situasi kacau berulang kali. Gadis itu harus terbiasa untuk tak terlalu terkejut akan hal apa pun. Memang salahnya karena ia tak berpikir bahwa orang-orang itu tak bisa dipercaya dan Aesel sendiri tak cukup waspada.

Ia lengah hanya karena Kaltaz pernah bilang, mereka bisa diandalkan. Tapi mungkin lelaki itu hanya menyembunyikan kebenaran darinya.

Jika Aesel memang tak mengandalkan atau tak mempercayai mereka ..., seharusnya ia tak akan kecewa kan? Tapi jauh di lubuk hatinya, Aesel tahu ia kecewa.

"Dimana petualang yang lainnya?" tanya Aesel.

"Apa Anda mengkhawatirkan mereka? Sungguh mulia. Mungkin mereka mati, setidaknya saya bisa memberitahu Anda salah satu di antara tiga orang itu mati, saya yang membunuhnya," ucap Arasidion.

Setidaknya tanpa memastikan langsung siapa orang yang pria itu maksud, Aesel sudah menduga korbannya, dengan melihat senjata milik Torah ada di tangan lelaki itu. Aesel entah kenapa merasa kesal dan marah. Ini jadi pelajaran untuknya, tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya.

"Meskipun saya tahu kemungkinan besar saya kalah. Saya ingin sekali melawan Anda. Bahkan jika hanya 0,1% peluang saya menang, saya tetap akan mencoba. Tentu saja, saya senang jika berhasil mengenai Anda sedikit saja. Bertarung dengan Anda akan jadi sebuah kehormatan. Meskipun Anda melarikan diri dari pertempuran dengan Nightmare Walker. Tapi saya juga melarikan diri," ucap Arasidion.

"Maka sebaiknya kita menyelesaikan ini secepatnya. Anda lebih baik jika tak banyak bicara."

Saat mereka memulai pertarungan antar kesatria yang memakai pedang dan petualang yang memakai gada, Aesel didorong menjauh oleh Kaltaz ke dalam hutan. Ke luar jalur jalan utama.

Tapi, di sela pohon, Aesel masih bisa melihat pertarungan itu.

Kratak!

Gadis itu menoleh karena suara barusan. Ia melihat seorang wanita yang tampak mengendap, lalu keduanya bertatapan.

"Ah ..., halo?" katanya.

Kaltaz menyadari ada orang lain, ia menoleh sekilas.

"Anda sangat meremehkan saya sehingga sempat melihat hal lain," ucap Arasidion.

Pria itu tak merasakan hawa membunuh di sekitar selain dari Arasidion. Tapi itulah masalahnya, kadang musuh yang sangat hebat bisa menyembunyikan hawa membunuhnya dengan cermat.

"Apa Anda ingin ikut dengan saya?" tanya wanita itu pada Aesel. Sementara Kaltaz masih meladeni Arasidion.

Wanita itu terlihat cantik dan bersinar di bawah cahaya rembulan yang menyelinap di sela pohon dan dedaunan. Rambutnya dikepang, berwarna pirang keemasan, bola matanya berwarja hijau seperti permata zamrud, telinganya runcing.

Begitu cantik sampai Aesel terpesona.

"Dua—tidak, kurasa lima? Atau lebih banyak?" ucap wanita itu.

"Anda siapa?" tanya Aesel.

"Maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Alorasthea, Anda bisa memanggil saya Alora atau Thea, saya ras elf. Sepertinya Anda sedang dikejar, bukan begitu? Nona utusan agung?"

"Ah? Bagaimana Anda mengetahuinya? Saya, saya bukan—"

"Tentu saja, karena saya mendengar percakapan kalian tadi. Oh tentu saja saya tidak bermaksud menguping, saya hanya tidak sengaja mendengarnya saat sedang mencari herbal di sekitar sini. Ah Anda juga tak perlu khawatir, saya tidak berniat mencelakai Anda. Bagaimana dengan bantuan? Akan ada yang segera datang. Bukankah begitu ... Kesatria Kaltaz?"

Wanita itu beralih menatap ke belakang Aesel. Membuat Aesel mengikuti arah pandangnya.

Kaltaz sudah selesai dengan Arasidion dan menghampiri mereka.

"Apa yang terjadi?" Aesel tak melihat jejak pertarungan dan tak ada mayat Arasidion, Kaltaz juga tampak tak terlihat kotor.

"Apa sebenarnya niat Anda?" tanya Kaltaz.

"Tidak ada, Anda tahu saya bukan orang seperti itu. Saya hanya mendengar sesuatu yang sedikit menarik, atau mungkin saya sedikit tertarik dengan nona utusan agung?" ucap Alorasthea.

"Kalau begitu, bagaimana jika Anda lebih dulu pergi dengan nona Aesel? Saya masih ada sedikit urusan di sini."

"Apa? Apa Anda mengenalnya?" tanya Aesel pada Kaltaz.

"Sedikit. Sebaiknya Anda pergi, saya akan menyusul," kata lelaki itu.

"Apa? Tunggu—"

"Nah, maka dari itu sebaiknya kita pergi," ucap Alorasthea sembari menarik tangan Aesel, memaksa gadis itu berlari dengannya.

Sementara itu, Kaltaz tetap berada di tempatnya. Menunggu sesuatu yang mengejar mereka agar tak masuk lebih jauh ke Rivenzha.

"Tunggu dulu! Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Aesel.

"Anda harus meminta penjelasannya sendiri nanti. Saya bertemu utusan agung terakhir kali seratus tahun yang lalu."

"Seratus tahun? Ah—saya mohon bisakah kita berhenti dulu?"

"Sayang sekali tidak, kita harus pergi untuk mengamankan Anda selagi kesatria Kaltaz melaksanakan tugasnya."

Aesel benar-benar bingung. Sejak berada di dunia ini, ia selalu kebingungan sendiri.

Tak lama, mereka berhenti berlari. Lalu melangkah sembari elf itu menyingkirkan dedaunan dan membelah semak yang menghalangi jalan mereka. Keduanya menghindari jalan utama sejak tadi.

"Sungguh! Sebenarnya kenapa kita berlari?"

"Sudah saya bilang sebaiknya nanti Anda meminta penjelasan pada kesatria Kaltaz. Saya juga tidak tahu apa-apa dan perlu mendengar lebih jauh."

"Anda membawa saya pergi tapi tak tahu apa yang terjadi?"

"Secara detail, ya, saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya hanya mengikuti insting dan apa yang alam bisikkan. Apa Anda bisa mendengarnya? Mereka menuntun kita." Entah kenapa Alorasthea jadi berbisik.

Wanita itu menoleh sekilas pada Aesel. "Anda memiliki peliharaan yang memukau," ucapnya.

"Ya?"

"Sebentar lagi," lanjutnya berbicara tanpa menghiraukan raut bingung Aesel.

Lalu saat mereka melewati satu semak belukar, di sana Aesel melihat hal lain yang mengejutkannya lagi. Jika tadi ia melihat kerangka tulang rusuk raksasa yang menjadi jembatan. Sekarang ia melihat sebuah kerangka lain, kepala yang sangat besar.

"Apa mungkin kepala raksasa ini berasal dari tubuh yang sama dengan rangka yang menjadi jembatan?" ucap Aesel.

"Benar, ayo masuk ke dalamnya."

"Apa?"

"Saya harus mengambil jamur dulu sebelum kita melanjutkan pelarian. Ini sangat penting. Jamur itu tumbuh di atas tanah yang berada dalam tulang kepala raksasa."

Aesel terdiam dan hanya terseret langkah wanita itu, mereka memasuki kerangka raksasa.

Setelah di dalam, rasanya seperti berada di goa lembab. Ada beberapa tumbuhan aneh, lumut, dan jamur yang tumbuh. Sementara Aesel masih melihat sekitar. Alorasthea mulai mengambil beberapa tumbuhan.

Aesel tertarik pada satu tanaman berbentuk jamur seukuran kepala manusia biasa, lebih besar dari pada jamur umumnya yang ia ketahui, di atas permukaan jamur itu terdapat sesuatu yang berkilauan, seperti kristal berwarna-warni.

Tangannya terulur, matanya berkilat seakan tergoda untuk menyentuh jamur itu.

"Ah saya lupa, ada satu hal penting yang perlu saya beritahu. Sebaiknya Anda tidak menyentuh jamur yang memiliki kristal warna-warni di atasnya."

Alorasthea yang semula sibuk mengambil herbal jadi menoleh. Tapi mendapati Aesel sudah menyentuh jamur yang ia maksud.

"Ya?"

"Ah! Anda menyentuhnya!" ia melotot terkejut.

Kristal pada jamur itu bersinar, lalu dengan cepat sinarnya merambat seperti akar berbagai warna ke tangan Aesel. Sampai jamur itu menjadi hitam dan sinar berpola akar menghilang dari tangan Aesel seolah meresap. Kejadiannya sangat cepat bahkan gadis itu sendiri belum sempat menarik tangannya kembali setelah menyentuh jamur dan mendengar peringatan Alorasthea.

"Apa—apa yang terja—"

BRUKKKK!!!

"Nona utusan agung!"

Aesel jatuh tak sadarkan diri.

1
Iind
suka heran sm penulis yema fantasi,.mereka dapat inspirasi dari mana sih,..bisa banget otaknya nyampe ke tahap itu,🥹🥹🥹..
salut sihhhh...🤩
and_waeyo: Aw makasih dah mampir sayang
total 1 replies
Dòng sông/suối đen
Jadi ingin jadi penulis.
and_waeyo: Ayoo gas nulis😖🪄
total 1 replies
AngelaG👁💜
Hati-hati, kalau terlalu sering baca cerita ini bisa jatuh cinta sama karakternya loh 😆
and_waeyo: Terima kasih, saya sumpahin pada jatuh cinta beneran deh🤍😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!