Lana harus rela menjadi istri kedua dari pengusaha kejam dan arogan demi menolong perusahaan keluarganya yang nyaris bangkrut . Sean Jayde Alexander nyatanya menikahinya hanya untuk pelampiasan hasratnya karena istri pertamanya adalah supermodel super sibuk yang bahkan tak pernah punya waktu untuk melayaninya ataupun merawat putra mereka .
Hidup Lana bagai berjalan diatas kerikil kerikil tajam , bahkan berkali kali ia berniat mengakhiri hidupnya . Tapi satu hal yang membuatnya bertahan yaitu seorang anak laki laki lumpuh berusia enam tahun yang sangat menyayanginya .
Akankah Lana akan bisa bertahan pada ikatan yang hanya dipenuhi kebencian ?? Ataukah ia akan menyerah dan akhirnya memilih untuk pergi !?
lni adalah kisah liku liku perjalanan rumah tangga yang mungkin akan membuat sedikit darting , jadi siapkan hati yang lapang untuk membacanya 🤭.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
" Nyonya Davina Veron , selamat datang ! Saya rasa kita tidak ada jadwal pertemuan siang ini " ujar Damian menjabat tangan wanita paru baya dengan dandanan gaya klasik itu . Pakaian semi formal , rambut yang disanggul rapi dan sebuah kalung mutiara yang menghiasi lehernya menunjukkan jika Davina adalah wanita elegan dari kaum jet set .
Davina Veron adalah mantan istri dari seorang pengusaha besar bernama Jacob Smith . Suaminya lebih memilih hidup bersama dengan seorang model cantik yang bahkan umurnya jauh lebih muda dari pria itu . Dan putrinya yang diharapkan bisa menjadi pengusaha penerus perusahaan keluarga Smith malah tertarik pada hal lain . Hingga akhirnya wanita itu memutuskan untuk mencarikan putrinya suami kaya raya yang bisa menanggung hidup mereka kelak .
" Kalian tidak datang pada undangan makan malam kemarin , aku harap malam nanti Tuan Sean bisa datang ke kediaman kami ! Dan aku tidak perlu ijin untuk datang kemari bukan ?? Kita ada beberapa kerjasama jika kau lupa !! " sinis Davina yang tidak suka jika asisten pribadi Sean Jayde itu meremehkan keberadaannya .
" Hari ini Tuan Sean sangat sibuk dan beliau tidak ada di kantor . Mungkin malam nanti beliau pun tak bisa hadir pada undangan anda . Jika memang ada urusan tentang pekerjaan maka anda bisa konfirmasi dengan saya . Tapi jika tidak ada hubungannya sama sekali dengan pekerjaan maka maaf ... saya tidak bisa menemani anda Nyonya ! " ujar Damian masih berusaha sopan walau sebenarnya ingin sekali ia melempar wanita tua itu ke arah jendela kaca ruangannya yang ada di lantai teratas gedung Alexander Corp , lantai yang sama dengan ruang kantor atasannya .
" Baik jika begitu , aku akan datang lagi besok ! Jika tak sempat makan malam mungkin kami bisa mengundang makan siang di restoran depan . Aku rasa tidak akan memakan waktu Tuan Sean "
Damian tak menanggapi kata kata dari wanita yang sudah melangkah keluar dari ruang kantornya . Samar terdengar sumpah serapah dari bibir wanita yang sangat menyebalkan itu . Kadang Damian tak habis pikir , masih ada saja wanita yang pantang menyerah untuk menjodohkan putrinya pada seorang Sean Jayde .
Mereka pikir mungkin menjadi nyonya mertua klan Alexander dengan bergelimang harta tanpa batas akan membuat hidup mereka bahagia . Tanpa berpikir apa anak mereka akan bahagia disisi pria yang dijodohkan menjadi suaminya . Selalu saja uang yang menjadi tolak ukur segalanya .
Damian cepat cepat menyelesaikan berkas di depannya karena sebentar lagi ada seorang klien yang mempunyai janji bertemu disebuah restoran pinggir kota . Restoran di pinggir danau dengan suasana tenang yang biasa menjadi tempat bertemunya para pengusaha jika ingin membicarakan tentang kerjasama .
Setelah selesai pria itu segera turun untuk mengambil mobilnya , jika tidak sedang bersama Sean maka ia akan selalu menyetir sendiri . Baginya lebih menghemat waktu dan terasa lebih leluasa .
Sampai di restoran yang dituju Damian segera berjalan menuju meja yang sudah direservasi untuk pertemuan kali ini . Tapi belum sampai kakinya menginjak bangunan restoran seorang gadis berlari dari area danau ke arahnya dan sepertinya sengaja menjatuhkan dirinya ke dalam pelukannya .
" Tolong .... tolong aku ! Mereka masih mengejarku !! " lirih gadis itu semakin menenggelamkan kepalanya ke dada Damian , sepertinya sengaja agar wajahnya tidak terlihat oleh orang lain .
" Saya tidak punya urusan dengan anda Nona !! " kata Damian tanpa berusaha melepas tubuh di depannya , ia tanggap situasi karena beberapa saat setelah itu terlihat lima pria dengan tubuh besar berlari seperti sedang mencari seseorang .
Dan kelima pria itu segera datang menghampirinya ketika melihat wanita yang mereka buru ada bersama Damian . Tapi mereka terlihat bersikap.sanfat sopan pada pria dengan wajah berparut itu . Tentu saja ! Karena mereka tahu siapa seorang Damian Marley , tangan kanan klan Alexander yang merupakan mesin pembunuh yang tidak pernah gagal dalam menjalankan misinya . Terutama jika menyangkut ' menyelesaikan ' rival rival curang yang mengganggu ketenangan keluarga atasannya .
" Tuan Damian ... Apa anda mengenal gadis itu ? Kami ada urusan sedikit dengannya " ujar salah satu dari lima pria itu dengan sangat sopan .
" Dia bersamaku , ada apa ?? " sahut Damian dengan tatapan mengintimidasi , satu tangannya terpaksa naik ke pinggang gadis itu agar mereka terlihat menjadi lebih dekat .
" Ehhmm ... maaf , tapi gadis anda sudah mengganggu kegiatan kami dengan mengambil foto tanpa ijin dari kami "
Baru Damian sadari jika di leher gadis di depannya tergantung sebuah kamera ala fotografer . Tunggu !! Jika dilihat ia seperti mengenal sosok wanita itu , ia seperti pernah melihat sosok dalam pelukannya . Ya ... Gadis itu adalah gadis yang sama yang ia temui semalam . Yang lancang mengambil foto mansion Alexander hanya untuk koleksi fotonya .
Perlahan Damian melepas kamera yang tergantung itu dan menyerahkannya pada lima pria itu .
" Setelah ini jangan pernah lagi berani mengganggunya . Jika tidak maka aku sendiri yang akan memburu kalian di lubang semut sekalipun !! "
" Ba-baik Tuan ... terimakasih !! "
Lima pria itu pergi setelah menunduk hormat pada Damian , berbeda halnya dengan gadis yang baru saja meminta perlindungan darinya . Mata bulat itu sedang menatapnya dengan penuh kemarahan .
" Kenapa kau memberikan kameraku pada mereka ?? Kembalikan !! Aku tidak mau tahu ... kau harus meminta kembali pada mereka !! " pekik gadis itu emosi , karena menurutnya pria didepannya tidak berhak memberikan kamera miliknya pada orang lain .
" Aku rasa mereka belum melangkah terlalu jauh Nona , kau bisa menyusul mereka dan meminta kembali kameramu ! Dan aku jamin dengan senang hati mereka akan meladeni kebodohanmu itu "
" Aku akan menuntutmu ! "
" Silahkan ... kapanpun akan aku ladeni . Selamat tinggal ! " ujar Damian yang kemudian melangkah pergi . Dia tak ingin kliennya menunggu terlalu lama hanya karena ia meladeni gadis bodoh itu . Fotografer amatir yang selalu mencari masalah dengan mengambil gambar yang tak seharusnya .
Damian yakin jika lima pria tadi adalah bagian dari sindikat yang sedang melakukan transaksi di sekitar tempat itu . Mungkin gadis bodoh itu penasaran dan malah mengambil fotonya . Tapi setidaknya sindikat itu tak akan pernah berani menyentuh fotografer cantik itu , karena mereka pasti sangat tahu melanggar kata kata seorang Damian berarti mengantarkan nyawa .