Yang satunya adalah Nona muda kaya raya, sementara yang satunya hanyalah seorang Pelayan toko. Tapi sebuah insiden kecelakaan telah menghancurkan jurang ini dan membuat mereka setara.
Bukannya mati dalam kecelakaan itu, jiwa mereka malah terlempar masuk ke sebuah Novel kuno roman picisan. Tempat dimana segalanya siap dikorbankan demi pemeran utama wanita.
Dan yang paling sial, keduanya malah masuk menjadi Ibu tiri sang pemeran utama wanita. Sama-sama menjadi Istri dari seorang Marques, yang gemuk, jelek dan berperut hitam. Dua karakter, yang akan dihabisi oleh para pemuja Pemeran utama wanita.
Untuk menyelematkan nyawa mereka, keduanya berencana untuk kabur. Tapi tentu saja, tidak ramai tanpa mencuri dan kegagalan. Baca kisah keduanya, dengan kejutan karakter lainnya. ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Melihat ekspresi syok Carnia, hati nurani Ana terpanggil. Dia tiba-tiba teringat dirinya sendiri, yang sangat sensitif saat orang lain mengungkit-ungkit tentang keluarganya.
"Hei, kau tak apa? aku meminta maaf, itu tadi tidak disengaja."
"Ana, untuk apa minta maaf! Dia sendiri yang memulai dengan mengatakan kita jalang."
Ana menatap Meira, "Apa kau tersinggung?"
"Kau tidak waras? tentu saja."
Alis Ana menyatu, "Lalu kenapa aku tidak? Apa itu karena aku jalang?"
Tiara yang pernah menjadi mantan selingkuhan yang bertobat tepat waktu, langsung terkekeh. "Ya, saat kau memiliki sikap seperti itu, kau tidak gampang tersinggung."
Ana hampir tertawa, tapi rambutnya tiba-tiba dijambak oleh Carnia. "Tahu apa kalian mengenai diriku! Memangnya kau pikir, manusia bisa lahir dengan memilih apa yang mereka inginkan, Hah? Setidaknya aku bukan kalian. Aku berjuang untuk tidak direndahkan."
Kepala Ana sakit, tapi dia juga terkesan di saat yang sama. "Baiklah Putri Carnia, bisa lepaskan rambutku dahulu? ... Sejujurnya aku tidak memiliki kemampuan bertarung seperti dirimu. Jadi aku pasti akan kalah." Ucap Ana, sambil mengangkat kedua tangannya.
Carnia menatap Ana sedikit bingung, dia kemudian menatap dua lainnya yang juga mengangguk. "Ya, itu benar. Satu-satunya yang bisa Ana lakukan yakni mencubit." Kata Meira.
Tapi mendapat lambaian penolakan oleh Tiara. "Tidak, ada satu lagi, dia bisa menggigit. Aku yakin, kau tidak lupa."
Tiara dan Meira sontak tertawa keras, membawa tambahan amarah bagi Carnia. Walaupun dia sedikit takut dengan mengingat aksi menggigit Ana, tapi tawa mereka membuatnya merasa dipermainkan.
Jadi Carnia menambah kekuatan cengkraman tangannya, membuat Ana kesakitan. "Ah, Carnia! apa kau mau melepaskannya atau tidak? jika tidak, aku tak akan memberikan Leroy padamu."
Carnia menggertakan giginya marah. Ana adalah orang paling sialan dan tidak tahu malu yang pernah dilihatnya. "Awww!" -- Ana terlempar ke depan, setelah di lepas Carnia begitu saja.
"Kau pikir siapa dirimu? Sehingga ingin memberikan Duke Leroy seperti benda."
"Bukan, aku bukan siapa-siapa sekarang. Tapi mungkin Ibu dari anak-anaknya nanti, ... eits bercanda hahaha ...." Hal ini disambut tawa Tiara dan Meira lagi. Sekarang Carnia merasa, mereka semua gila.
"Kalian benar-benar sakit jiwa!"
Tapi beruntung situasi itu tidak berjalan lama, mana kala lonceng kuil suci tiba-tiba berbunyi.
"Astaga, ayo! Kita belum membeli baju putih untuk dipakai, ayo cepat-cepat!" Ajak Meira pada keduanya. Karena memang dalam cerita, ini ditulis sebagai acara penting. Tapi sayangnya, tidak semuanya di tulis secara rinci, termasuk aturan tidak boleh adanya pemakaian perhiasan.
Carnia menatap ketiga wanita yang pergi, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Mereka melewatinya, seolah dia bukan siapa-siapa. Membuat Carnia mengepalkan tangannya erat-erat.
•••
Sementara itu, saat semua orang sudah sibuk pergi ke kuil, ketiganya masih sibuk memilih gaun putih apa yang akan mereka kenakan.
"Sudah, yang itu saja. Lagipula warnanya juga sama, tetap putih polos." Komentar Tiara pada Meira.
Tapi yang dikomentari masih sangat sibuk. "Tunggu sebentar, aku mencari model leher yang cocok untuk menonjolkan perhiasanku."
Sementara Ana yang baru keluar dari ruang ganti, memilih gaun putih dengan dada terbuka. "Ana, jangan memakai yang itu, pengurus kuil akan mengusirmu. Ini tempat dimana memanjatkan doa." Protes Tiara, yang beruntung tidak ditolak Ana. Dia tanpa drama kembali untuk melihat pakaian lain, walaupun menambah waktu.
•••
Calix dan Leroy tanpa sadar terus menerus menatap ke jalan bawah. Ritual untuk hari khusus ini telah dimulai, tapi para wanita yang mereka cemaskan belum juga datang.
Namun sekalinya datang, dua bola mata mereka hampir meloncat keluar. Bagaimana tidak, mereka datang dengan perhiasan mencolok dan berwarna.
Khususnya penampilan Ana.
"Apa wanita itu memakai anting batu? kenapa besar begitu?" ucap Leroy tanpa sadar.
"Mereka akan membuat masalah dengan diri sendiri."
"Ya, kau benar Calix. Mari kita hentikan mereka." Ujar Leroy, namun tiba-tiba terhenti langkahnya.
Dia menatap Calix, yang juga ditatap balik dengan penuh arti. Ada lintasan senyuman picik diantara mereka, sebelum saling mengangguk. Alih-alih menegur, mereka malah membiarkan. Berharap ini akan mempermalukan ketiganya.
Keduanya pun kembali menatap kedepan pada arah kuil, berpura-pura tidak melihat, dan sekuat tenaga tidak membuat kontak mata, walaupun gagal juga.
Hingga akhirnya mata Ana, bertemu mata Leroy. Ana yang tadinya sangat senang, berubah kesal ketika diingatnya Leroy mempermalukan dia tadi.
Jadi tangannya yang terangkat untuk melambai terhenti, dan bergantikan jari tengah yang berdiri sendiri.
Leroy menatap Calix, "apa maksudnya itu?"
"Duke, lebih baik tidak melihat ke arah mereka. Takutnya sesuatu yang buruk akan terjadi" Peringat Calix, yang sayangnya memang terjadi.
Hanya saja, kali ini bukan kesalahan mereka, tapi justru Carnia yang paling di pujalah yang melakukan kesalahan.
Tuan putri tanpa gelar itu, terpilih sebagai pembawa api suci. Melihat kebebasan wanita yang menjadi Kakaknya itu, kadang-kadang Calix iri. Karena saat ini, dia hanya bisa menyamar untuk kemana-mana.
Sementara ketiganya karena sesak dengan banyaknya orang, terpaksa berjalan dari pinggir. Hingga tanpa sadar sudah mendekati ujung kuil, tak jauh dari Leroy dan Calix.
Ana sesekali menatap punggung Leroy yang luas untuk disandari. Tapi begitu dia masih kesal pada pria itu.
"Ini kita mau apa?"
"Satukan tanganmu, seperti di film-film." Jawab Meira pada Tiara.
Suasana pun akhirnya khusyuk. Hingga saat Carnia tanpa sengaja menjatuhkan api suci itu, membawa kejutan untuk semua orang. Api itu dengan cepat membakar kain di kuil serta gaun Carnia sendiri.
Calix yang melihatnya jelas berusaha menolong sang Kakak, meski hubungan mereka yang tidak terlalu baik.
Keadaan segera berubah mencekam, kehebohan segera terjadi, dan orang-orang mulai melarikan diri sementara yang lainnya mencoba memadamkan api. Tapi Calix sedikit lambat karena terhalang dengan sesaknya pergerakan.
Tiara yang kebetulan jalannya tidak terhalangi, tanpa memikirkan apapun segera berlari membasahi salah satu kain, dan membawanya pada Carnia.
"TIAAARRRAAA!!!!"
Ana dan Meira histeris melihat gadis itu memasuki api. Sementara Carnia yang hampir putus asa memadamkan api, begitu syok melihat Tiara datang dan menyelematkan dirinya. Ya, Tiara benar-benar menyelamatkan dirinya dari sekian banyak orang.
"Kau, kenapa kau?" Tanyanya semakin bingung.
Tapi Tiara hanya fokus pada penyelamatnya.
"Ayo pergi!" Tiara membungkus tubuh Carnia dengan kain basah, membawa gadis itu keluar. Calix dan Leroy melihat aksi heroik itu dengan terkejut. Tapi sayang, Carnia tak kuat lagi berlari setelah menghirup asap yang banyak tadi.
Wanita itu hampir mendekati Ana dan Meira ketika dia tiba-tiba jatuh. Dibawah perasaan emosional wanita, keduanya juga ikut berlari mendatangi Carnia dan Tiara, mencoba yang terbaik untuk ikut membantu.
Sesekali mereka mencoba menyadarkan Carnia, tapi sayang tak berhasil. Meski begitu, dibawah komando Leroy api berhasil di padamkan dengan cepat. Sementara Calix mendekati Kakaknya dengan khawatir, "Kakak! Kakak! Sadar!"