Lidya dinda adalah seorang wanita yang mandiri, sedari kecil dia sudah banyak merasakan kepahitan hidup. Di usia yg baru menginjak remaja, dia mulai merasakan beban berat dalam hidupnya, dimulai dari bapak dan ibunya yang meninggal dunia karena kecelakaan, kemudian dia yang harus menghidupi kedua adiknya, kini dia tak melanjutkan lagi sekolahnya, dia pun harus membanting tulang untuk meneruskan hidupnya dan kedua adiknya, dia mencari nafkah untuk bisa menyekolahkan adik - adiknya. Bagaimana kisah hidup Lidya selanjutnya? di baca terus update bab terbarunya ya guys. Selamat membaca, tolong kasih like dan beri saran maupun kritik yang membangun ya, saya akan menerima semuanya dengan senang hati. Semoga sehat selalu, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Irfansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20.
"Arthur, Kakak mau menanyakan sesuatu denganmu" Ucap Aruna.
"Mau nanya apa kak?" Sahut Arthur.
"Beberapa hari yang lalu kan, kakak memilihkan set perhiasan berlian, dan kamu bilang untuk Susan, trus kemarin kakak bertanya kepada Susan perihal set perhiasan berlian itu, apakah dia menyukainya. Tapi, Susan mengatakan bahwa dia nggak menerima apa pun darimu, apakah kamu memang belum memberikannya atau gimana?" Tanya Aruna.
"Maaf kak, waktu itu aku berbohong, sebenarnya set perhiasan itu aku berikan kepada istriku sebelum aku meninggalkannya." Tutur Arthur.
"Arthur... Arthur...kamu tuh ya memang kebiasaan, selalu mengambil keputusan sendiri tanpa mempertimbangkannya matang - matang dan tanpa membicarakan kepada keluarga, ya jadinya seperti ini kan, kamu juga kecelakaan karena kamu bertengkar dengan Susan yang nggak bisa menerima kenyataan bahwa kamu menikahi wanita lain, padahal dia dengan setia menunggumu untuk melamarnya." Ujar Aruna.
"Iya kak, maafin aku tapi niat ku menikahi wanita itu juga karena untuk menolongnya biar dia nggak di fitnah dan nggak di cemooh oleh orang - orang di sekitarnya, niat ku kan baik kak." Tutur Arthur.
"Oke, niatmu baik tapi sebaiknya kamu bicarakan dulu dengan keluarga, biar kita sama - sama mencarikan solusi yang terbaik." Ujar Aruna.
"Iya kak, maafin aku...saat ini dia tengah hamil, ntah dia masih di izinkan bekerja di tempat kerjanya atau sudah di pecat dan kena sanksi karena menyalahi kontrak kerja, kalau pun dia di pecat, berarti dia tetap harus membayar denda sebesar 100 juta, sepertinya aku harus mengabari dia tentang keadaanku saat ini." Ucap Arthur.
"Untuk apa? Kan kamu sudah cukup membantunya dengan menikahinya agar dia terbebas dari fitnah dan cemoohan orang - orang di sekitarnya, tugasmu kan hanya itu, sebaiknya kamu lebih memikirkan perasaan Susan, apalagi sebentar lagi kamu akan menikah dengan Susan." Tutur Aruna dan Arthur pun mengangguk mengerti.
Walaupun dia mengangguk, tapi pikirannya masih tertuju kepada Lidya.
Semakin memikirkan Lidya, semakin dia merindukan istrinya itu.
"Bagaimana kabarmu istriku? Aku merindukanmu, semoga kamu baik - baik saja, semoga kamu bisa melanjutkan hidupmu dengan baik, dan semoga nanti kita bisa bertemu lagi." Batin Arthur.
Saat ini Arvan sudah berada di Jakarta dan langsung mengurusi berkas - berkas Arthur untuk menjalani pernikahan di luar negeri.
Hanya dalam waktu tiga hari, semua berkas yang diperlukan sudah selesai.
Keesokan harinya, Arvan pun menaiki jet pribadi keluarga untuk berangkat ke Sidney.
Setelah hampir 7 jam berada di udara, jet pribadi keluarganya pun sudah tiba di Bandara.
Setelah itu, dia pun segera menuju tempat dimana Syekh yang akan menikahkan Arthur dan Erina.
Setelah menemui salah satu syekh dan meminta untuk menikahkan adiknya, Syekh pun melihat jadwal kegiatannya, dan 3 hari ke depan baru lah dia bisa menikahkan Arthur dan Susan.
Setelah urusannya selesai dengan Syekh, dia pun menuju ke rumah sakit dimana tempat Arthur di rawat.
"Arvan...apa semuanya sudah beres?" Tanya Adrian saat melihat Arvan sedang baring dengan memainkan ponselnya di atas kasur penunggu yang ada di dalam kamar perawatan Arthur, sedang Adrian baru saja keluar dari toilet.
"Ooh...sudah beres semua pa, tiga hari lagi Syekh sudah siap menikahkan Arthur dan Susan."Jawab Arvan.
"Bagus...kalau begitu kamu kabari Susan agar bisa mengabari orang tuanya di Jakarta." Titah Adrian.
"Baik pa." Sahut Arvan.
Arvan pun mengabari kabar tersebut kepada Susan, agar Susan juga mengabarkan kepada orang tuanya yang berada di Jakarta agar bisa secepatnya datang ke Sidney.
Setelah itu, Arvan menelepon Aruna untuk mencari tau dimana keberadaannya saat ini.
Karena dia ingin meminta bantuan Aruna untuk membooking sebuah tempat yang bagus untuk di jadikan tempat akad nikah antara Arthur dan Susan.
"Halo Aruna, kamu dimana?" Tanya Arvan.
"Aku sedang bersama Kak Alex lagi makan siang, ada apa kak?" Tanya Aruna.
"Aku sudah di rumah sakit sekarang, aku juga sudah menemui seorang Syekh yang nantinya akan menikahkan Arthur dan Susan, aku mau minta tolong kamu carikan tempat yang bagus, entah di hotel atau restoran atau dimana aja dan kamu booking untuk menggelar acara akad nikah tiga hari lagi sekalian dengan makanannya. Arthur kita bawa keluar sebentar untuk melaksanakan akad nikah, jangan di rumah sakit, agar mereka juga memiliki foto - foto dan video yang bagus di tempat akad nikah mereka, kan kasihan kalau hasil foto - foto mereka yang terlihat hanyalah dinding rumah sakit." Tutur Arvan.
"Oke kak, setelah makan aku dan Kak Alex akan mencari tempat yang bagus untuk akad nikah Arthur dan Susan." Sahut Aruna.
Beberapa menit kemudian, Alex dan Aruna mencari tempat yang bagus, mereka memasuki beberapa hotel, kemudian restoran dan juga sebuah taman.
Ketika mereka melewati sebuah Masjid, tiba - tiba Aruna meminta sang supir untuk berhenti, kemudian dia masuk ke dalam Masjid itu, Masjid nya terlihat megah, dia juga mengambil beberapa spot foto dan video kemudian dikirimkan kepada Arvan.
Arvan dan Adrian setuju untuk melaksanakan akad nikah Arthur dan Susan di Masjid tersebut.
Setelah mendapatkan persetujuan, Aruna dan Alex langsung menemui dan berbicara dengan pengelola Masjidnya untuk meminta izin mengadakan acara akad nikah di Masjid tersebut.
Pengelola Masjid pun menyetujuinya, asalkan dilaksanakan pada pagi hari, sebelum waktu Sholat.
Keesokan harinya, orang tua dan kakak serta adik Susan dan juga paman Susan pun datang untuk menghadiri acara akad nikah Susan dan Arthur.
Mereka semua tidur di apartment Susan, dan keesokan harinya pun akad nikah berlangsung khidmat.
Akhirnya Arthur dan Susan pun telah sah menjadi pasangan suami istri.
Untuk sementara waktu Arthur dan Susan menunda honeymoon mereka, sampai Arthur bisa berjalan.
******
Di depan sebuah rumah sederhana, Lidya sedang berjualan nasi campur.
Dia di bantu oleh kedua adiknya, Lutfi dan Laras yang kebetulan sekolahnya lagi libur hari itu.
"Lidya...beli nasi campur 2 bungkus ya, yang satu bungkus pake ayam goreng, dan satu nya lagi pake ayam bumbu merah ya." Ucap hesti, salah satu tetangganya.
"Iya kak..." Sahut Lidya.
"Aku lagi males masak, lagian suamiku lagi dinas keluar kota, jadi satu untukku dan satu lagi untuk anak ku, oh ya...suami mu kerja dimana sih Lidya?" Tanya Hesti.
"Suami saya kerja di Kalimantan kak, di tambang batu bara." Jawab Lidya yang sebenarnya dia pun tak mengetahui Arthur kerja di mana.
"Ooh...pantes, aku lihat mobilnya bagus banget, berarti dia orang kaya ya, tapi apakah kamu pernah ke rumah orang tua nya? Memangnya orang tua nya tinggal dimana?" Tanya Hesti.
"Belum pernah kak, orang tuanya juga tinggal di Kalimantan, nanti lah kalau ada waktu dan rezeki saya kesana kak." Jawab Lidya agar obrolan tentang suaminya tersebut segera berakhir.
Padahal Lidya tak pernah mengetahui atau menanyakan tentang orang tua maupun keluarga Arthur kepada Arthur. Dia tak nyaman kalau harus bertanya mengenai keluarganya, Arthur menolong dengan menikahinya saja, dia sudah sangat bahagia.