Aku Mencintainya Lebih Dulu

Beberapa Tahun Kemudian

Laura meneteskan air matanya setelah mendapat kabar dari kekasihnya, bahwa Sang kekasih akan pulang ke Indonesia setelah 4 tahun lamanya mereka berpisah.

Hari yang dinanti-nanti akhirnya datang juga dan Laura tak sabar ingin segera bertatapan langsung dengan kekasihnya, Morgan.

Diusia Laura yang kini menginjak 21 tahun, gadis itu semakin cantik dan juga sudah bisa menghasilkan uang yang bisa dikatakan cukup karena sekarang selain berkerja di sebuah perusahaan, Laura juga telah menjadi influencer yang cukup terkenal.

Tentu saja untuk mencapai titik tersebut, Laura harus melewati banyak rintangan serta hinaan dari orang-orang yang tak menyukainya.

“Laura, malam ini mau tidak temani aku pergi ke acara pernikahan Dewi?” tanya Zoey yang ternyata bekerja satu kantor dengan Laura.

“Malam ini aku ada janji dengan kekasihku, Morgan!”

Zoey melongo lebar mengetahui bahwa Laura dan Morgan akan bertemu.

“Morgan yang sering kamu bicarakan? Kamu serius, Laura? Jadi, setelah sekian lama kalian akan bertemu?” Zoey sangat antusias mengetahui Laura akan bertemu dengan kekasihnya.

“Iya Zoey! Malam ini dia akan kembali dan orang pertama yang ingin dia temui adalah aku,” pungkas Laura.

“Selamat ya Laura, aku berharap kamu dan Morgan bisa segera menikah seperti yang kalian janjikan dulu. Sebagai sahabat aku pun ikut senang,” ujar Zoey yang tiba-tiba saja menangis di depan Laura karena terharu dengan perjuangan Laura untuk tetap setia menanti Morgan.

“Zoey, jangan menangis sekarang. Aku tak akan mengizinkan mu menangis sebelum aku benar-benar menikah dengan Morgan!”

“Aamiin..”

Zoey merasa kasihan dengan Hanif, karena Hanif masih berusaha memperjuangkan cintanya pada Laura, meskipun Laura sudah berulang kali menolak perasaan Hanif yang sangat tulus itu.

“Aku kasihan dengan Hanif,” ucap Zoey yang keluar begitu saja dari mulutnya.

“Zoey aku tidak ingin kamu kembali membahas Hanif. Bagiku Hanif adalah teman baik dan aku tidak mungkin menerima perasaannya, karena sudah ada Morgan yang lebih dulu mengisi hatiku,” tegas Laura.

“Maaf, aku sama sekali tidak sengaja menyebut namanya.”

Malam Hari.

Laura sudah tiba di Bandara 1 jam lebih awal dari waktu yang telah ia janjikan. Laura tidak ingin sampai terlambat menyambut kedatangan kekasihnya yang sudah sangat lama ia nantikan.

Penampilan Laura malam itu sangatlah sempurna. Tak jarang banyak yang melirik ke arah Laura karena kecantikan Laura yang benar-benar menggoda.

“Ya Allah, sebentar lagi aku dan Morgan akan bertemu secara langsung. Apakah ini sungguh nyata?” gumam Laura.

Dari kejauhan Morgan sudah memperhatikan kekasihnya, namun Morgan ragu untuk melangkah mendekat karena Laura malam itu sungguh cantik. Morgan takut kalau gadis cantik yang berdiri tak jauh darinya bukanlah kekasihnya, Laura.

“Morgan!” Laura melambaikan tangannya ke arah Morgan yang sedang berdiri memperhatikan dirinya dari kejauhan.

“Laura!!!” Morgan spontan berlari menghampiri Laura, sampai-sampai ia meninggalkan koper miliknya begitu saja.

Mereka saling berpelukan satu sama lain, menangis terharu menumpahkan rasa rindu sekian lama terpendam selama bertahun-tahun.

“Aku mencintaimu, Laura!!!” Morgan berteriak seakan mengumumkan bahwa ia telah kembali kepada cinta sejatinya.

Laura hanya bisa menangis dipelukan Morgan. Laura tak bisa berkata-kata lagi, cukup dengan adanya Morgan disisinya sudah membuat Laura tenang.

“Mas, kopernya jangan asal ditinggal begitu saja. Kalau hilang, Mas juga yang repot!” Seorang pria datang menghampiri mereka berdua dengan maksud memberikan koper milik Morgan yang ia tinggalkan begitu saja ketika melihat Laura.

Morgan mengucapkan terima kasih sekaligus meminta maaf karena telah merepotkan pria tersebut.

“Ayo kita pergi! Hal pertama yang ingin aku lakukan ketika bersamamu adalah makan soto ayam. Sudah lama aku tidak makan soto ayam,” ujar Morgan.

“Apapun yang ingin kamu makan, aku bersedia menemanimu Morgan.” Laura tak henti-hentinya memandangi wajah tampan kekasihnya.

“Kamu semakin cantik, Laura. Selama aku tidak bersama denganmu, sepertinya banyak pria yang mengejarmu,” ujar Morgan yang tak percaya diri ketika berjalan berdampingan dengan Laura yang semakin cantik itu.

“Kenapa kamu bicara seperti itu?” tanya Laura penasaran.

“Karena calon istriku cantik,” jawab Morgan.

Deg!!! Jantung Laura berdegup lebih cepat setelah mendengar Morgan menyebut dirinya sebagai calon istri.

Akankah kami menikah dalam waktu dekat ini? (Batin Laura)

“Wajahmu merah merona, Laura. Apakah kamu malu karena aku memanggilmu dengan sebutan calon istri?”

“Kamu apa-apaan sih, Morgan. Aku malu tahu...”

“Sama calon suami sendiri bisa malu ternyata,” sahut Morgan yang sengaja menggoda kekasihnya.

Rani yang kebetulan sedang berada di Bandara karena menjemput salah satu keluarganya, tak sengaja melihat Laura bersama dengan seorang pria.

“Siapa itu pria yang bersama Kak Laura? Rasanya tidak asing,” ucap Rani bermonolog.

Rani terus memperhatikan pria yang bersama Laura dan tak sampai 5 detik, Rani jatuh cinta dengan pria tersebut.

“Aku harus mendapatkannya,” gumam Rani.

***

Laura membawa Morgan ke sebuah kedai soto ayam yang cukup terkenal di kota itu. Laura yakin soto ayam tersebut akan mengobati rindu Morgan yang sudah lama tidak menikmati soto ayam.

“Pak, soto ayam 2 porsi dan es jeruk 2 ya!”

“Siappp!!!”

Merekapun duduk manis seraya menunggu pesanan siap dinikmati.

Morgan menggenggam erat-erat tangan calon istrinya dan tak sabar ingin menikahi cinta pertamanya itu. Kecantikan Laura saat ini sungguh memabukan Morgan.

“Morgan, berhentilah menatapku seperti ini. Kamu justru terlihat aneh,” ucap Laura yang terus salah tingkah karena tatapan Morgan.

“Bagaimana kalau bulan depan?” tanya Morgan serius.

“Apanya?” tanya Laura yang tak mengerti dengan ucapan kekasihnya itu.

Saat Morgan ingin menjawab pertanyaan Laura, soto ayam pesanan mereka datang yang mana membuat keduanya langsung memfokuskan pandangan mereka pada soto ayam yang terlihat menggoda itu.

Laura menambahkan perasan jeruk nipis agar soto miliknya segar untuk dinikmati. Morgan pun mengikuti apa yang dilakukan Laura dan perlahan menikmati soto ayam tersebut.

Pertemuan yang sederhana itu sudah lebih dari cukup untuk mengobati rasa rindu mereka.

“Laura, aku permisi sebentar ya. Mamiku menelpon,” ujar Morgan seraya memperlihatkan layar ponselnya dan sedikit menjauh dari Laura.

Laura berharap malam itu Morgan tidak pulang cepat, karena Laura masih ingin bersama dengan Morgan dan menghabiskan waktu mereka untuk berduaan.

“Ada apa, Morgan?” tanya Laura penasaran.

“Mami menelpon dan menyuruhku untuk pulang cepat,” jawab Morgan.

“Lalu, apa jawabanmu?” tanya Laura makin penasaran.

“Aku bilang kalau masih ingin keluar dan akan pulang sebelum jam 12,” pungkas Morgan.

Laura melirik ke arah jam tangan miliknya yang masih menunjukkan pukul 9.

“Kamu tenang saja, malam ini kita akan menghabiskan waktu bersama. Habis ini, bagaimana kalau kita pergi ke pasar malam?” tanya Morgan.

“Pasar malam yang tadi kita lewati? Aku mau!!” seru Laura.