NovelToon NovelToon
Dendam Ratu Abadi

Dendam Ratu Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Dendam Kesumat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:47.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rudi Hendrik

Lama mengasingkan diri di Pulau Kesepian membuat Pendekar Tanpa Nyawa tidak tenang. Sebagai legenda tokoh aliran hitam sakti, membuatnya rindu melakukan kejahatan besar di Tanah Jawi.

Karena itulah dia mengangkat budak perempuannya yang bernama Aninda Serunai sebagai murid dan menjadikannya sakti pilih tanding. Racun Mimpi Buruk yang diberikan kepada Aninda membuatnya tidak akan mengenal kematian. Dia pun diberi gelar Ratu Abadi.

Satu-satunya orang yang pernah mengalahkan Pendekar Tanpa Nyawa adalah Prabu Dira Pratakarsa Diwana alias Joko Tenang tanpa melalui pertarungan. Karena itulah, target pertama dari kejahatan yang ingin Pendekar Tanpa Nyawa lakukan melalui tangan Aninda adalah menghancurkan Prabu Dira.

Aninda kemudian membangun kekuatan dengan menaklukkan sejumlah pendekar sakti dan menjadikannya anak buah.

Mampukah Aninda Serunai menghadapi Prabu Dira yang sakti mandraguna? Temukan jawabannya di Sanggana 8 yang berjudul "Dendam Ratu Abadi".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Raab 20: Adipati Menusuk Aninda

*Ratu Abadi (Raab)* 

 

“Hentikan!”

Seruan itu berhasil menghentikan Aninda Serunai untuk memberikan serangan bonus kepada Gaban Selangit. Lelaki besar itu sudah tidak bisa bangkit setelah dihantam ilmu Wanita Melebur Gunung.

Pandangan Aninda Serunai dan para prajurit segera beralih memandang ke arah depan teras. Di sana telah berjalan Adipati Rempah Alot yang dalam kondisi hanya bercelana panjang dan berkain pinggang. Dia tidak mengenakan baju, meski udara malam cukup dingin.

Memang, menjadi kebiasaan bagi sang adipati melepas baju di kala malam. Semua sudah mengerti apa maksudnya suka melepas baju di saat malam. Karena alasan itulah dia juga tidak mau diganggu oleh siapa pun di kala malam.

Adipati Rempah Alot berjalan dengan dikawal oleh dua orang prajurit berbadan besar dan berotot unggul. Mereka membawa pedang dan tameng logam, berbeda dengan tameng prajurit lain yang berbahan kayu tebal.

Sementara di teras rumah besar berkumpul istri, dua putra Adipati serta beberapa pelayan wanita dan lelaki. Mereka tidak mau turun merumput di halaman yang rumputnya pendek dan halus.

“Siapa kau, Nisanak?! Kenapa kau menyerang di kediamanku?!” tanya Adipati Rempah dengan membentak. Dia marah. Apalagi melihat para prajurit yang bergelimpangan tanpa nyawa di depan sana.

Cukup mendengar nada suaranya saja, maka orang akan tahu bahwa Adipati sedang marah. Tidak perlu melihat wajahnya di dalam keremangan cahaya obor.

“Aku Aninda Serunai. Murid Pendekar Tanpa Nyawa,” jawab Aninda tanpa malu-malu.

Terbeliak sepasang mata Adipati Rempah Alot mendengar nama Pendekar Tanpa Nyawa disebut. Dia tahu siapa itu Pendekar Tanpa Nyawa. Namun, itu tidak membuatnya takut.

Putra Adipati yang bernama Kandar Wulat juga terkejut, tapi tidak dengan kakaknya yang tidak tahu siapa itu Pendekar Tanpa Nyawa.

Aninda pun langsung mengungkapkan tujuannya sebelum di tanya, “Aku ingin Adipati Rempah Alot tunduk kepadaku dan mengabdi di bawah perintahku.”

Meski belum pernah bertemu dengan Adipati Rempah Alot dan baru tahu namanya dari warga yang menunjukkan rumah itu, tetapi Aninda sudah yakin bahwa itu adalah sang adipati.

“Keparat!” bentak Adipati Rempah memaki sambil berhenti dalam jarak tiga tombak dari posisi Aninda berdiri. Dia menunjuk wajah Aninda sambil tetap berteriak, “Kau pikir kau bisa membohongiku, hah?! Pendekar Tanpa Nyawa hidup sendirian di Pulau Kesepian tanpa seorang pun teman atau murid. Semua pendekar tahu itu. Siapa kau sebenarnya?”

“Aku tidak peduli kau percaya atau tidak, Adipati. Jika kau tidak mau tunduk di bawah perintahku, maka hanya kematian yang kau perlukan agar aku menggantikanmu untuk menguasai kadipaten ini,” tegas Aninda. Lalu katanya lagi, “Jika kau tetap ingin berkuasa, maka tunduklah kepadaku.”

“Kau pikir semudah itu merebut kekuasaan dariku. Bukan hanya ribuan prajurit kadipaten yang akan kau hadapi, tetapi juga kesaktianku,” kata Adipati Rempah Alot.

“Berarti kau memilih mati daripada mempertahankan kekuasaanmu. Ingat, tanpa kuasamu, maka keluargamu tidak akan ada yang melidungi,” kata Aninda mengancam.

Terbeliak kian marah Adipati Rempah Alot diancam seperti itu, meski muncul secercah kekhawatiran jika wanita asing itu benar-benar menargertkan keluarganya. Namun, dia tetap yakin kepada putranya yang sangat dia ketahui berkesaktian tinggi pula.

“Ayah! Biar aku yang menghadapinya!” seru Kandar Wulat sambil keluar dari teras.

“Jangan!” seru Adipati sambil mengulur satu tangannya ke belakang tanpa menengok kepada putranya.

Larangan itu membuat Kandar Wulat berhenti melangkah.

“Kandar, jangan ikut campur!” teriak sang ibu dari teras. Dia lebih mencemaskan putranya daripada suaminya.

“Tapi wanita itu mengancam kita semua,” kata Kandar Wulat beralasan.

“Turun tanganlah jika aku tidak mampu mengurus wanita kurang ajar ini!” sahut Adipati tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Aninda Serunai.

“Aku tidak ada waktu mendengar omong kosong kalian. Maka matilah, Adipati!” kata Aninda Serunai penuh penekanan. Lalu tanpa menunggu senapas dua napas lagi, dia langsung maju dengan kedua tangan dan kaki sudah berbekal tenaga dalam tinggi, itu terlihat dari rumput-rumput pendek yang tersibak oleh embusan angin yang timbul dari gerakan Aninda.

Gerakan Aninda Serunai itu segera dihadang oleh pergerakan dua prajurit dengan pedang dan tamengnya.

Tingting! Pok! Pok!

Namun, dengan mudahnya Aninda menangkis tebasan kedua pedang dengan jari-jarinya, membuat kedua pedang patah begitu saja. Setelah itu, dua tinju cepat dengan keras menghantam dua tameng logam kedua prajurit.

Dua tameng itu sampai penyok ke dalam, bukan seperti gong yang dipukul padahal sudah benjol. Bukan hanya kedua tameng yang bonyok, tetapi juga membuat kedua prajurit terdorong jatuh bersama. Ternyata tidak semua yang bersama itu selalu indah.

Buss buss!

Baru saja Aninda menghajar dua prajurit, Adipati dalam waktu yang rapat telah datang meluruk dengan dua tinju bertenaga dalam tinggi. Ketika Aninda menangkis kedua tinju itu di depan wajahnya, dari tinju itu keluar kedipan cahaya putih menyilaukan mata.

Cahaya silau itu membuat mata Aninda Serunai jadi menyipit karena terganggu dan sejenak buta putih.

Tsuk!

“Hekh!” keluh Aninda Serunai tersentak dan mengejang.

Ternyata, satu pedang sinar merah telah menusuk perut Aninda Serunai hingga tembus. Darah seketika mengucur dari perut dan pinggang belakang si gadis.

Pedang sinar merah itu digenggam oleh Adipati Rempah Alot.

Bugss!

Tanpa sungkan, Adipati menyusulkan tinju kiri seperti tadi yang kali ini tidak mendapat tangkisan. Tinju itu menghantam dada tengah Aninda Serunai dan meledakkan cahaya putih menyilaukan.

Bukan maksud untuk cabul, tetapi Adipati menganggap Aninda terlalu berbahaya, jadi semua anggota tubuhnya halal dihantam tanpa perlu fatwa.

Hantaman Tinju Buta Mata pada dada Aninda Serunai membuat gadis itu terjengkang keras dan perutnya lepas dari pedang sinar merah.

“Akk!” erang Aninda Serunai seraya membekap perutnya yang tertusuk.

Namun, erangan Aninda terhenti karena dia merasakan sakitnya mereda seiring darah yang berhenti mengucur, baik dari perut maupun dari pinggang belakang.

Aninda Serunai meraba titik lukanya. Dia jadi terkejut sendiri di dalam hati. Jarinya tidak menemukan lubang luka, bahkan tidak sedikit pun. Luka itu seolah-olah merapat sendiri sampai tidak ada jejak garis luka.

“Racun Mimpi Buruk sudah menyatu dengan tubuh dan otakmu. Jika tubuhmu terus kau isi dengan racun ini, sampai mengental di darah dan otakmu, maka kau tidak akan mengenal yang namanya kematian.”

Kata-kata Pendekar Tanpa Nyawa seketika teringat di benak Aninda Serunai, seiring rasa sakit dari tusukan itu lenyap dengan sendirinya.

Aninda Serunai bangkit dengan amarah, bukan gembira karena tidak mati ditusuk.

Terkejut semua yang melihat Aninda Serunai bisa bangkit seperti orang yang tanpa luka lagi.

Aninda Serunai segera berinisiatif menyerang dengan gerakan yang cepat. Adipati tidak terlena dalam keterkejutannya, tetapi dia cepat menyambut musuh dengan tebasan pedang sinar merahnya yang murni merupakan kumpulan tenaga dalam yang dipadatkan. Jangan tanya rumus apa yang dipakai Adipati untuk membuat pedang energi!

Tess!

Kembali terkejut Adipati saat tebasannya kepda Aninda Serunai tertahan oleh energi yang tidak terlihat. Pedang sinar itu tertahan beberapa jengkal dari kulit si gadis.

Gerakan Adipati yang terhenti, dalam sekejap cepat kembali hidup karena Aninda menyerang dengan pukulan-pukulan.

Adipati Rempah Alot juga berupaya menghindar dan menangkis serangan Aninda.

Tess tess!

Setiap pedang Adipati menyerang, selalu terbentur oleh ilmu perisai Aninda Serunai, jadi pedang sinar itu tidak pernah sampai kepada target. Berbeda ketika Aninda Serunai yang menyerang, serangannya selalu sampai kepada Adipati yang kemudian menangkis atau menghindar. Seolah-olah itu sudah terprogram otomatis.

Pak! Zerzzz!

“Aakk…!” jerit Adipati Rempah Alot dengan tubuh berdiri mengejang.

Pada akhirnya, kecepatan tinggi serakan Aninda Serunai membuahkan hasil. Pukulan Tapak Jalar Petir menghantam dada kiri Adipati yang kemudian menyebarkan garis sinar hijau ke seluruh tubuh.

“Kakang Adipati!” pekik sang istri di teras.

“Ayah!” pekik kedua putra Adipati bersamaan.

“Gusti!” pekik para pelayan dan prajurit bersamaan.

Blass!

Ketika Aninda Serunai menarik lepas telapak tangannya dari dada lawannya, terjadi ledakan energi yang mementalkan tubuh Adipati. Giliran Adipati yang jatuh terjengkang dan untung pakai celana.

“Hukr!”

Berbeda dengan Gaban Selangit yang tidak terluka saat dihajar oleh ilmu Tapak Jalar Petir, Adipati harus menyemburkan darah yang banyak.

“Hadapi aku, Wanita Jahat!” teriak Kandar Wulat seraya melompat keluar dari teras dan berlari di udara. (RH)

1
DavidS
macem2 ya om jenis muka.y anak buah si joko
DavidS
bilang aja om males mikir.y pas gambarin..🤣🤣
DavidS
waduh...harus bnyk punya kepeng itu klo mau perang
😎Zen Kamsider😎
suporter 🙄🤧🤪
😎Zen Kamsider😎
besok "boris keple" om buat nama 😁🤣🤣
🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ Khumaira
untungnya si gatal Arjuno yg di sendang walopun seperti buaya patah hati gercep
🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ Khumaira
busett namanya unik sekali omm Arjuno gatal 😅
🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ Khumaira
lahh ini nih yg gak berbaju ini pasukan buaya Samudera
arumazam
upp buat nyai Demang
arumazam
cari mati kayaknya
arumazam
adu strategi
@🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nny🌺N⃟ʲᵃᵃ🍁❣️
hhmmm gak tau dia segala perairan sdh di gentayangin
@🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nny🌺N⃟ʲᵃᵃ🍁❣️
dia pasukan buaya samudera apa sadako sebenarnya 🤣🤣🤣
😎Zen Kamsider😎
boneng : tiiiinggg 🤪
rajes salam lubis
lanjut aja dulu
rajes salam lubis
ini yg enak
👣Sandaria🦋
iya. kayaknya kita harus belajar sama mereka untuk merahasiakan perselingkuhan ini, Om🙄🤣
👣Sandaria🦋
kalimat yg sering aku ucapkan ini, Om🤦🏻‍♀️🤫🤣
👣Sandaria🦋
untung juga bukan pertanyaan tes untuk poligami. bisa-bisa aku gagal kamu peristri, Om🙄🤧
👣Sandaria🦋
apa apaan sih buaya ini, Om? jadi takut basah nih🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!