Mimpi Aqila hanya satu, mendapat kasih sayang keluarganya. Tak ada yang spesial dari dirinya, bahkan orang yang ia sukai terang-terangan memilih adiknya
Pertemuannya tanpa disengaja dengan badboy kampus perlahan memberi warna di hidupnya, dia Naufal Pradana Al-Ghazali laki-laki yang berjanji menjadi pelangi untuknya setelah badai pergi
Namun, siapa yang tau Aqila sigadis periang yang selalu memberikan senyum berbalut luka ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya
.
"Naufal itu seperti pelangi dalam hidup Aqila, persis seperti pelangi yang penuh warna dan hanya sebentar, karena besok mungkin Aqila udah pergi"
~~ Aqila Valisha Bramadja
.
.
Jangan lupa like, komen, gift, dan vote...🙏⚘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Mengalah lagi?
"Woy kemana aja lo?"
Baru menundudukkan dirinya di kursi Aqila langsung di semprot pertanyaan oleh Renata sahabatnya
"Jalan-jalan"
"Gila! Gue pikir lo ilang tau nggak, motor lo di parkiran tapi lo ngilang gitu aja, udah gitu kunci motor nggak dicabut lagi, ceroboh banget lo" Renata melempar kunci motor itu dan langsung ditangkap oleh Aqila
"Lupa" balas Aqila santai seolah tak ada beban
"Kasian lo, masih kecil udah pikun" cibir Renata
"Baru sekali doang elah"
"Sekali lo bilang? ini udah yang ke berapa kalinya, Santai bener lo ngomong, mentang-mentang keluarga sultan, tinggal minta aja pasti diturutin" Sadar atau tidak Renata kembali membuka luka di hati Aqila saat dirinya membahas masalah keluarga
Menyadari ekspresi Aqila yang murung setelah ia menyinggung keluarganya Renata memukul pelan mulutnya
"Sorry Qil, gue nggak maksud bahas kelurga lo kayak gitu, mulut gue emang suka keceplosan gitu, maaf ya"
"Udah lo santai aja, gue nggak papa kok" Aqila berusaha tersenyum agar sahabatnya itu tak merasa bersalah, tapi Renata yang sudah kenal sejak SMA dengan Aqila tau arti senyuman itu dan kata 'tidak apa-apa'
Senyuman palsu, hanya sebatas topeng untuk menutup kesedihannya. Renata bahkan tak pernah melihat air mata membasahi wajah sahabatnya itu, hanya senyum yang diberikan seolah dunia selalu baik-baik saja
"Lo kuat banget Qil, jujur kalau gue jadi lo, gue mungkin bakal jadi gila" Renata tanpa sadar meneteskan air matanya dan menggenggam tangan Aqila erat
"Kok lo nangis sih? Cengeng banget tau nggak?"
"Gue emang cengeng Qil, nggak kayak lo yang kuat"
"Udahlah Ren, hapus air mata lo bentar lagi dosen dateng tuh"
"Lo harus tetep percaya Qil, kalau Allah punya rencana indah buat lo, suatu saat mereka pasti mengerti"
"Iya gue tau Renata, gue tau Allah itu nggak tidur, ia pasti tau yang terbaik buat gue"
"Pokoknya lo jangan ngerasa sendiri, gue sebagai sahabat lo selalu siap 24 jam denger curhatan lo"
"Udah kayak UGD aja lo 24 jam" Renata tak membalas ucapan Aqila, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah kotak kecil berwarna biru dengan pita warna senada yang indah diatas nya
"Selamat ulang tahun sahabatku yang kuat, semoga tahun ini lo bisa jadi lebih baik lagi dan harapan lo bisa terwujud" Renata memeluluk Aqila erat seolah menyalurkan kekuatan pada tubuh sahabatnya yang ringkih
"Lo emang sahabat terbaik gue Ren"
"Pasti hari ini gue yang pertama ngucapin ya? Dan mungkin cuma gue?" Terdengar menyakitkan tapi itu nyata, Renata sahabatnya dari SMA orang yang pertama kali memberinya ucapan selamat di hari kelahirannya dan kadang satu-satunya orang yang ingat ulang tahunnya
"Sayang nya lo yang kedua"
"Siapa yang pertama?" Renata menatap mata cokelat Aqila dengan serius, tidak mungkin keluarganya kan?
Peluang keluarga Bramadja mengingatnya hanya 0,001% dari 100% atau mungkin Galang? Hah tidak mungkin cowok br*ngs*k itu mengingatnya atau bahkan ia tak tau?, tadi pagi ia mendengar cowok itu menyatakan cintanya kepada adik sahabatnya, miris sekali nasib sahabatnya itu di hari ulang tahun bukannya bahagia ia malah mendapat hadiah seperti ini, ia tau betul bagaimana sesosok Aqila pertama kali jatuh cinta saat kegiatan OSPEK dengn salah satu panitia yang tak lain adalah Galang, namun cinta sahabatnya itu harus bertepuk sebelah tangan bahkan perjuangan Aqila tak pernah dihargai
"Rahasia"
"Nggak asik lo"
"Nanti lo juga bakal tau kok"
"Tapi..."
"Ssstt, Dosen dateng"
Pembicaraan dua sahabat itu terhenti saat dosen memasuki kelas, kelas yang tiba-tiba ramai mendadak sunyi apalagi dosen yang mengajar terkenal killer
"Hari ini kita kuis" ucapan yang keluar dari mulut sang dosen membuat mahasiswa kembali bersuara tak terima namun keputusan tetap tidak bisa diganggu gugat jika itu sudah keluar dari mulut Bu Maya si dosen killer
⚘⚘⚘⚘⚘
"Assalamu'alaikum" Aqila membuka pintu rumahnya saat matahari mulai tenggelam, sepulang kampus ia diajak Renata ke salah satu restoran pizza terkenal untuk merayakan ulang tahunnya
"Wa'alaikumussalam" Bik Inah yang menjawab salam, salah satu ART yang bekerja kepada keluarga Bramadja lebih dari lima belas tahun, jadi ia tau bagaimana kondisi nona mudanya yang satu ini
"Kok rumah sepi banget bik, yang lain kemana?"
"Tuan dan nyonya ada perjalanan bisnis ke luar kota"
"Kakak?"
"Biasa non sibuk sama kerjaan"
"Reyna juga belum pulang?"
"Non Reyna tadi sore di jemput sama pacarnya, katanya mau jalan-jalan" Aqila tersenyum miris dan mengangguk
"Kalau gitu Aqila masuk dulu bik"
"Nanti kalau butuh apa-apa panggil bibik ya"
"Pasti bik"
Langkah Aqila di tangga terhenti saat menyadari kakak keduanya, Daren juga turun dari tangga dengan terburu-buru sepertinya mendapat panggilan darurat, bukankah tadi Bik Inah bilang masih kerja? Itulah pertanyaan yang muncul di benak Aqila
"Kak Daren mau ke rumah sakit?" Aqila menyapa saat mereka berpapasan di tangga
"Hmm" hanya deheman yang ia berikan kepada Aqila bahkan tanpa menoleh sedikitpun, Aqila hanya berfikir positif mungkin saja pasiennya dalam keadaan darurat
🌸🌸🌸🌸🌸
"Sial... sial...sial" sepanjang koridor kampus tak henti-hentinya Aqila mengumpat, setelah subuh ia malah kembali tidur dan hampir melupakan kelas paginya hari ini
Brukkk
Karena terlalu fokus ia sampai tak sengaja menabrak seseorang di ujung koridor
"Aduh maaf ya maaf banget gue buru-buru" Aqila memungut bukunya yang jatuh berserakan sedangkan orang yang ditabraknya diam berdiri tanpa niat membantu
Dalam hati Aqila mengumpat sombong sekali, tapi ia tak menampik kalau ini juga salahnya
"Sekali lagi maaf gue buru-buru" ia menatap orang yang ditabraknya dan membuatnya berhenti sejenak
"Galang?"
"Caper lo" Bukan Galang yang mengatakan itu tapi temannya Bagas
"Trik apa lagi kali ini? Galang lebih milih adik lo ketimbang lo" Dika ikut menimpali dengan kata-kata pedasnya
"Mulai sekarang berhenti ganggu Galang lagi Aqila, lo harus ngalah demi kebahagiaan adik lo" Arya menepuk pundaknya pelan dan mereka berempat pergi meninggalkan Aqila yang menunduk disana
Lo sebagai kakak harus ngalah sama adik lo
qila harus ngalah ya sama Reyna
Aqila kasih Reyna ya, ngalah sama adiknya besok papa ganti
Aqila ngalah dulu ya, kakak janji besok nemenin Aqila ke toko buku
Kata-kata mengalah itu sudah kebal di telinga Aqila dari kecil, kata-kata yang sudah menjadi makanan sehari-harinya, dari kata itu ia membuat orang lain bahagia tanpa memikirkan hatinya yang terluka
"Mengalah? Lagi? Heh" Aqila tersenyum kecut dan segera pergi menuju kelasnya
⚘⚘⚘⚘⚘
Banyak Typo...🙏
Like, komen & Vote 🙏