NovelToon NovelToon
Wanita Malam Milik Tuan Damian

Wanita Malam Milik Tuan Damian

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Pelakor / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:30.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dayu_SA

"Menikahlah denganku," Dina nyaris menyemburkan jus yang baru saja ia minum demi mendengar kata-kata Damian.

Ardina Maharani, seorang waitress club malam, karena desakan ekonomi terpaksa menyetujui perjanjian pernikahan dengan Damian Adinata, seorang CEO muda yang membutuhkan keturunan. Sesuatu yang tak bisa istri pertama pria itu berikan.

Mampukah Dina bertahan untuk selalu menjadi yang kedua? Atau justru ia akan menggeser posisi istri pertama dan menjadi satu-satunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayu_SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB [03]

Dina kembali mengamati bayangannya di cermin. Wajah mulusnya yang biasa polos kini tampak merona karena polesan makeup. Tidak begitu tebal sebenarnya. Tapi karena gadis itu jarang berdandan, membuatnya terlihat begitu berbeda.

Bibirnya ia poles dengan lipstik berwarna pink cerah. Tidak begitu mencolok namun memberi kesan sensual. Rambutnya yang sedikit melewati tengkuk ia gelung sebagian dan sisanya ia biarkan tergerai begitu saja.

"Ayo..." Dina mengangguk menanggapi ajakan Jennie. Mereka kemudian melangkah beriringan menuju ruangan Robi. Manager lantai 04.

"Sudah ada pelanggan?" tanya Dina sambil melirik ke arah tumpukan slip di atas meja.

"Nih, sudah ada lima booth yang dibooking. Kalian nanti handle di booth 03 ya," Robi menyerahkan satu lembar slip kepada Jennie.

"Berdua aja?" tanya Jennie. "Oh... Bapak-bapak CEO tampan itu lagi?" tambahnya kemudian.

Dina ikut mengamati slip orderan yang kini berada di genggaman Jennie. Dan benar saja ia kembali mendapati nama CEO Adinata Grup tertulis di sana. Pria itu memang sudah menjadi pelanggan tetap di club malam ini bahkan sebelum Dina bekerja di sini.

Ketika pertama kali bertemu, Dina sudah merasa ketar ketir karena takut sang bos besar mengenalinya. Namun akhirnya ia lega dan merasa bodoh sendiri. Bagaimana mungkin bos besar mengenali dirinya. Ia toh hanya petugas bersih-bersih. Wilayah kerjanya pun hanya di kawasan lantai satu. Mulai dari Toilet hingga lobi. Bukannya di ruangan CEO yang posisinya berada di puncak gedung sana.

"Iya, sudah sana. Kalian siapin standarnya dlu. Nanti kalau ada tambahan 'call' aja," kata Robi sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke arah Jennie dan Dina. Seolah sedang mengusir ayam tetangga.

"Oke... / Siap..." jawab keduanya nyaris bersamaan.

____

"Sebenernya kerjaan kita ini strategis banget loh San," ujar Jennie sambil meneliti berbagai jenis minuman beralkohol yang sudah mereka masukan ke dalam troli. Mengecek ulang kalau-kalau ada yang tertinggal.

"Maksudnya?" tanya Dina tanpa menoleh, karena matanya kini disibukkan dengan makanan ringan pendamping alkohol.

"Ya strategis, buat naikin status sosial," jawab Jennie lagi, kali ini sambil terkekeh dengan ucapannya sendiri.

Tak seperti Dina yang terpaksa bekerja di club malam karena kondisi keuangan, Jennie justru sebaliknya. Wanita itu sudah terbiasa dan memang menyukai hingar bingarnya dunia malam. Bahkan beberapa bagian tubuh wanita itu tampak dihiasi tattoo dan piercing.

Dina menggeleng mendengar ucapan Jennie, "kan udah pada punya istri tuh." Mendengar ucapan Dina Jennie kembali terkekeh.

"Ya emang di situ letak tantangannya," ucap wanita itu kemudian. "Pria beristri itu lebih matang, lebih mapan. Ininya pasti tebel," lanjut Jennie lagi sambil menjentikkan jarinya berkali-kali.

Dina hanya menggeleng pelan mendengar ucapan rekan kerjanya. Sama sekali tak ingin menghakimi atau merendahkan, karena ia sadar dilingkungan kerja yang seperti ini jelas hal seperti itu bukanlah hal yang aneh lagi.

Satu hal yang tidak ia inginkan adalah dirinya ikut terjerumus dalam lubang yang sama. Semoga Tuhan masih melindungi dan akan selalu menuntunnya untuk selalu berjalan di jalan yang benar. Meskipun lingkungan kerja yang buruk tak serta merta menjadikanmu seseorang yang buruk pula bukan?

"Udah ah..., udah lengkap semua kan ini? Nanti tamunya pada komplin lagi gara-gara kitanya kelamaan!" ujar Dina sambil mulai mendorong troli beserta seluruh isinya.

____

Di dalam private box nomor 03, terlihat tiga orang pria tengah sibuk dengan ponsel masing-masing. Sedangkan Damian, lelaki yang mengadakan acara dan membooking tempat justru belum terlihat batang hidungnya.

"Damian belum datang?" tanya Roni, salah satu pria yang mengenakan jas berwarna abu-abu. Terlihat sekitar tiga atau empat tahun lebih tua dari Damian. Namun jelas terlihat masih muda dan sangat tampan.

"Otw katanya," jawab pria lain yang mengenakan kaca mata berbingkai perak. Namanya Damar, seorang dokter ahli jantung di sebuah rumah sakit ternama di ibu kota.

"Kebiasaan," kali ini Verdi yang menjawab. Pria yang sejak tadi memusatkan perhatiannya di layar ponsel kini mulai menyandarkan tubuhnya di sofa. Meletakkan ponselnya di atas meja sebelum kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pintu.

Mereka bertiga merupakan sahabat Damian. Sama halnya seperti Damian, ketiganya merupakan penerus dan ahli waris dari keluarga masing-masing. Yang mana, keluarga mereka jelas termasuk keluarga terkaya dan terpandang di ibu kota.

Karena status sosial dan lingkar pergaulan yang sama, mereka selalu bertemu baik dalam urusan bisnis ataupun pesta perusahaan satu sama lain. Dari situlah mereka menjadi akrab dan sedekat sekarang.

Dari keempat pria potensial ini, hanya Damarlah yang belum berkeluarga. Pria itu tampaknya masih betah menyandang status lajang. Ditambah kesibukannya di rumah sakit, membuat pria itu enggan untuk menghabiskan waktunya yang hanya sedikit untuk urusan percintaan.

Pintu booth terdengar diketuk tiga kali dari luar sebelum akhirnya pintu itu terbuka dengan pelan. Terlihat dua orang wanita cantik dengan penampilan seksi menyunggingkan senyum sambil mendorong troli ke dalam ruangan.

"Selamat datang kembali para gentleman, ada yang bisa kami bantu malam ini?" Dina berusaha menampilkan senyuman senatural mungkin. Meskipun dalam hati gadis itu merutuki ketiga pasang mata yang tengah menatap penampilannya dengan intens dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Hai Sandara, kamu selalu cantik seperti biasanya," ujar salah satu pria dengan nada sarat rayuan. Dina yang memang cukup familiar dengan wajah-wajah pelanggannya berusaha mengingat. Kalau tidak salah namanya Damar, ujar gadis itu dalam hati.

"Hanya Sandara? Kalau aku bagaimana?" tanya Jennie dengan nada merayu. Tanpa basa-basi wanita itu duduk di sebelah Damar, menempelkan tubuhnya sedemian rupa hingga membuat Damar tersenyum menggoda.

Namun perhatian mereka seketika teralih ketika pintu booth kembali terbuka. Menampilkan Damian dengan wajah kusut dan rambut acak-acakannya. Suasana seketika hening.

"Kusut amat bro..., lagi ada masalah?" tanya Verdy sambil menggeser badannya ke ujung sofa. Mengisyaratkan pada Damian agar pria itu duduk di sana.

Dina juga sempat merasa kaget dan heran mendapati penampilan CEOnya itu. Bagaimana tidak? Damian yang biasanya berpakaian klimis, dengan rambut rapi dan wajah yang penuh karisma, kali ini terlihat benar-benar lain dari biasanya.

Tanpa kata, Damian langsung melangkah ke arah Verdy dan langsung menghempaskan tubuhnya di sebelah pria itu. Verdy yang mengerti suasana hati sahabatnya langsung mengerling ke arah Sandara, memberi isyarat kepada gadis itu agar segera menyiapkan minuman mereka.

Dina langsung mengangguk dan mengeluarkan beberapa botol minuman beralkohol dari dalam troli.

"Aku ingin sesuatu yang kuat," ucapan Damian membuat Dina sedikit tersentak sebelum akhirnya tangan gadis itu dengan ahli memilih minuman yang kadar alkoholnya paling tinggi.

"Apa ini cukup?" tanya gadis itu sambil menunjuk sebotol minuman. Damian menatapnya sebentar sebelum mengangguk acuh tak acuh. Pria itu kemudian hanya memejamkan matanya dengan ekspresi kelelahan. Jelas terlihat jika ia tengah banyak pikiran.

Dina hanya mengangguk lalu dengan cepat menuangkan minuman tersebut ke dalam sloki-sloki kecil sebelum kemudian meletakkannya di depan keempat pria tadi.

"Apa ada yang ingin bernyanyi?" tanya Jennie, berusaha mencairkan suasana yang tampak sedikit canggung. Wanita itu langsung menyiapkan perlengkapan karaoke setelah mendapati sebagian kepala di dalam ruangan mengangguk menanggapi ucapannya.

"Baiklah... Waktunya bersenang-senang!" seru wanita itu sambil mengangkat remot tinggi-tinggi.

Jiwa periang wanita itu sepertinya memang mampu mencairkan suasana. Karena terbukti kini mulai terdengar suara tawa dan riuh hiruk pikuk dari dalam booth 03.

1
muna aprilia
lnjut
Endangdaman
ah so sweet deh damian
sumiyati budiyanto
iya bagus,alurnya jg enak dibaca
nuraeinieni
aq mampir thor
wawawawa
apa"an si shesil😒
Dayu SA
luar biasa
LISA
Semangat y Kak..kita tunggu update nya
Dayu SA: Wahhhh makasi ya kak, komentar dan likenya sangat berarti buat mendongkrak semangat nih. Kawal terus perjalanan mereka sampai tamat ya! makasi ^^
total 1 replies
LISA
Bagus ceritanya Kak..
LISA
Slmt y utk Dina & Damian..meskipun pernikahannya terkesan buru²..bahagia selalu y utk kalian berdua
LISA
Syukurlah ibunya Dina udh pulih..yg kuat y Dina..Damian org yg baik koq..
LISA
Luar biasa
LISA
Damian emg suka sama Dina makanya dia menawarkan perjanjian itu..y moga aj Dina menerimanya..
LISA
Damian mulai tertarik sama Dina
LISA
Aq mampir Kak
Dayu SA: sippp... makasi kak ^^
total 1 replies
Bunda
nyimak Thor 🙏🏻
Dayu SA: Silahkan, terimakasih kak 🙏🏻
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up Thor
Bunda: g ada kelanjutannya ya
Anto D Cotto: sep, tetap semangat thor 👍
total 3 replies
Anto D Cotto
menarik
Narty Mafaza
suka banget baru ketemu novel ini langsung klik,,, gak banyak typo n alurnya jelas GK berbeli² pokoknya suka suka
Dayu SA: Makasi kak, dukung terus ya, kawal Dina sama Damian sampai tamat 😁😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!