Keluarga Henderson season 3. Lanjutan dari novel Seven R Anak genius dan Tujuh CEO muda.
Tiga gadis kembar identik yang tidak pernah terpisahkan sejak dalam kandungan.
Nama mereka semakin dikenal sebagai penyelamat bagi orang susah dan malaikat pencabut nyawa bagi para penjahat. Mereka juga rela mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan orang lain.
Bagaimana sepak terjang mereka kali ini?
Dan disini juga mengungkap identitas Randy yang sebenarnya, siapa Randy?
Temukan jawabannya di novel ini.
Seperti biasa cerita ini hanyalah fiktif semata. bila ada nama, tempat atau kejadian yang sama hanyalah kebetulan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalian penyelamat kami.
.
.
.
Mereka pun secara perlahan lahan masuk dengan cara mengendap-endap. Setiap bertemu musuh satu persatu mereka harus melumpuhkannya.
"Hati hati, mereka sangat ramai," ucap Davion pada saudaranya Davina. mereka bertiga saling pandang lalu keluar dari persembunyian untuk bertarung dengan musuh.
"Hei bagaimana kalian bisa kabur?" tanya si G. Si G mengira Davion Danendra dan Davina adalah anak yang mereka culik.
"Paman, kami hanya ingin buang air," jawab Davina.
"Ayo masuk keruangan kalian," perintah si C. Davion, Danendra dan Davina pun menurut saja dibawa keruangan tempat penyekapan.
Sebelumnya mereka sudah berencana agar salah satu dari mereka untuk menjadi umpan agar bisa menemukan tempat penyekapan tersebut. Diam diam Davion dan Danendra sudah menghubungi saudaranya bahwa mereka bertiga yang akan menjadi umpan.
Ketiganya pun dibawa keruangan tersebut, sebuah tempat penyimpanan barang sewaktu pabrik ini beroperasi dulunya.
"Cepat buka pintunya," perintah si G pada si E yang menjaga pintu ruangan tersebut.
"Apakah mereka mangsa baru?" tanya si E. Si G pun bingung mengapa si E bertanya seperti itu?.
"Bukankah mereka tawanan yang kabur?" tanya si G, si E menggeleng dan mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa kabur dari ruangan itu.
Davion, Danendra dan Davina saling kode lalu dengan gerakan cepat mereka menendang perut si G, si E dan si C.
ketiganya terpental beberapa meter kebelakang, karena triple D menendangnya dengan kekuatan mereka.
"Siapa kalian sebenarnya?" tanya si G sambil memegangi perutnya dan berusaha untuk bangkit. Tapi triple D tidak menjawab, mereka malah menghajar ketiga pria tersebut hingga pingsan.
Kemudian Davina mengambil kunci dari si E dan membuka pintu ruangan tersebut. Anak anak yang mereka sekap pun menoleh kearah pintu.
"Kalian tentang saja, kami datang untuk menyelamatkan kalian," ucap Davina.
Didi dan teman temannya yang sudah sadarkan diri pun hanya bisa bengong.
"Cepat keluar dari sini," perintah Danendra.
Mereka pun berjalan keluar, ada yang sempoyongan karena lemah. Tapi mereka berusaha kuat demi bisa keluar dengan selamat dari tempat ini. Davina, Davion dan Danendra mengawal mereka.
Prok...prok...prok.. suara tepuk tangan menghentikan langkah mereka. mereka pun kembali berkumpul dan meringkuk karena takut.
"Wah, wah, wah. Ternyata ada penyelamat disini, tapi sayangnya kalian tidak akan bisa lolos dari sini," ucap Ah Yong sang ketua penculik anak.
Triple D hanya tersenyum sinis. mereka tidak takut sama sekali dengan ancaman bos penculik tersebut.
"Buktikan kata kata paman itu," ucap Davina.
"Oo...oh bocah sok berani rupanya," kata Ah Yong, kemudian ia memberi kode kepada bawahannya untuk menangkap triple D.
Davion, Danendra dan Davina mundur dua langkah untuk mengambil posisi masing-masing. Tiga bawahan Ah Yong pun maju, sedangkan anak anak semakin ketakutan, tidak terkecuali Didi.
Davina bersalto dan menendang perut pria itu, tapi serangan Davina bisa ditangkis oleh pria itu. Hingga Davina pun terjatuh. Davina kembali bangkit, kali ini ia akan lebih berhati-hati. Saat mereka sedang bertarung datang Al dan Ale.
Melihat situasi seperti itu Ale berlari dan langsung menerjang pria yang melawan Davina. Karena pria itu kurang fokus jadi terjangan Ale tepat mengenai sasaran yaitu dada pria itu. Pria itu mundur beberapa langkah tapi tidak terjatuh.
"S*al...!" umpat pria itu.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Ale pada Davina, Davina hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Sepertinya mereka cukup tangguh," kata Ale pada Davina.
"Iya Kamu benar, seranganku beberapa kali berhasil ia patahkan," jawab Davina.
Sementara Davion dan Danendra bertarung melawan yang lain. Perlawanan mereka cukup sengit.
Al maju hendak melawan anak buah Ah Yong yang lain, anak buah Ah Yong nyengir meremehkan Al karena menurut mereka hanya seorang anak kecil. Al mulai melawan dua sekaligus. meskipun tubuh Al kecil tapi kekuatannya seperti orang dewasa. Al menendang tulang kering salah satu dari kedua orang yang ia lawan. Hingga orang itu kehilangan konsentrasi dan kesempatan itu Al gunakan untuk menjatuhkannya.
Benar saja, tendangan Al mengenai kepala orang tersebut hingga orang itu terpental membentur tembok.
Ah Yong masih duduk santai dikursi, seperti menonton pertandingan karate. Ah Yong masih bisa tersenyum melihat anak buahnya yang sudah banyak tumbang.
Davina dan Aleta sudah berhasil mengalahkan lawannya, kini Aleta membantu Aldebaran melawan musuhnya, sedangkan Davina membantu Davion.
Didi yang baru pertama kali melihat kehebatan sikembar, iapun merasa takjub. Hingga mulutnya terbuka lebar.
Kini datang lagi Abqari dan Viora, karena keduanya sudah berhasil menumbangkan musuhnya. Keduanya pun membantu saudara saudaranya. Ternyata ada lagi musuh yang baru keluar dari sebuah ruangan.
"Musuh ada lagi," kata Davion setelah mereka berhasil mengalahkan lawannya yang ada.
Mereka semua hanya mengangguk. 10 orang berbadan besar dari yang sebelumnya keluar dari sebuah ruangan yang tidak jauh dari tempat anak anak disekap.
"Apa kalian takut?" tanya Aldebaran.
"Tidak ada istilah takut bagi keturunan keluarga Henderson," jawab Danendra dingin.
Saat mereka hendak melawan 10 orang yang berbadan besar itu, datang lagi Kenzo dan Quenni, Kenzie dan Qirani. mereka menjadi 11 orang.
"Sebaiknya kalian bawa anak anak yang mereka sekap keluar dari sini," perintah Al pada Aleta dan Davina. Tapi keduanya menggeleng, mereka juga ingin ikut bertarung menumpas para musuhnya.
Akhirnya Qirani dan Quenni yang mengalah untuk membawa mereka keluar. Tapi baru beberapa langkah mereka berjalan...
Dor....Ah Yong menembakkan senjata api keatas. Dan itu semakin membuat anak anak itu ketakutan sehingga mereka mengurungkan niatnya untuk keluar dari situ.
"Selangkah lagi kalian maju maka pistol ini yang akan bicara," ancam Ah Yong.
Kemudian datang lagi Rayyan dan Rayna, Kayden dan Kayvira serta Aksa Delvin dan Nayara. Kini mereka sudah lengkap 17 orang. Qirani dan Quenni pun menghampiri mereka.
"Kita akan hadapi sama sama," kata Aleta, dan mereka semua mengangguk.
"Wow, kalian para bocah berani melawan saya?" tanya Ah Yong sambil memainkan senjata api nya.
"Lawan mereka, kalian adalah penyelamat kami," teriak seorang anak laki-laki yang kondisi tubuhnya sangat memprihatinkan karena sudah beberapa hari disekap.
"Ya lawan mereka, kalahkan mereka," teriak yang lain.
Dor.... sekali lagi Ah Yong menembak keatas sehingga para anak anak pun terdiam. Tentu saja mereka takut.
Al memberi kode kepada saudaranya untuk menyerang, mereka semua pun mengangguk. 17 bocah kembar itupun maju secara serentak melawan 10 orang berbadan besar itu. meskipun badan mereka 4 kali lipat dari tubuh mereka, tapi mereka tidak gentar sedikitpun. Mereka diajarkan oleh orang tua mereka untuk menjadi pemberani.
Al mengangkat tubuhnya dan kakinya menendang, tapi serangan Al dapat dibaca oleh lawan, sehingga musuh dengan mudah menangkap kaki Al, tapi Al tidak tinggal diam, ia memutar sebelah kakinya lagi lalu menendang aset berharga milik pria itu. Sehingga pria itu terlonjak kesakitan. Al hanya tersenyum sinis.
"Gimana? Enak gak?" tanya Al tanpa rasa bersalah sedikitpun.
.
.
.