[Update tiap hari, jangan lupa subscribe ya~]
[Author sangat menerima kritik dan saran dari pembaca]
Sepasang saudara kembar, Zeeya dan Reega. Mereka berdua memiliki kehidupan layaknya anak SMA biasanya. Zeeya memenangkan kompetisi matematika tingkat asia di Jepang. Dia menerima hadiah dari papanya berupa sebuah buku harian. Dia menuliskan kisah hidupnya di buku harian itu.
Suatu hari, Zeeya mengalami patah hati sebab pacarnya menghilang entah kemana. Zeeya berusaha mencari semampu dirinya, tapi ditengah hatinya yang terpuruk, dia malah dituduh sebagai seorang pembunuh.
Zeeya menyelidiki tentang masa lalunya. Benarkah dia merupakan seorang pembunuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzalziaah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 | Kilas Balik Kairo (4)
Tiga tahun lalu
Di tengah derasnya hujan, Zeeya terbangun dalam kebingungan. Pandangannya berkelana di sekitar ruangan yang asing di matanya.
"Di mana aku?" gumamnya pelan.
Kamar ini, dengan peralatan medis modern, tampak seperti ruang perawatan VIP di rumah sakit. Ketika dia berusaha mengingat bagaimana bisa sampai di sini, suara pintu yang berderit membuyarkan pikirannya.
Krek ...
Seorang pria gagah, berpenampilan seperti militer, melangkah masuk, diikuti oleh seorang lelaki berbaju serba putih di belakangnya. Jantung Zeeya berdegup kencang. Wajah pria itu mengingatkannya pada sosok-sosok misterius yang pernah menjemputnya dari kegelapan hutan.
“Anda sudah bangun, Nona Zeeya?” tanya pria tersebut.
“Ya …” Zeeya berusaha menahan rasa takut.
Pria itu mendekat, dan wajahnya kini terlihat lebih jelas. “Perkenalkan, saya Argan, komandan pasukan rahasia yang melindungi keluarga Vierhalt,” jelasnya. “Keluarga ini telah memberikan perlindungan bagi Anda.”
“Pak Argan, apa yang terjadi padaku?” Zeeya mengernyit, ingatannya kabur.
“Anda diselamatkan dari situasi berbahaya. Seharusnya Anda tidak menerima ajakan dari semua orang, selain Tuan Karizal Vierhalt.”
Suaranya membuat Zeeya makin takut. Punggungnya dibasahi oleh keringat dingin yang bercucuran sejak tadi.
Pak Argan melanjutkan. “Ini dokter Tanaka Yama, beliau datang langsung dari Jepang untuk memberikan sesi terapi.”
Dokter Yama tersenyum padanya. Zeeya merasa bingung dengan semua ini. Rasanya seperti mimpi buruk yang baru semalam dialaminya.
Dia ingat suara gemuruh hujan, getaran gempa di kakinya, wajah-wajah asing, dan rasa ketakutan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kini, terbaring di tempat yang aman, tetapi dengan perasaan yang hancur lebur.
“Rumah! Aku akan pulang ke rumah bersama om Juan. Apa yang terjadi saat itu?” tanya Zeeya, matanya berkaca-kaca seolah menahan tangisan
Argan menatapnya sejenak, lalu menghela napas. “Kami telah menyelamatkan Anda dari orang yang akan menculik Anda. Saya minta maaf, ketika kejadian itu saya datang terlambat. Yang jelas, orang yang menculik Anda tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dicari.”
“Dia ingin mengetahui keberadaan Reega. Apa Reega biak-baik saja?”
Zeeya merasakan tubuhnya semakin bergetar. Tak percaya, om Juan, satu-satunya saudara papa kandungnya berbuat hal yang menyeramkan pada dirinya.
Pak Argan dan Dokter Yama saling bertatapan. Terdiam beberapa saat.
Dokter Yama melangkah maju, mencoba menenangkan. “Saya akan membantu Anda menenangkan diri, Nona Zeeya.”
Hari demi hari, Zeeya menjalani sesi terapi dengan dokter Yama. Proses penyembuhan fisiknya berjalan baik, tetapi kenangan di hutan itu masih terus menghantuinya.
“Ini adalah sesi terapi Anda yang terakhir. Selanjutnya, Pak Argan akan mengantar Anda kembali ke sekolah asrama,” kata dokter Yama dengan nada penuh keyakinan.
“Benarkah?” Zeeya bertanya, suaranya penuh kegembiraan.
Dia sudah tidak sabar bertemu teman lamanya, Kairo, yang selalu membuatnya rindu.
“Sekarang, tutup mata Anda dan kosongkan pikiran Anda,” lanjut dokter Yama.
Zeeya menuruti perkataannya, menutup matanya dan berusaha membuang semua beban di pikirannya.
Beberapa saat kemudian, Zeeya terbangun. Tubuhnya mematung, pandangannya menjadi kosong. Dalam kebingungan, dia berusaha mengingat apa yang terjadi dalam sesi terakhir itu.
“Terapi Anda sudah selesai,” ucap dokter itu lembut, lalu pergi meninggalkan ruang terapi.
Zeeya masih duduk di tempatnya, menatap kosong ke arah dinding di hadapannya. Wajahnya yang datar tidak menunjukkan emosi. Seperti orang yang belum sadarkan diri, bahkan dia tak sadar saat pak Argan memasuki ruang terapi.
“Nona, mobil yang mengantar Anda sudah siap di luar,” suara pak Argan terdengar jelas di kupingnya.
Tanpa berkata-kata, Zeeya berdiri dan melangkah keluar ruangan, kemudian terus berjalan keluar dari gedung rumah sakit.
Di dalam mobil, Zeeya duduk termenung, hanya melihat ke arah jendela. Di luar, hujan telah berhenti, meninggalkan langit yang cerah. Mobil melaju menuju sekolah asramanya, ditemani oleh pak Argan yang duduk di sampingnya.
.........
Setiap jalan yang dilalui membuatnya menatap terus ke arah jendela. Mobil berhenti di depan gerbang sekolah. Dengan napas dalam-dalam, Zeeya melangkah keluar mobil. Pak Argan juga ikut keluar, lalu memegang kedua pundak Zeeya dan menatapnya dalam-dalam.
“Ingat, siapa nama Nona?” tanyanya dengan raut wajah serius.
Zeeya menggelengkan kepala.
Pak Argan menatapnya makin dalam. “Nama Nona adalah Adila Zeeya Vierhalt. Satu-satunya anak dari keluarga Vierhalt. Anda akan berada di sini selama tiga tahun, yang harus Anda lakukan hanyalah belajar.”
Zeeya mengangguk. Pak Argan melepaskan tangannya dari pundak Zeeya. Langkah kaki membawa Zeeya berjalan menuju asrama setelah berpamitan kepada pak Argan.
Kairo muncul di depan gedung asrama, wajahnya cerah saat melihat sosok sahabatnya telah kembali.
“Zeeya!” serunya, berlari menghampiri.
Zeeya tidak menggubrisnya. Dia lanjut berjalan memasuki gedung asrama, menuju kamarnya.
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Kairo, memperhatikan setiap gerak-gerik Zeeya.
Zeeya menoleh padanya. “Siapa kamu?”
Kairo heran dengan perilaku sahabatnya itu. “Aku Kairo, masa kamu lupa? Aku sahabatmu.”
Sebuah suara memekik di telinga Zeeya, ‘jangan percaya dengan wajah polosnya. Dia orang yang telah membuatmu dalam bahaya’
“Oh, iya Kairo! Aku lupa pernah punya sahabat yang namanya Kairo.”
“Lupa? Kita kan udah sahabatan dari lama. Rumah barumu bagaimana? Pasti bagus sekali!”
“Iya, bagus.” Zeeya hanya menjawabnya singkat.
‘kau harus membuatnya merasakan apa yang kau rasakan.’ Suara itu kembali terdengar.
Zeeya seakan tahu, suara siapa yang bergeming di telinganya. Saudara kembarnya, Reega dapat berbicara melalui telepati dengannya. Sebuah kemampuan yang bisa didapatkan dari sepasang anak kembar yang beruntung.
Hari-hari berlalu, Kairo masih tidak menyangka Zeeya sudah berubah. Dia hanya menghabiskan waktunya di asrama dengan belajar giat. Biasanya dia akan tidak masuk kelas ketika pelajaran terasa membosankan. Tapi sekarang, dia tidak seperti itu.
Kring! Kring!
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Semua murid berbondong-bondong keluar kelas.
“Kai, gimana kalau besok minggu kita makan di luar asrama?” Tiba-tiba Zeeya bertanya pada Kairo. “Aku sering ke sana bersama seseorang, makanan di sana enak sekali.”
“Boleh,” jawab Kairo singkat.
“Jangan lupa ya ... aku tunggu minggu pagi di belakang asrama.”
Zeeya mengikuti teman-temannya yang lain, keluar kelas.
Hari minggu yang tadinya tenang menjadi rancu. Semua murid dikumpulkan di aula asrama. Keadaan menjadi mala petaka Ketika ada seseorang yang melaporkan ada mayat di sungai dekat asrama tersebut.
“Hari ini, semua murid harap diam di kamar asrama masing-masing. Jangan ada yang ke mana-mana sampai ada pengumuman dari saya.” Kepala asrama memberikan pengumuman kepada seluruh murid yang berkumpul.
Zeeya kembali berjalan menuju kamarnya, begitu pun dengan kairo.
“Kai, nanti malam temui aku di dekat sungai itu lagi,” bisik Zeeya kepada Kairo.
“Kita nggak boleh keluar kamar, Zee. Kamu nggak dengan apa yang barusan ibu kepala asrama bilang?”
“Tapi ... aku ingin menunjukkan hal yang menarik padamu ...” Zeeya berkata lesu.
Kairo tampak berpikir, dia iba dengan sahabatnya itu. “Ya sudah, malam nanti kita pergi diam-diam dari sini.”
.........
dari judulnya udah menarik
nanti mampir dinovelku ya jika berkenan/Smile//Pray/
mampir di novel aku ya kasih nasihat buat aku /Kiss//Rose/