Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, dan guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
第4章
Sungai kecil yang dikira dangkal itu nyatanya lumayan dalam.
Airnya yang bening membuat dasar sungai terlihat jelas hingga terkesan dangkal.
Dan Wang Lu, tidak mempersiapkan diri untuk hal ini sehingga ia terkapah-kapah dan kalang kabut. Situasi itu tak memberinya ide untuk bertindak secara tepat, hanya mengayuh tangan dan kakinya tanpa berpikir. Tapi tindakan itu malah semakin memperburuk keadaannya.
Semakin keras ia meronta, semakin dalam ia tenggelam.
Pada akhirnya, Wang Lu berhenti memberontak dan membiarkan dirinya terdampar hingga ke dasar.
Kedengarannya mudah, tapi kenyataannya tidak semudah itu.
Proses itu juga ternyata memakan waktu.
Seberapa dalam aku tenggelam? pikir Wang Lu. Tiga meter? Lima meter? Sepuluh? Lima belas?
Tidak mungkin!
Bukankah hanya sungai kecil?
Wang Lu tak yakin seberapa dalam ia tenggelam. Rasanya seperti beratus-ratus meter.
Ketika tubuhnya akhirnya mencapai dasar sungai, napasnya sudah tercekat di tenggorokan, dan kesadarannya sudah sekarat.
Dengan sisa-sisa tenaga dan kesadarannya, Wang Lu menjejakkan ujung kakinya ke dasar sungai untuk kemudian melambungkan dirinya ke permukaan.
Waktu berlalu lambat, bahkan seolah terhenti, dan jiwanya memasuki ruang mimpi yang misterius.
“Ini di mana? Apakah aku sudah mati?”
Ketika kesadaran Wang Lu berangsur-angsur pulih, ia menemukan dirinya dalam ruangan di mana ia bahkan tak bisa melihat tangannya sendiri.
Di dalam ruangan hitam ini, Wang Lu menatap cahaya misterius di kejauhan, titik putih mengambang seperti bintang yang memancarkan hati dan jiwanya.
Titik cahaya yang tampaknya memiliki kehidupan itu mendatanginya secara perlahan, menunggunya bereaksi untuk memasuki jiwanya.
Saat berikutnya, Wang Lu merasakan sakit yang spesifik. Bersamaan dengan itu, ia menemukan banyak gambar dalam benaknya, tetapi gambar-gambar ini seperti pemakan jiwa, terus-menerus menggerogotinya, dan menyakitinya setengah mati.
Menyadari bahwa rasa sakit yang tidak manusiawi itu nyata, Wang Lu mencoba menahan kekosongan terakhir dan mempertahankan hatinya.
Wang Lu tak yakin berapa lama itu berlangsung, tepat ketika dirinya hampir disiksa oleh rasa sakit yang memilukan, cahaya misterius itu bergabung dengan dirinya, dan rasa sakit akhirnya mulai melemah. Kemudian sederet informasi seperti gelombang tanggul mengalir ke benaknya.
Keterampilan, pengetahuan, hukum rahasia…
Memikirkan hal itu, hati Wang Lu memicu gelombang besar, dan dia menyadari dengan samar bahwa apa yang didapatkannya adalah harta karun yang tak terduga.
Dan harta karun ini adalah apa yang paling dia butuhkan.
Dengan harta karun ini, Wang Lu bisa membalikkan keadaannya dan terbang ke langit.
Sekonyong-konyong tangan seseorang merenggut pergelangan tangannya, menariknya keluar dari air.
Wang Lu terhenyak dan duduk dengan tersentak seperti kena tembak, kemudian terbatuk-batuk. Matanya yang masih kabur mengerjap terbuka, dadanya terasa berat saat tatapannya yang panik menyapu sekeliling.
Seorang pemuda seusia Wang Lu dan seorang anak laki-laki berusia kira-kira enam tahun, menatap Wang Lu dengan ekspresi datar.
“Kalian siapa?” tanya Wang Lu. “Di mana guruku?”
“Aku Duanmu Jin.” Si pemuda memperkenalkan dirinya, kemudian menunjuk anak laki-laki di sebelahnya. “Dia Long Ziling.”
Marga Long? pikir Wang Lu. Pasti salah satu penerus Paviliun Longtian!
Wang Lu menatap Long Ziling dengan takjub.
Wajah Long Ziling bersinar terang, tapi ekspresi dinginnya terlihat suram. Rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai putih semua seperti rambut Penatua Agung, sama putihnya dengan gaun hanfu-nya.
Sebuah ikat kepala dari emas, melingkar di kepalanya dengan permata biru di dahinya. Matanya juga berwarna biru, serupa dengan permata itu. Bibirnya berwarna merah darah, lebih mirip anak perempuan dibanding laki-laki.
Penampilannya sangat indah, temperamennya dingin, tubuhnya memancarkan aura yang unik.
“Gurumu menitipkanmu pada kami!” Duanmu Jin memberitahu.
“Apa?” Wang Lu spontan merongos, lebih ditujukan pada gurunya. “Dasar rubah betina itu,” dengusnya. Lalu baru ingat belum memperkenalkan dirinya. “Omong-omong, aku Wang Lu!” katanya.
Duanmu Jin hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.
Long Ziling tak bereaksi.
Wang Lu tiba-tiba tertegun mendapati dirinya berada di tempat tidur dalam kamar sebuah pondok.
Duanmu Jin duduk di tepi ranjang, sementara Long Ziling berdiri diam di sisi Duanmu Jin.
“Ini…”
“Pondok Xiaolong,” sahut Duanmu Jin memotong perkataan Wang Lu.
Bukankah aku baru saja ditarik dari air? pikir Wang Lu kebingungan. Bagaimana bisa tiba-tiba sudah berada di tempat tidur dengan pakaian kering?
“Sudah berapa lama aku terbaring?” gumam Wang Lu.
“Dua hari,” jawab Duanmu Jin.
“Dua hari?!” Wang Lu terbelalak. “Apakah ini masih di Gunung Dalam?”
“Méi cuò,” jawab Duanmu Jin. “Kau akan tinggal di sini sampai empat puluh hari ke depan!” Ia memberitahu.
“Empat puluh hari?” ulang Wang Lu dengan raut wajah syok.
“Ya!” timpal Duanmu Jin. “Empat puluh hari,” ulangnya. “Dan selama itu kau harus berlatih!” Ia menambahkan.
“Berlatih?” Mata Wang Lu spontan membulat. Serta-merta semangatnya bangkit. “Benarkah aku sudah boleh berlatih?”
“Tentu!” Duanmu Jin meyakinkannya.
“Kau yang akan memandu latihanku?” tanya Wang Lu bersemangat.
“Tidak,” jawab Duanmu Jin tanpa ekspresi. “Kami hanya akan mengawasimu.”
“Mengawasi?” Wang Lu merongos lagi. “Lalu aku mau berlatih apa? Guruku yang tidak bisa diandalkan itu tak pernah mengajariku apa pun! Dia bahkan tak mengizinkanku menggunakan kekuatan spiritual!”
“Itu karena gurumu menyegel kekuatanmu,” tukas Duanmu Jin tanpa emosi.
Bagus sekali kau, Siluman Rubah! geram Wang Lu dalam hatinya.
“Itu dilakukan demi kebaikanmu!” Seolah bisa membaca pikiran Wang Lu, Duanmu Jin memberikan penjelasan mewakili gurunya. “Pondasi internalmu pernah mengalami kerusakan, dan itu bisa semakin buruk jika kau memaksakan diri menggunakan kekuatan spiritual.”
Ternyata begitu? gumam Wang Lu dalam hatinya.
“Tapi kau jangan khawatir,” lanjut Duanmu Jin. “Segel itu akan terbuka dengan sendirinya, setahap demi setahap, seiring perkembanganmu.”
Wang Lu mendesah pendek. “Jadi aku akan berlatih apa selama empat puluh hari ke depan?” tanyanya hilang semangat.
“Kau akan tahu besok,” kata Duanmu Jin.
Kenapa kalimat ini terdengar familier? pikir Wang Lu.
“Sekarang kau beristirahatlah saja dulu,” pungkas Duanmu Jin. Kemudian memohon diri.
Long Ziling memutar tubuhnya tanpa mengatakan apa pun, kemudian berjalan ke arah pintu.
Duanmu Jin beranjak dari tempat tidur, lalu mengekor di belakang Long Ziling.
“Cih! Marga Long ini…” dengus Wang Lu sembari mendelik menatap punggung Long Ziling. “Masih kecil sudah berlagak!”
Seulas senyuman miring tersungging samar di sudut bibir Long Ziling.
Selepas kepergian keduanya, Wang Lu menarik napas dalam-dalam dan beristirahat sejenak, diam-diam mulai memilah-milah fragmen manual yang rumit di pikirannya.
Manual adalah pustaka atau buku catatan yang berisi instruksi rinci tentang pelatihan dalam metode kultivasi atau gaya seni bela diri klan atau perguruan tertentu. Biasanya dianggap sangat berharga dan karenanya dirahasiakan—atau paling tidak, tidak tersedia untuk umum. Nama lain dari Manual adalah Sutra dan Kitab Suci.
Sebut saja: formula rahasia!
“Tujuh Diagram Kerajaan Langit, naga emas berkepala tujuh…”
Naga emas berkepala tujuh adalah tokoh besar dalam Tujuh Diagram Kerajaan Langit.
Ketika Wang Lu memilah fragmen manual yang rumit itu, hal pertama yang diketahuinya adalah identitas dan asal mula naga emas berkepala tujuh itu.
“Dewa Buangan?”
Wang Lu benar-benar terpana.
Meskipun berpengetahuan luas tentang leluhurnya, namun karena warisannya terbatas, Wang Lu hanya mengenal binatang roh, penyihir, monster, iblis, siluman dan tiga alam. Di dunia kecilnya, ia belum pernah mendengar tentang Dewa Buangan.
Adapun Tujuh Diagram Kerajaan Langit, ia bahkan lebih tak pernah mendengarnya lagi.
Ini jelas membuktikan pentingnya warisan. Bisa dikatakan bahwa: meski jika bakat lebih tinggi, pondasi internal lebih kuat dari jenius, tanpa dukungan warisan yang cocok, tak mungkin menembus batas-batas kerajaan langit dan melangkah ke ranah yang lebih tinggi.
Setelah mengetahui identitas naga emas berkepala tujuh, Wang Lu mulai tertarik dengan penguasaan teknik yang tidak pernah diketahui siapapun.
Formula rahasia Enam Denyut Nadi Dewa dari Tujuh Diagram Kerajaan Langit!
Enam Denyut Nadi Dewa dari Tujuh Diagram Kerajaan Langit itu terbagi menjadi enam tahap: pemurnian kulit, pemurnian daging, pemurnian kotoran, praktik kekuatan, kalsinasi tulang dan pemurnian sumsum.
Dengan berkultivasi secara ekstrem, tubuh dapat terlahir kembali.
Setelah melihat-lihat formula rahasia Enam Denyut Nadi Dewa itu, hati Wang Lu menghasilkan warna kejutan yang dalam. Jika ia tak perlu terus memilah fragmen manual yang rumit, ia tak sabar untuk berlatih.
Tiba-tiba Wang Lu mulai tak sabar untuk menyongsong pagi.
Keesokan harinya, Duanmu Jin dan Long Ziling memandunya ke kaki gunung dan berhenti di dekat sebuah kolam.
Kabut yang mengambang di permukaan air terlihat seperti uap air panas dalam cangkir.
Lalu secara tiba-tiba dan tanpa peringatan, Duanmu Jin dan Long Ziling merenggut bahu Wang Lu di kiri-kanan, kemudian menceburkannya ke danau.
BRUUUUSSSH!
“LAGI?!” teriak Wang Lu dengan frustrasi.
ketukan Duanmu Jin...!!!
Cuma tidak bisa tidur, gara2 ulah Wang Lu...
👍👍👍
kata si Mulan Jameela
Dia waras....
Atau Sableng...???
2. Penjara Dewa
3. Jurus-jurus rahasia Wang Wu, dll
Apakah Wang Wu, Dewi pendisiplinan ?
😜😜😜