“Arga, ini aku bawain sandwich buat kamu. Dimakan ya, semoga kamu suka,”
Argantara datang menjemput Shelina tunangannya hasil perjodohan karena suruhan orangtua. Ketika Shelina sudah masuk ke dalam mobil, Ia langsung mengemudikan mobil dengan kecepatan yang tinggi dan mengabaikan ucapan Shelina.
Tunangannya itu langsung panik ketika Argantara melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi tanpa memedulikan dirinya yang merasa trauma pernah mengalami kecelakaan lalu lintas di usia kecil.
“Arga tolong jangan ngebut, aku takut,”
“Lo pantes dapat hukuman ini ya. Nyokap gue nyuruh gue untuk jemput lo! Emang gue supir lo?! Hah?!”
“Tapi ‘kan—-tapi bukan aku yang minta, Ga,”
“Lo harus tau satu hal, gue benci sama lo! Walaupun gue udah putus dari cewek gue, dan dia ninggalin gue nggak jelas sebabnya apa, tapi gue masih cinta sama dia, dan gue nggak akan buka hati buat siapapun itu selain dia! Gue yakin dia bakal balik lagi,”
“Tapi ‘kan kita udah tunangan, Ga,”
“BARU TUNANGAN! GUE BENCI SAMA LO, PAHAM?!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arzeerawrites, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Shelina hanya tersenyum menanggapi ucapan Tita. Ia sendiri tidak tahu apakah pertunangannya dengan Argantara akan berakhir di pelaminan atau justru tidak. Argantara benar-benar membencinya. Shelina pikir, tak akan ada cinta di hati Argantara untuknya sampai kapanpun.
“Shel, tapi Arga gimana di mata lo?”
“Baik,”
“Tapi lo sama Arga jarang banget ngobrol bahkan gue liatnya baru sekali kalian ngobrol yang pas kalian pulang bareng itu lho,”
“Ya emang nggak ada yang diobrolin, Ta,”
“Ya makanya teman-teman pasti pada kaget sih kalau tau lo sama Arga ternyata tunangan apalagi nanti pas nikah,”
“Mereka bakal mikir yang jelek tentang aku kali ya? Misalnya, aku hamil di luar nikah, aku sengaja pindah ke kampus itu supaya aku bisa dekat sama Arga, aku posesifin Arga, padahal—“
“Yang penting lo udah jujur soal pernikahan lo sama Arga nanti, biarin aja kalau mereka punya pikiran jelek tentang lo, nanti juga kemakan sama pikirannya sendiri. Yang penting lo nggak kayak apa yang mereka pikirin,”
“Nanti bakal pada mundur yang naksir sama Arga, sama lo, Shel. Makanya harus diumumin lah, lo mesti undang kita-kita,”
Shelina menganggukkan kepalanya. Kalau memang jadi menikah, persoalan untuk mengundang teman-teman akan Ia lakukan. Karena benar kata Lifa dan Tita, itu untuk mengusir fitnah.
“Arga di kampus selama ini gimana ya, Ta, Lif? Kalian ‘kan pasti tau kalau dikit-dikit soal Arga, soalnya kalian satu kampus, ya walaupun beda kelas sih, tapi ‘kan kelasnya juga cuma jarak berapa meter aja tuh. Paling nggak, kalian sering dengar selentingan-selentingan kabar dari mulut ke mulut tentang Arga ‘kan?”
“Dia itu ganteng, banyak yang naksir, terus—“
“Heh Lifa! Yang ditanya tuh berita-berita soal Arga, bukan ganteng atau siapa yang naksir. Ih dia mah matanya ijo mulu kalau liat yang ganteng,”
“Hahahaha, anjir. Duh, takut keselek gue,”
“Udah-udah, makan dulu deh sampai habis nanti lanjut ngobrol lagi,”
Shelina tidak mau dua temannya malah tersedak karena mereka terlalu asyik mengobrol. Jadi Ia minta pada mereka untuk lanjut makan dulu, dan obrolan mereka bisa dilanjut nanti lagi.
Lifa dan Tita mengikuti sarannya Shelina untuk menghabiskan pempek dulu. Setelah habis, dan meneguk es teh yang tak kalah nikmat dari pempek, barulah mereka lanjut mengobrol.
“Jadi gini, kita sih nggak pernah dengar berita yang aneh-aneh dari si Arga, iya ‘kan, Ta?”
Tita mengangguk membenarkan. Selama Ia kuliah di kampus itu, hampir tidak pernah terdengar berita buruk tentang Argantara. Malah yang lebih sering didengar adalah berita bahwa ada saja perempuan yang menyukai Argantara dalam diam tapi ada juga yang terang-terangan.
“Paling yang sering kita dengar nih, Shel, si anu naksir tuh sama Arga, si itu juga naksir sama Arga, pokoknya tentang yang naksir-naksir deh. Karena dia ‘kan emang ganteng ya, cool gitu, unreal banget deh pokoknya. Kek rizky nazars ama aliando tau nggak lo?”
Lifa heboh bercerita, Shelina dan Tita tertawa mendengarnya. Shelina tidak menyangka kalau ternyata ada banyak yang mengidolakan Argantara.
“Gue aja naksir sama dia, tapi tenang, Shel. Gue naksir kegantengannya aja, nggak ngarep jadi siapa-siapanya dia, lagian nggak bakalan juga, gue tau diri. Soalnya dia tuh ganteng banget, njir. Beneran kayak Aliando sama Rizky nazar tau nggak sih? Ih pokoknya unreal lah gantengnya,”
“Yang ngefans sama tunangan lo emang banyak kok, Shel. Seriusan dah, gue nggak bohong,” sambung Tita sambil mengangkat dua jarinya yaitu jari tengah dan telunjuk untuk membuktikan bahwa dia memang benar-benar jujur berkata seperti itu berdasarkan apa yang Ia ketahui.
“Termasuk gue fans nya. Gue ngefans banget sama Arga, cuma fans tapi ya, jangan salah paham,”
“Ya ampun, Lifa. Iya, aku tau kok. Kamu kenapa khawatir banget aku salah paham?”
Shelina mengusap lengan Lifa yang sudah dua kali menegaskan kalau dirinya hanya sekedar menyukai ketampanan Argantara, sekedar jadi fans, tidak lebih.
“Ya gue takut aja lo salah paham gitu ‘kan. Gue nggak mau pertemanan kita jadi renggang gara-gara itu hahahah. Eh tapi lo bukan tipe yang kayak gitu deh kayaknya,”
“Iya, aku paling males berantem soal cowok makanya selama ini nggak pernah pacaran. Karena mikirnya bakalan ribet punya pacar, terus takut malah ada konflik sama teman karena inilah itulah, jadi mendingan single deh,”
“Eh serius lo selama ini single?”
Shelina menganggukkan kepalanya. Ia tidak berbohong. Memang selama ini Ia belum pernah memiliki kekasih.
“Ya ampun, padahal cantik,”
“Ah kamu jangan gitu. Nanti aku terbang lho dipuji sama kamu, Lif,”
“Masa iya sih lo nggak pernah pacaran? Padahal lo hampir sempurna. Udah cantik, baik, sopan, nggak neko-neko anaknya, kok nggak pacaran?”
“Ya karena nggak neko-neko itu kali ya makanya aku nggak mau pacaran,”
“Oh iya bener, lo pengen hidup lo lurus-lurus aja ya? Kalau pacaran ‘kan bisa belok ke jalan yang nggak benar, nah itu bahaya,”
.