Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20 - CINLOK?
Bian, dari hari ke hari, semakin merasa penasaran dengan Raisa. Dia merasa ada sesuatu yang menarik tentang Raisa yang membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang dirinya. Tanpa disadarinya, harapannya untuk melihat Raisa di rumah semakin sering muncul.
Namun, saat mereka akhirnya bertemu, Bian terasa berbeda. Dia bersikap dingin dan kasar terhadap Raisa, meskipun sebenarnya dia tidak bermaksud begitu.
Kekhawatiran dan perasaan campur aduk yang ada dalam diri Bian membuatnya sulit untuk menunjukkan perhatian dan kebaikan pada Raisa.
Pada satu hari...
Bian, duduk di kursi di balkon kamarnya, dengan senang hati melihat Raisa sedang membersihkan air di kolam renang.
Dia terhibur melihat Raisa mengejar-ngejar seekor kodok yang berada di air, berusaha menangkapnya dengan jaring namun tak kunjung berhasil juga. Raisa terlihat lucu saat berusaha dengan gigih untuk menangkap kodok tersebut hingga tak henti membuat Bian tersenyum.
Namun, tiba-tiba kejadian yang tidak terduga terjadi. Raisa terpeleset dan terjatuh ke dalam kolam renang yang dalam.
Brussh!
Bian langsung khawatir dan refleks berdiri dari kursinya. Tanpa berpikir panjang, dia segera berlari ke bawah untuk menyelamatkan Raisa dengan langkah lebar melewati tangga. "Gadis konyol! Harusnya dia berhati-hati!."
Saat Bian sampai di tepi kolam renang, dia melihat Raisa berusaha naik ke permukaan air dengan susah payah. Tanpa ragu, Bian segera melompat ke dalam kolam renang untuk membantu Raisa. Dia meraih tangan Raisa dan menariknya keluar dari air.
"Tuan?."
"Dasar bodoh, tidak bisa berenang kenapa berenang," ucap Bian sambil merangkul Raisa.
Raisa, basah kuyup dan terkejut dengan kejadian tersebut, lalu berterima kasih kepada Bian atas penyelamatannya. Meskipun dia merasa malu karena kejadian ini, dia juga merasa lega bahwa Bian datang untuk menyelamatkannya.
"Terima kasih Tuan... Jika Anda tidak segera datang mungkin aku sudah mati tenggelam dengan kodok itu," ucap Raisa dengan suara yang bergetar karena kedinginan.
Bian, sambil menahan tawa, menenangkan Raisa dan memastikan bahwa dia baik-baik saja. Mereka berdua keluar dari kolam renang dan menuju area yang lebih kering.
Beberapa art laki-laki yang melihat kejadian tersebut segera menghampiri Bian dan Raisa, terkejut dengan apa yang mereka lihat. Mereka khawatir dan ingin membantu Bian dan Raisa yang basah kuyup.
"Tuan, Anda baik-baik saja?."
"Hm, aku tidak apa-apa."
Bian melihat para art hendak membantu Raisa karena sesama pekerja, namun Bian dengan cepat bereaksi. Dia segera menghalangi tubuh Raisa yang nampak transparan karena bajunya yang basah, dan ingin melindungi privasi Raisa.
Dengan tegas, dia menyuruh para art untuk segera mengambilkan handuk dan tidak membiarkan mereka melihat tubuh Raisa.
"Kenapa hanya diam saja, cepat ambilkan!."
Para art, memahami situasi tersebut, segera menuruti permintaan Bian. Mereka bergegas mencari handuk dan menghindari melihat atau memperhatikan Raisa yang sedang dalam keadaan basah.
Dalam beberapa saat, para art kembali dengan handuk untuk Raisa. Bian mengambil handuk tersebut dan memberikannya kepada Raisa, memastikan bahwa dia menutupi tubuhnya lalu menyuruhnya untuk segera berganti baju.
Setelah Raisa kembali siap setelah mengeringkan dirinya, dia bertemu dengan Bela yang memberitahunya bahwa ayah Raisa sedang sakit dan meminta Raisa untuk segera pergi menjenguknya.
Raisa merasa khawatir mendengar kabar tersebut, dan dia segera menyutujui saran Bela untuk pergi menemui ayahnya yang sedang sakit.
Flashback...
Beberapa saat sebelumnya, Bela menerima telepon dari seseorang yang memprivate nomor ponselnya yang lalu mendengar bahwa ayah Raisa sedang sakit. Tanpa Bela curiga jika orang yang berbicara dengannya itu adalah suaminya karena suara yang di samarkan.
Waktu sekarang...
"Nona, saya pamit dulu... Terima kasih karena selama ini Anda sudah baik padaku."
"Jangan sungkan, dan jangan lupa... Kalau ayahmu sudah sembuh, kamu harus segera kembali ke rumah ini, ok?."
Raisa pun tersenyum dan mengangguk juga terus mengucapkan terima kasih. Lalu Bela memberi Raisa sebuah amplop yang ia titipkan untuk ayah Raisa.
Awalnya Raisa menolak pemberian Bela tapi Bela merasa tersinggung dan tidak menerima penolakan sehingga Raisa pun terpaksa menerimanya.
Setelah berpamitan dengan Bela, Raisa juga berpamitan pada kakek Romi yang juga sudah baik padanya selama ini. "Berhati-hatilah, dan cepat kembali... Apa perlu supir mengantarmu?."
"Tidak usah Kakek... Aku pergi sendiri saja," jawab Raisa spontan karena ia tidak mau merepotkan keluarga Romi.
Raisa pun meninggalkan kediaman Aryana dengan hati yang penuh dengan kekhawatiran dan harapan. Dia tahu bahwa saat ini dia harus fokus pada kesehatan ayahnya, keluarga satu-satunya.
"Ayah... Ica pulang...," batin Raisa saat melangkah pergi meninggalkan rumah Aryana.
Tidid!! Tidid!!
Raisa, yang sedang menunggu taksi di pinggir jalan, tiba-tiba terkejut oleh suara klakson yang nyaring. Ketika dia menoleh, dia melihat Bian yang sudah berada di mobilnya dan menepi menghampiri Raisa.
"Kamu mau kemana?," tanya Bian saat membuka kaca mobilnya.
"Aku izin pulang kampung Tuan, ayah sakit."
"Kalau begitu naiklah, aku akan mengantarmu, maksudku... Aku ada pekerjaan di tempat dengan arah yang sama."
Awalnya, Raisa enggan menerima tawaran tersebut. Dia tidak ingin merepotkan Bian atau menjadi beban baginya. Namun, seperti yang dia sadari, keluarga Aryana memiliki kecenderungan untuk tidak menerima penolakan.
Juga Bian tetap bersikeras dan meyakinkan Raisa bahwa dia harus ikut dengannya berdalih agar Raisa cepat sampai rumahnya karena ayahnya yang sakit sudah menunggu.
"Naiklah...!."
Setelah berpikir sejenak, Raisa akhirnya menyetujui tawaran Bian. Lalu ia naik ke dalam mobil Bian dan mereka berdua melanjutkan perjalanan. Suasana dalam mobil agak canggung dan hening menimbang kini mereka duduk berdampingan.
Raisa yang merasa tidak nyaman karena numpang di mobil majikannya, dan Bian yang merasa canggung saat mengingat jika ia pernah tidak sengaja melihat Raisa hampir bertelanjang.
"Ekhem! Kamu tidak bawa oleh-oleh untuk ayahmu?."
Seketika Raisa terperanjat saat Bian tiba-tiba bicara padanya. "Emm... Eh... Aku tidak sempat membelinya."
Hanya itu yang mereka bicarakan dalam hitungan menit perjalanan mereka. Lalu pada saat melewati sebuah toko kue, Bian menepikan mobilnya dan menyuruh Raisa turun dari mobil.
"Terima kasih Tuan... permisi."
Raisa mengira jika Bian mengantarnya hanya sampai sana oleh karena itu Raisa berterima kasih dan membawa ransel yang berisi beberapa bajunya lalu turun dari mobil.
"Hei, tunggu! Kenapa kamu membawa tasmu? Apa kamu akan membeli kue dengan menenteng tasmu seperti itu?."
"Kue?," tanya Raisa heran.
Kemudian Bian pun turun dari mobil lalu menyimpan tas Raisa ke dalam mobil kembali. "Iya kue, oleh-oleh untuk ayahmu."
Raisa masih merasa bingung karena memang dia tidak kepikiran membeli kue untuk ayahnya. Lalu Bian memetikan jarinya sehingga menyadarkan Raisa yang masih berdiri mematung.
"Ayo!."
Raisa pun mengikuti langkah Bian yang lebar dan berusaha menyeimbangi langkahnya. "Kakinya panjang sekali makanya jalannya cepat."
Bersambung...
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍