Satria Barra Kukuh atau lebih dikenal dengan Barra adalah seorang mantan mafia kejam pada masanya. Sejak kecil dia hidup dengan bergelimang harta namun haus akan kasih sayang orangtuanya sehingga membuat Barra mencari jati diri di dunia baru yang sangat bebas. Barra adalah pria yang tidak tersentuh wanita dan tidak pernah merasakan jatuh cinta sejak muda. Namun ketika usia nya telah matang dan dewasa dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang tengil dan bar bar.
Alina, gadis kecil berusia dua belas tahun lebih muda dari Barra yang mampu membuatnya jatuh cinta layaknya seorang abege yang baru saja masuk masa puber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beneran suka atau cuma pura-pura?
Alina menepuk pipinya sendiri untuk mengembalikan kesadaran nya. Gadis itu menatap Barra dengan perasaan yang campur aduk.
"Om tolong jangan bercanda, ini sama sekali ngga lucu," ucap Alina
"Saya ngga bercanda. Buat apa becandain kamu? hemmm,"
"Saya ngga percaya,"
"Terus biar percaya apa harus dicium lagi?" goda Barra
"Ish memang dasar ya om Barra mesum."
"Hemmm tadi aja panggil Mas Barra. Sekarang Om lagi.. Gaje ah,"
"Apa?? bisa bisanya yah om ngatain saya Gaje...?"
"Lah emang iya.. nyatanya gitu."
"Om.. Alina boleh tanya sesuatu?" tanya gadis itu mulai jinak jinak merpati mode on
"Bukannya dari tadi udah nanya nanya terus?"ucap Barra santai
"Hemm rupanya selain mesum om ini juga nyebelin yah?" ucap Alina gemas sendiri
"Dah, jadi nanya ngga nih? mumpung masih ada sesi tanya jawab," ucap Barra sambil terkekeh
"Om Barra itu kerja nya apa sih?" tanya Alina memberanikan diri
"Kenapa emang?"
"Ya mau tau aja. Tadi Om Agung bilang om pengangguran, apa betul?"
"Nggak. Saya juga punya pekerjaan kok," ucap Barra santai
"Apa pekerjaan nya?" tanya Alina penasaran
"Mencintai kamu," jawab Barra dengan nada datar saja
"Astagaaaa!! Om ini dasar yah? Saya nanya serius loh om?" ucap Alina mulai habis kesabarannya
"Loh memang benar kok." ucap Barra tak merasa bersalah
"Nggak. Itu bukan pekerjaan."
" Terus apa pekerjaan saya kalo gitu?"
"Yee malah tanya saya... Mana saya tau?" ucap Alina kesal. Gadis itu mengerucutkan bibirnya
"Jangan monyong monyong gitu bibirnya. Sengaja ya mau goda saya?"
"Ckk.. Kebiasaan ini orang sukanya nyerempet nyerempet ke arah situ," ucap Alina berdecak malas
"Kamu maunya gimana Alina cantik?" tanya Barra bangkit berdiri dan pria itu mengambil handuk
"Kok bawa handuk, Om Barra mau mandi?" tanya Alina tak habis pikir
"Engga... Mau bercocok tanam. Udah tau nanya?!?" ucap Barra sambil mengacak gemas rambut Alina membuat gadis itu melongo di buatnya
"Ya elah lagi ngomong malahan gue ditinggal mandi, parahhh parahhh," ucap Alina kemudian gadis itu berdiri dan melihat lihat interior mewah rumah Barra
Berkali kali Alina berdecak kagum ketika melihat keindahan dari seni yang baru ia lihat di dalam rumah Barra itu.
"Sebenarnya apasih kerjaan om Barra itu, secara rumahnya mewah gini mana tinggal sendirian pula." gumam Alina bermonolog sendiri
Langkah Alina terhenti ketika gadis itu sampai di bagian belakang rumah Barra dan melihat kolam renang yang cukup luas dengan taman taman kecil di pinggiran kolam itu.
Alina berjalan ke kolam dan duduk di tepian kolam sambil mencelupkan kakinya disana. Gadis itu tampak asyik dengan aktivitas nya hingga ia tak menyadari seseorang yang telah berdiri di belakang nya
"Kalo mau nyemplung ya nyemplung aja.. Ga usah malu malu," sebuah suara Bariton mengagetkan Alina.
Gadis itu segera menoleh dan mendapati Barra yang hanya mengenakan celana pendek hitam di atas lutut dan memamerkan perut roti sobeknya.
Alina merasa kesulitan menelan ludahnya melihat pemandangan yang sangat indah itu. ingin rasanya gadis itu berlari menghambur ke dalam pelukan pria berkulit bersih dengan tato gambar naga tersebut.
"Kenapa lihatin saya kaya gitu?" tanya Barra membuat Alina segera membuang pandangannya ke samping
"Jorok banget sih Om.. Ngga pake baju." ucap Alina asal bicara demi mengusir rasa malunya
"Kalo saya telanjang dada itu wajar. Tapi kalo kamu yang kaya gitu itu baru ngga wajar...Alina cantik." ucap Barra terkekeh
Barra mendudukan dirinya di tepi kolam bersisihan dengan Alina.
"Om Barra mau renang?" tanya Alina
"Emangnya kamu mau nemenin saya renang?" ucap Barra kembali bertanya
"Alina ngga bawa baju ganti," ucap gadis itu sambil meluruhkan bahunya
"Ya udah renangnya ngga usah pake baju jadi pulangnya bisa pake baju itu lagi he he he," ucap Barra asal dan ia tergelak sendiri dengan ucapannya
"Ishhh... Dasar om mesum. Kumat kan mesumnya."cicit Alina lagi. Sontak gadis itu kembali mengerucutkan bibirnya
"Eh Alina tadi kamu masuk kesini Papi mami kamu udah tau belum?" tanya Barra khawatir
"Papi mami lagi pergi sama om Agung katanya balik nanti sore. Kenapa emang om?" ucap Alea sambil menggerak gerakan kakinya ke kolam
"Terus pintu rumah kamu udah di kunci?"
"Engga di kunci. Ada mbak Iroh di dalem lagi beres beres rumah. Tadi saya cuma bilang nya mau keluar bentar he he he,"ucap Alina nyengir kuda menampilkan deretan gigi nya yang putih
Byurrrrr
Tiba tiba Barra menceburkan dirinya di kolam dan berenang menjauhi Alina. Tak lama kemudian pria itu kembali lagi ke posisi semula
"Ayok sini nyebur... Gratis kok Om Barra ga minta tiket," canda Barra
"Baju nya basah nanti pulangnya gimana?" tanya Alina sedikit bingung walau rasanya ingin sekali gadis itu menceburkan dirinya ke dalam kolam berlantai biru muda itu.
"Pulang gampang. Nanti pake jaket atau pake kaos saya dulu juga gapapa deket ini rumahnya. Atau mau saya gendong ala bridal sampe ke depan pintu kamar kamu? Hemmm?"
"Apaan sih om garing banget deh candanya,"cibir Alina dan gadis itu pun meletakkan ponsel dan dompet nya di atas meja
Alina memberanikan diri untuk mendekati Barra karena ia benar benar penasaran dengan tetangganya itu. Yang Alina tau Barra adalah pria dingin misterius yang tak banyak bicara. Bahkan pria itu sangat jarang sekali berada di luar rumahnya. Entah apa yang pria itu kerjakan.
"Om Barra ngga takut tinggal sendirian di rumah sebesar ini?" tanya Alina ketika keduanya berhenti berenang sesaat di tengah kolam
"Memangnya kamu mau temani saya disini?"
"Kebiasaan kalo ditanyain pasti balik nanya."
Barra terkekeh kecil dan mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Apa yang pingin kamu ketahui dari saya Alina?" tanya Barra dengan sorot mata tajam nya menatap wajah cantik Alina
"Banyak. Banyak sekali yang ingin saya tau tentang Om."
"Contohnya?"
"Saya butuh penjelasan kenapa Om cium saya. Dan om belum menjelaskan apapun sedari tadi saya nanya."
"Baiklah." ucap Barra kemudian pria itu mengambil nafas dalam dan menghembuskan nya perlahan
"Alina, sekarang saya tanya. Kenapa kamu diem aja waktu saya cium? Kenapa kamu malah balas ciuman saya? Padahal saat itu kamu bisa saja menolak, atau dorong saya atau kamu juga bisa tampar saya kalo kamu mau. Tapi kenapa kamu malah membiarkan saya cium kamu? Hemm?
Sekarang katakan sama saya. Gimana perasaan kamu ke saya?"
Alina mendelik menatap tak percaya pada apa yang Barra katakan. Bagaimana mungkin pertanyaan itu malah di kembalikan lagi pada nya? Ah, dasar Om Om mesum pinter memutar balikan fakta.
"Kenapa jadi saya yang ditanyain Om?" ujar Alina membeo
"Ya karena saya yakin kamu pun ngga punya alesan. Sama kaya saya." Jawab Barra dan pria itu kembali bergerak lincah di atas permukaan air
'ini gimana sih konsepnya? kenapa jadi gantung gini sih ceritanya? emangnya ga bisa ya om Barra tinggal ngaku aja kalo dia suka sama saya. Kan kelar urusannya. Ah elahhh susah emang kalo sama om om,' rutuk Alina dalam hati
Alina berenang perlahan menuju ke pinggiran kolam menghampiri Barra yang lebih dulu sampai. Hingga tanpa sadar Barra menarik tubuh Alina dan menariknya hingga tubuh mereka saling menempel.
Barra menyelipkan anak rambut Alina yang menjuntai ke belakang telinga gadis itu. Perlahan tangan Barra mengusap lembut pipi Alina yang basah dan menatapnya lekat.
Pandangan matanya perlahan beralih pada bibir ranum gadis itu yang berwarna pink dan tampak menggoda.
"Apa kamu nyaman bersama saya?" tanya Barra sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Alina.
Pipi Alina terasa panas , darahnya berdesir hangat menjalar ke seluruh tubuh dan jantungnya serasa hampir melompat dari tempatnya. Alina membuka sedikit bibirnya hendak menjawab namun dengan cepat Barra meraup bibir mungil itu dan melumatnya dengan lembut.
Cukup lama mereka saling berpagutan didalam kolam hingga dengan sadar Alina sengaja melingkarkan tangannya ke leher Barra membuat Barra semakin rakus mencumbunya.
Perlahan ciuman itu semakin menuntut dan lidah mereka saling membelit hingga terdengar suara decapan dari keduanya.
Alina semakin menyukai kala Barra memainkan lidahnya di dalam sana mengabsen setiap inci rongga mulut gadis berparas cantik itu.
Tangan Barra meraih tengkuk Alina hingga lama kelamaan ciuman itu semakin dalam dan semakin menuntut.
Alina melepaskan dirinya dari wajah Barra seperti orang yang hampir kehabisan nafas. Nafas keduanya saling memburu dan mata mereka saling menatap penuh damba.
"Maaf.. Maafkan saya..." ucap Barra sambil mengusap lembut bibir Alina yang tampak bengkak oleh ulahnya
"Bibir saya kebas Om..." ujar gadis itu terkikik geli
Barra menarik tubuh Alina keluar dari kolam dan memberikannya sebuah handuk. Gadis itu menerimanya dan tersenyum manis, manis sekali membuat Barra tak berkedip.
"Jadi apa kita sekarang pacaran?" tanya Alina to the point
"Nggak." jawab Barra singkat
"Loh??" ucap Alina tak terima
"Kamu kan belum nembak saya?" ucap Barra santai dan pria itu menggandeng tangan Alea memasuki rumahnya untuk sekedar membuatkannya teh hangat
"Loh kok saya yang nembak sih Om? Kan harusnya cowo yang nembak cewek."protes Alina dengan suara cempreng nya
"Saya yakin kalo saya yang nembak pasti kamu terima." jawab Barra enteng membuat Alina memelototkan matanya tak percaya.
"Om ini sebenarnya beneran suka sama saya atau cuma pura-pura?"
*****
itumah nglunjak pk olh" mita mobil