Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. dua orang menyebalkan
Para teman-teman Barra ikut terkejut melihat hal tersebut. Barra tentu saja marah. Ia langsung pergi dari kantin begitu saja tanpa memedulikan siapa pun. Sialan gadis itu sudah berani berurusan dengannya!
Setelah mengganti bajunya, Barra kini berada di rooftop. Ia menatap lurus area rooftop. Perasaan emosi menyulut dalam dirinya. Ini pertama kalinya ada seseorang yang berani dengan dirinya. Anak sekolah pula.
Karena sejauh ini yang berani sama Barra cuma anak luar, termasuk anak geng motor yang mencari masalah dengannya. Dan di sekolah ini tidak ada satupun siswa maupun siswi yang berani dengan dirinya. Bahkan itu anak OSIS. Lalu bagaimana dengan guru-guru disini? Mereka semua tau itu Barra adalah anak dari pemilik sekolah.
Mereka menasehati Barra namun juga sia-sia. Mereka telah lelah, daripada mereka emosi terus mending membiarkan Barra melakukan apa saja asalkan tidak menganggu anak lain lebih kejam saja.
"Calista..." Gumamnya. Kalau tidak salah dengar dari bisik-bisik mereka tadi. Gadis itu bernama Calista. Kening Barra mengerut memikirkan gadis yang mencari masalah dengannya itu. Harus di balas pakai cara apa juga si Calista itu?
Barra mengepulkan asap vape nya agar emosinya lebih redam lagi lalu perasaannya kembali tenang.
"Siapa si Calista?" Tanya Barra mendekat dengan keempat temannya. Lalu ikut duduk di kursi sana. di tengah-tengah itu sudah ada beberapa makanan yang di pesan oleh salah satu temannya, Nelson.
"Bukannya gue udah jelasin tadi waktu dilapangan? Dia siswi berprestasi disini!" Sahut Gilang seraya memasukkan batagor ke mulutnya.
"Lebih detail lagi!" Pinta Barra. Ia ingin tau lebih detail lagi tentang gadis itu.
"Dia cewek yang galak sih, meskipun mukanya seimut itu."
Barra tersenyum nyengir sembari mengepulkan asap vape nya itu.
"Anaknya ramah, tapi kalau Lo cari masalah sama dia dikit aja, ya... Kayak gitu. Lo bisa lihat sisi harimaunya dia sendiri."
"Lo yakin mau ngasih pelajaran sama tuh cewek?" Tanya Daren yang kini selesai memakan roti panggang nya.
Barra terasa sangat yakin karena perasaan jengkel kini memenuhi hatinya. Ingin sekali dia memberikan pelajaran pada gadis itu.
"Dia cewek yang semalem. Dia udah ganggu gue dari semalam sampai sekarang. Gue harus kasih dia pelajaran! Gue akan kerjain dia balik." Kata Barra penuh penekanan dan kebencian.
Sedangkan Daren yang hanya tau cerita yang sebenarnya hanya geleng-geleng saja. Bukannya Calista yang mencari masalah namun Barra lah yang mencari masalah. Cowok itu yang berkendara tanpa ugal-ugalan, ia melewati genangan air tanpa memedulikan pihak lawannya. Lalu Calista yang kena.
Teng teng teng....
Jam pelajaran terakhir membuat Calista lega. Satu pelajaran lagi setelah itu selesai. Seorang guru pun keluar. Kini murid-murid menunggu guru selanjutnya untuk datang.
Sembari menunggu itu, teman-teman Calista pun mendekat. Calista menatap mereka satu persatu. "Kenapa? Kalian mau menyontek gue? Nggak ada ya!" Kata Calista jutek.
"Cal, kita takut. Gimana kalau nanti kita di habisin sama si Barra. Lo juga gimana nanti kalau di apa-apain sama si Barra?"
"Iya, Lo berani banget sih!"
"Apapun yang terjadi, kita harus dapat hukuman dari si Barra itu sama-sama." Sahut Linda. Karena mereka makan bersama jadi kalau kalau mendapat hukuman ya sama-sama.
"Bener! Pokoknya kalau satu di hukum kita semua juga ikut!" Ucap salah satu temannya yang tadi ikut satu meja dengan Calista.
Calista menghela nafasnya berat, sungguh ya apa yang di pikirkan oleh teman-temannya ini berlebihan. Cuma makan doang di meja yang berbeda aja sampai segitunya takut.
"Udah, kalian tenang aja. Nggak bakalan di hukum kalau pun di hukum jangan mau. Kalau di habisin ya habisin balik!" Kata Calista Dengan entengnya. Sedangkan teman-temannya Ini juga tak tau apa yang di pikirkan oleh Calista. Mungkin Calista belum tau sepenuhnya jika Barra benar-benar adalah orang yang kejam.
Dulu pernah ada seseorang yang berurusan dengan Barra, antara mereka babak belur dan di keluarkan dari sekolah ini. Itulah resiko yang mereka terima jika mereka berurusan dengan Barra.
****
Jam pulang sekolah telah di bunyikan. Teman-teman Calista tadi sudah pulang duluan agar tidak bertemu dengan Barra.
Namun Calista sendiri tidak peduli akan hal itu, ketemu ya sudah tidak bertemu tambah bagus. Karena Calista Rajin belajar, dia harus ke perpustakaan dulu untuk meminjam beberapa buku. Lalu setelahnya ia baru pulang.
Dia tidak sendirian melainkan bersama dengan Deolinda. Karena mobil Calista di bengkel, dirinya naik bus untuk menuju ke rumahnya. Kebetulan Deolinda juga ingin menemani Calista naik bus. Sekali-kali aja hemat bensin hahaha.
Saat mereka sudah turun di lantai satu, mereka tak sengaja bertemu dengan Barra dan teman-temannya. Calista memasang wajah juteknya namun masih terlihat imut.
Lalu tak lama dari itu Seorang cewek berpakaian seragam agak ketat itu berlari menghampiri Barra. "Barra! Kita pulang bareng ya!" Kata cewek itu sembari memeluk lengan Barra.
"Pergi! Gue nggak mau!" Kata Barra melepaskan tangannya dari Elvina. Cewek yang bergelayut manja di tangan Barra saat ini.
Lalu Calista sendiri terus melangkah hingga jaraknya sedikit dekat dengan Barra. "Cal, ada si Barra." Ucap Deolinda ketakutan. Namun Calista hanya diam dengan wajah datarnya. Lalu kemudian ia membelokkan langkahnya untuk pergi ke jalan lain menghindari Barra.
"Tunggu!" Teriak Barra pada Calista. Namun Calista seolah tak dengar. Ya, siapa yang di suruh tunggu? Dia? Punya nama kali!
Barra kesal dengan Calista karena Calista tidak berhenti. Ia pun berlari untuk mengejar Calista yang hendak keluar pagar itu.
"Heh! Lo sengaja mau menghindari gue?" Ucap Barra menghadang Calista dan Deolinda. Kini Deolinda sudah ketakutan.
Sedangkan Calista hanya memperlihatkan ekspresinya yang datar. "Oh, jadi Lo manggil gue? Gue punya nama! Kenapa lagi? Mau nyari masalah lagi?" Ucap Calista menunjukkan ekpserinya yang galak.
Hingga Barra terdiam sejenak melihat ekspresi itu. "Ah, shit! So cute!" Barra tersenyum dalam hati!
"Hah! Cari masalah? Elo yang cari masalah!" Ucap Barra lalu kemudian ia mengambil baju di tasnya lalu menyodorkan baju itu pada Calista. "Lo harus tanggung jawab! Cuciin baju gue sama motor gue!" Ucap Barra.
Disana sudah ada Elvina yang tersenyum puas melihat hal itu. Ia merasa menang melihat Calista yang di rendahkan seperti itu. Mendekati Barra seolah dirinya yang paling tinggi dan tidak ada yang berani dengan dirinya.
"Iya. Aku akan cuciin." Bukan Calista melainkan Deolinda karena ingin menyudahi hal itu.
Calista merebutnya lalu kemudian ia berjalan ke arah tong sampah kalau kemudian membuang baju itu begitu saja. Membuat Barra, dan orang-orang di sekitar menganga tak percaya, termasuk Elvina.
Elvina pun berlari mendekati Barra. "Udah Bar, kita beli aja baju yang baru. Tuh cewek emang resek! Pantes nya di hukum. Berani ya Lo sama Barra!" Kata Elvina yang bergelayut di lengan Barra.
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama bajjingan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.