Leana seorang aktris yang baru saja terjun ke dunia hiburan tiba-tiba didorong ke dalam laut. Bukannya mati, Leana justru masuk ke dalam sebuah novel yang di mana ia menjadi tokoh pendukung yang lemah. Tokoh itu juga memiliki nama yang sama dengannya
Leana menjadi salah satu simpanan tokoh utama yang telah beristri. Namun tokoh utama pria hanya menganggap ia sebagai alat pemuas hasrat saja. Dan terlebih lagi, di akhir cerita ia akan mati dengan mengenaskan.
Merasa hidup sudah di ujung tanduk, Leana berusaha mengubah nasib tokohnya agar tidak menjadi wanita simpanan yang bodoh dan tidak mati mengenaskan. Di sisi lain Leana juga harus mencari cara agar keluar dari dunia novel ini.
Akankah Leana mampu melepaskan diri dari tuannya yang terkenal kejam itu? Dan bagaimana caranya agar Leana mampu kembali ke dunia asalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gejolak Hasrat Yang Tidak Bisa Ditahan
Pernikahan semakin depan, pekerjaan Dalton dan urusan pernikahan ini membuatnya semakin sibuk. Untuk urusan makan Dalton tidak sempat dan selalu fokus dalam pekerjaannya. Meeting bersama client juga menjadi alasan sibuknya. Bahkan waktu untuk berleha-leha tidak ia punyai.
Sore ini ia sudah mempunyai jadwal akan melihat gedung pernikahan. Gedung yang akan menjadi tempat sakral dirinya. Gedung yang akan menjadi saksi Anastasia menjadi miliknya. Namun mengapa ada setengah hatinya yang merasa biasa saja? Mengapa setengah hatinya merasa ini bukan kepuasannya?
Dalam pikirannya, selalu ada pertanyaan mengapa bagi dirinya. Akhir-akhir ini selalu ada keraguan perihal keputusannya menikah, seolah ada sesuatu yang mencegahnya melakukan ini.
Merasa sedikit lelah, Dalton memutuskan untuk membuka handphonenya. Ia melihat foto-foto cantik Anastasia. Senyuman Anastasia, senyuman indah yang selalu diberikan ke orang lain termasuk dirinya. Perhatian Anastasia, perhatian yang selalu diberikan kepada semua orang termasuk ke dirinya sendiri.
"Sebenarnya apa yang aku mau?" tanya Dalton kepada dirinya sendiri.
Semua hal Dalton miliki mulai dari kekayaan, jabatan sebagai seorang CEO, rumah mewah, bahkan popularitas yang bagus, semuanya Dalton miliki. Dalton juga memiliki cinta-cinta kecil dari wanitanya. Beberapa wanita yang telah menjadi teman tidurnya. Tetapi semua itu belum terasa berharga.
Kemudian ingatan tentang Leana terlintas. Tentang sikap kurang ajar Leana, mata Leana yang memandanginya dengan berbeda, senyum yang tidak pernah didapatkan dari gadis itu, bentakan kecil. Lalu ingatan panas ketika Dalton menyesap bibir itu juga muncul. Bagaimana Leana melenguh di bawahnya dan bagaimana indahnya tubuh itu serta kenikmatan itu.
Semua hal itu tidak bisa ia gapai. Semua itu menjadi penghalang. Semuanya, gadis itu membatasi dirinya kepada Dalton seolah gadis itu tahu apa yang ada dalam benak Dalton. Dan seolah gadis itu tau Dalton mendambakan tubuh itu untuk dinikmati.
Sesuatu berdenyut di bawahnya seolah meminta dikeluarkan. Ingatan tentang Leana yang melenguh, tubuh gadis itu dan semuanya tentang gadis itu membangkitkan hasratnya. Tidak tahan, Dalton mengeluarkan miliknya. Dengan tangannya ia lihai melakukannya.
Semakin cepat gerakan tangan Dalton membayangkan nikmatnya menikmati tubuh gadis itu. Namun ketika Dalton mulai terhanyut, Adaline masuk tanpa mengetuk pintu. Betapa terkejutnya wanita itu ketika Dalton duduk dengan miliknya yang sudah berdiri dan tangannya yang memegang miliknya sendiri. Adaline tau apa yang saat ini tengah Dalton lakukan.
Dalton sudah kehilangan kewarasan, nafsunya sudah tidak bisa ia tahan.
"Maukah kau membantuku mengeluarkannya?" tawar Dalton.
Adaline tersenyum, obsesinya mengenai Dalton kini membuatnya merasa puas. Dengan cepat wanita itu duduk di depan Dalton dan mengenyampingkan rambutnya. Mulutnya terngaga lebar untuk menikmati milik Dalton.
Ketika milik Dalton di dalam mulut Adaline, Dalton yang pasrah membayangkan Leana di depannya. Bukan Anastasia seperti biasanya melainkan Leana yang ada dalam benaknya. Adaline semakin lihai hingga membuat Dalton lupa akan semuanya.
Nafas Dalton semakin memburu lalu mengeluarkan semuanya di dalam mulut Adaline. Dengan senyum liciknya, Adaline memuntahkan milik Dalton dengan sengaja. Baju wanita di depannya kini terkena sperma hingga beraroma sedikit menyengat.
"Kau puas sayang?" tanya Adaline yang sedikit berantakan.
Dalton mengangguk, pakaiannya sangat berantakan. Pria itu mengambil tisu dan mengelap beberapa bagian tubuhnya. Kemudian ia memperbaiki pakaiannya.
"Terima kasih," ucap Dalton.
"Hanya itu?" tanya Adaline.
Dalton menoleh, ia memasang wajah ingin tahu apa yang Adaline maksud.
"Kau tidak mau mutualisme denganku? Mengeluarkan milikku juga?" tanya Adaline kembali.
Dalton terkekeh. Pria itu mengeluarkan ceknya dan menulis uang yang cukup banyak.
"Ambil ini! Kurasa hanya ini yang bisa aku tawarkan. Sisanya tidak. Dan aku harap kejadian ini tidak akan terjadi kembali karena aku akan segera menikah.
Dalton menatap dirinya di cermin. Ia mulai merasa dirinya berubah. Biasanya ia akan melakukan itu lagi, tetapi kali ini ia ingin semuanya berhenti di sini.
"Aku harus segera menikah agar gadis itu secepat mungkin hilang dalam benakku."
......................
Minggu yang cerah sudah menjadi favorit bagi Leana. Dengan gaun bewarna cerah, Leana sudah bersiap untuk mengikuti nyonya Merry pergi ke kota. Nyonya Merry ditugaskan untuk mengatur pakaian yang akan dikenakan para pelayan saat pernikahan.
Seperti biasa, bersama Abraham mereka pergi ke kota untuk berbelanja. Leana selalu bahagia ketika ia bisa pergi ke kota untuk cuci mata. Biasanya ia selalu terkurung di penjara dan hanya melihat keindahan di dalamnya.
"Leana kau terlihat seperti burung yang terlepas dari sangkar," kata Abraham bergurau.
"Kau benar Abraham, melihatnya pergi keuar seperti burung yang kegirangan." Nyonya Merry tertawa.
Leana tersenyum malu, gadis itu sangat bahagia saat di luar. Matanya bahagia memperhatikan banyak orang, saat di luar ia merasa lebih hidup.
Papan iklan layar menunjukkan aktris cantik. Leana menatap takjub, suatu saat mungkin ia bisa bersinar dan mengisi kembali papan iklan dengan dirinya.
"Andai," gumam Leana.
"Apa yang kau lihat?" tanya nyonya Merry.
Leana tersipu malu dan menundukkan wajahnya. "Aku ingin jadi aktris terkenal," ungkap Leana.
"Apa? Ya Tuhan lihatlah Gadis ini! Kau tahu? Sebentar lagi ada pembukaan casting. Kau bisa ikut, nanti aku akan menemanimu."
"Kapan?" Leana bertanya dengan wajah penuh kegembiraan
"Tiga hari lagi." Nyonya Merry menjawab lalu mengelus pelan pucuk kepala Leana
"Bagaimana kau bisa tahu Nyonya Merry?" Leana bertanya bingung.
Sejenak nyonya Merry tertawa hingga membuat Leana tambah bingung.
"Kau lupa Leana? Aku penggemar berat drama. Aku bahkan hampir hapal seluruh nama aktris di kota ini. Setiap ada pembukaan casting, aku langsung tahu."
"Kau sangat hebat Nyonya Merry," puji Leana.
"Ngomong-ngomong bagaimana dengan kakimu?"
Leana melihat kedua kakinya lalu menberikan jari jempol kepada nyonya Merry. Kaki Leana sudah membaik, tidak terlalu sakit ketika ditapakkan ke tanah. Namun jika dibuat berlari kakinya tidak sanggup dan akan menimbulkan nyeri.
"Dalam fase hampir sembuh."
Belanja yang dilakukan Leana dan nyonya Merry sangat menyenangkan. Hari ini menjadi hari sempurna untuk Leana sampai ketika mendengar bahwa mobil yang dibawa Abraham ternyata mengalami pecah ban.
"Aku juga tidak tahu Merry, saat aku kembali dari toko roti bannya sudah kempes," ungkap Abraham dari seberang telepon.
"Apa ini disengaja oleh seseorang?" tanya nyonya Merry.
"Aku sudah melihat cctv dan tidak ada yang melakukan keburukan. Itu murni kecelakaan di jalan saat aku memarkirkan mobil itu di sana."
"Mengapa itu bisa terjadi? Saat kita pergi semuanya baik-baik saja."
"Masalahnya aku juga bingung mengapa ada paku di sana. Itu kelalaianku dan juga tempat yang tidak bersih itu. Lain kali tempat parkir itu akan kuberi nilai 2 dari 5, aduh buruk sekali," gerutu Abraham.
Nyonya Merry menutup telepon. Wajahnya benar-benar terlihat kecewa.
"Jadi bagaimana kita pulang Nyonya Merry?" Leana bertanya khawatir.
"Kita akan naik taksi saja. Sebelum itu aku akan memberi kabar kepada tuan Dalton dulu."
Nyonya Merry: Tuan, mobil yang dikendarai Abraham kempes. Aku dan Leana terpaksa harus pulang menggunakan taksi.
"Sudah selesai, aku sudah mengabarinya. Ayo kita pulang!" ajak nyonya Merry.
"Yey, Ayo!"
Ketika mereka melangkah kaki menuju taksi, telepon nyonya Merry berdering. Tertera nama Dalton di dalam layar.
"Halo Tuan, ada apa?"
"Tunggu sebentar Bibi Merry, aku akan menjemput kalian."
Telepon dimatikan sepihak oleh Dalton. Nyonya Merry menoleh ke arah Leana.
"Ada apa?" tanya Leana.
"Tuan Dalton yang akan mengantar kita kembali."