Memutar Waktu Masa Lalu

  " Apa kamu bilang!" teriak Nia yang tak terima dikatakan dirinya sombong.

  " Coba kamu lihat baik-baik perbedaan kalian berdua,Adinda lebih bersikap baik sedangkan dirimu banyak bertingkah seakan dirimu paling hebat dan cantik.Apa kamu tidak menyadari,aku melihatmu bagaikan wanita yang angkuh dan lebih menonjol kesombongan.Untuk apa aku memilihmu.Lebih baik aku memilih Adinda daripada dirimu." ucap Nino dengan lantang.

  " Apa kamu bilang,jadi selama ini kamu diam-diam menyukai dia?" tanya Nia dengan ekspresi marah.

  " Kalau iya mengapa,karena ulah yang gila itu aku bisa menghindari mu dan aku sadar kamu sedang melakukan sesuatu pada diriku.Ingat apa peringatan dariku,jangan sekali-kali kamu menganggu aku mau pun Adinda.Aku akan melakukan hal yang akan membuat dirimu menyesal." ucap Nino yang langsung pergi meninggalkan Nia berdiri sendiri.

  sedangkan Nia terlihat begitu marah besar dengan kenyataan jika Nino lebih menyukai Adinda.

  " Besok aku harus memberikan pelajaran pada perempuan itu." gumam Nia yang sudah tersulut emosi pada Adinda.

  Tanpa mereka sadari ada Agnes yang tidak sengaja melihat keduanya bertengkar hingga Agnes penasaran apa yang sedang mereka bicarakan.

  " Apa ,jadi dia suka pada Adinda.Kalau begitu bisa jadi Nino itu ayahku yang sebenarnya." gumam Agnes yang malahan memukul dahinya sendiri.

  " Ya ampun , sebenarnya apa yang terjadi." Agnes pun merasa kesal pada dirinya sendiri.

  " Kalau memang dia ayahku aku harus mencari informasi kenapa ayah meninggalkan aku dan ibu." batin Agnes yang langsung melirik kanan dan kiri dan langsung keluar dari tempat persembunyiannya.

  Agnes pun segera lari dari tempat itu,dia tak ingin jika nanti dirinya ketahuan oleh mereka. Setelah sampai di kost Agnes langsung tiduran ditempat tidur dengan posisi bengong menatap atap kamarnya.

  " Sebenarnya apa yang terjadi antara ibu dan ayah,lalu kenapa Nino begitu marah besar begitu pada Nia." Agnes dihantui kebimbangan apa yang sebenarnya terjadi antara mereka bertiga antara ibunya ,Nino dan Nia.

  Pada akhirnya Agnes keluar dari kamarnya yang saat itu teman-teman Agnes sedang berkumpul diruang tengah,Agnes pun datang mendekati mereka yang sedang duduk santai.

  "Oh iya Lis, kamu tahu tidak rumahnya Adinda?" tanya Agnes yang sekedar mencari informasi tentang Adinda.

  "Adinda?"

  "Iya, Adinda teman kamu satu kelas itu."

  "Yang aku tahu dia ada di gang nomer 4 sebelah blok rumah ini." jawab Lilis yang sekedar tahu lokasinya.

  "Berarti dekat dong." jawab Agnes yang tak menyangka tak jauh dari tempat kostnya.

  "Lumayan jauh, soalnya masih masuk kedalam gang sempit.Memangnya kenapa kamu cari Adinda?" tanya Lilis yang penasaran dengan Agnes yang tiba-tiba saja mencari Adinda.

  Mendengar pertanyaan itu Agnes pun terpaksa berbohong." Ini masalah buku yang ingin dia pinjamkan ke aku,makanya aku tanya dimana rumahnya." jawab Agnes yang terpaksa berbohong soal itu.

  "Oh hanya masalah buku, aku kira masalah apa." jawab Lilis yang mulai rasa penasaran hilang dan mulailah Lilis memberikan arahan dimana lokasi tempat tinggal Adinda.

  "Oh di sana ya, jauh juga ya kalau sampai masuk gang ya." jawab Agnes yang mulai paham lokasi tempat tinggal Adinda.

  "Maka dari itu,aku sudah bilang kan sangat jauh karena masuk ke area gang ."

  "Tidak apa-apa,nanti kalau ada waktu aku akan kesana." jawab Agnes dengan santai.

  Lilis pun membalas dengan anggukkan kepala mengerti apa yang dimaksud oleh Agnes.

   ditempat lain

  Nino sedang sibuk berjalan mencari alamat yang ingin dia cari,hingga dia memasuki beberapa gang demi mencari seseorang.

 " Tadi bilangnya belok kanan,sekarang belok kiri ini masuk gang kemana lagi." gumam Nino yang nampak kebingungan.

  Tiba-tiba saja dari arah depan ada seorang bapak-bapak lewat didepan Nino.

  " Maaf pak,bapak tahu tidak rumahnya Adinda.Katanya ibunya penjual kue keliling diarea ini pak." ucap Nino yang sengaja sudah mencari informasi dari keluarga Adinda.

  "Oh maksudnya Adinda anak ibu Ani?"

  " Seperti itu pak." jawab Nino yang merasa sedikit ragu dengan nama orangnya.

  "Kalau menuju ke rumah Bu Ani tinggal belok kanan rumah paling ujung yang halamannya ada pohon mangga." ucap bapak-bapak itu.

  " Oh di sana." jawab Nino yang akhirnya menemukan rumah Adinda.

  " Teman sekolah adinda ya?" tanya bapak-bapak itu.

  " Iya pak." jawab Nino dengan anggukkan.

  " Ya sudah ,kamu belok kearah kanan rumah paling ujung itu rumahnya Anaknya bu Ani." ucap bapak-bapak itu yang akhirnya pergi meninggalkan Nino.

  Nino segera ke arah rumah itu yang dimana saat itu ada Adinda yang baru saja selesai mengambil jemuran yang sudah kering.

  " Adinda." Sapa langsung Nino yang spontan membuat Adinda menoleh arah suara itu.

  " Nino." gumam Adinda yang langsung lari sembari membawa jemuran miliknya ,Nino pun lari menghampiri Adinda yang berlari masuk ke dalam rumahnya.

  " Adinda,tolong buka.Aku ingin bicara sesuatu yang penting." ucap Nino yang berdiri didepan pintu.

  Sedangkan Adinda masih berdiri dibelakang pintu dengan menahan tangisannya."Adinda,aku mohon tolong buka." ucap Nino yang terus mengetuk pintu rumah Adinda.

  " Aku tahu aku salah ,aku mohon tolong buka pintunya." ucap Nino yang masih saja berdiri didepan pintu rumah Adinda.

  " Ini semua karena Nia,dia sengaja menjebak ku sampai aku tidak bisa menahan lagi dan tidak sengaja aku bertemu denganmu melakukan hal yang tak pantas padamu.Aku mohon maafkan atas perbuatanku." Ucap Nino yang terus memohon maaf pada Adinda.

  Adinda hanya terdiam menutup mulutnya dengan tangisan yang membanjiri wajahnya." Adinda aku mohon." ucap Nino dengan suara lirih, Nino meletakkan menempel kepalanya didepan pintu.

  " Adinda ,aku mohon dengarkan penjelasanku ini." ucap Nino yang sudah tampak menyerah dia harus bagaimana menjelaskan lagi.

  Tiba-tiba saja Pintu terbuka dengan posisi Adinda menatap tajam kearah Nino dengan kondisi kedua matanya memerah karena menangis.

  " Sekarang kamu pergi sebelum aku mengusirmu." ucap Adinda dengan ekspresi benar-benar marah.

  " Aku hanya ingin menjelaskan sesuatu padamu." ucap Nino yang dengan berani menghadapi Adinda.

  " Setelah apa yang kamu lakukan salah masih berani kamu menampakkan wajahmu di depanku.Pergi sekarang." ucap Adinda yang benar-benar marah menghadapi Nino.

  " Semua itu karena ulah Nia,aku tidak bohong dia melakukan hal yang tidak aku disangka."

  " Aku tidak mau tahu urusan kalian berdua,cepat kamu pergi." ucap Adinda yang meneriaki Nino dengan ekspresi wajah menangis melihat kehadiran Nino didepan rumahnya.

  Nino pun hanya menundukkan kepala dengan lesu."Baiklah aku akan pergi,tapi aku mohon besok masuklah sekolah." ucap Nino seperti mengharapkan sesuatu pada Adinda.