Balasan Buat Suami Selingkuh

Merasa di banding-bandingkan terus dengan Adelia. Salsa menjadi geram, ia penasaran dengan perusahaan yang di kelola Adelia. Ia ingin tahu secara langsung tidak hanya di internet. Keinginannya sudah bulat, diam-diam ia pergi dari rumahnya sewaktu Adrian masih tidur lelap.

Siang itu meskipun cuaca teramat terik tidak menyurutkan keinginan Salsa untuk tahu lebih jauh mengenai Adelia. Ia sudah mendapatkan alamat kantor Adelia dari internet. Selain memproduksi kosmetik, Adelia juga bergerak di bidang kecantikan lainnya. Ia membuka salon dan spa dengan tenaga ahli yang terpilih dan handal di bidangnya.

Saat turun dari taksi, Salsa melihat Adelia tengah di depan gedung perusahaannya sedang bercakap-cakap dengan Arga.

'Hemm beruntung sekali dia, udah sukses pacarnya juga tampan dan tajir.'

Salsa melihat dari balik kaca mobilnya, ia iri melihat nasib Adelia yang kelihatan jauh lebih baik ketimbang dirinya. Dulu Salsa merasa bangga karena dapat merebut Adrian dari sisi Adelia. Tapi, sekarang Adelia bahkan mendapatkan pria yang jauh di atasnya. Salsa tidak rela Adelis mendapatkan semua keberuntungan itu.

"Mau turun di sini, Non?" tanya sopirnya.

"Tidak usah, terus saja Pak," jawab Salsa. Ia tahu tidak akan bagus hasilnya kalau dia langsung menemui Adelia di kantornya. Apalagi ada Arga di sana. Posisinya tidak menguntungkan, yang ada lelaki itu akan melakukan apa saja untuk membantu Adelia.

'Kamu beruntung Adelia, hari ini aku tidak jadi mengganggumu. Tapi, lain waktu aku berjanji akan membuatmu hancur seperti diriku. Kau tidak boleh menang, aku yang harus menang. Akulah yang akan memenangkan pertarungan ini,' batin Salsa.

Ia tidak rela bila Adelia mendapatkan segalanya. Salsa bersumpah akan menghancurkan Adelia dengan caranya. Ia terpaksa pulang kembali untuk menyusun strategi berikutnya.

Di depan kantor, Arga sengaja mampir sebentar untuk menemui Adelia. Ia ingin membahas sesuatu yang penting dengan Adelia.

"Ada apa pagi-pagi kemari? Kantornya tidak pindah di sini kan?" goda Adelia.

"Pinginnya, sayangnya tidak boleh sama pemiliknya," balas Adrian.

"Tuan Arga kan orang kaya, mau pindah kantor kemana pun yang di inginkan tinggal menjentikkan jari," kata Adelia.

"Sayangnya, orang yang ku inginkan tidak tertarik dengan hartaku," jawab Adrian.

Adelia terdiam, ia tahu kemana arah tujuan pembicaraan Arga Dwinata, tapi ia memang belum siap menerima siapapun di hatinya. Ia ingin menata hati terlebih dahulu. Dulu, ia juga berpacaran lama dengan Adrian. Namun nyatanya pacaran lama tidak menjadi jaminan langgengnya sebuah pernikahan.

Arga menyadari Adelia belum siap bila membahas masalah itu. Ia pun mencairkan suasana dengan mengajaknya masuk ke dalam.

"Kakiku kesemutan kalau di suruh berdiri terus, apakah di kantormu ini tidak ada kursi untuk duduk?" tanya Arga memecah keheningan.

"Eh... iya, maaf. Mari masuk," ajak Adelia.

Saat melewati lobby semua karyawan membungkuk hormat pada Adelia dan Arga. Setelah keduanya masuk dalam ruangan mereka langsung kembali bekerja.

"Silahkan duduk."

"Mau kopi?" tawar Adelia.

"Oh, tidak usah tadi dari rumah aku sudah minum kopi," balas Arga.

Adelia lalu duduk berhadapan dengan Arga di sofa tamu. Ia mengenakan blouse ketat dan rok span hitam membalut tubuhnya yang langsing.

"Sebenarnya aku ke sini ingin kamu mengganti model yang kau kirim kemarin sebagai brand ambassadornya," terang Arga.

"Kenapa? Apakah dia kurang cantik?" tanya Adelia.

"Bu ... bukan itu."

"Lalu apa? Kupikir aku memilihnya karena dia cantik, bodynya bagus, model papan atas yang profesional," ucap Adelia.

Memang tidak salah pendapat Adelia memilih Sinta sebagai brand ambassadornya, tapi Sinta adalah mantan istrinya. Arga tidak ingin Sinta menggunakan alasan itu untuk mendekatinya. Ia tahu seperti apa Sinta itu di matanya. Wanita itu akan menjadi magnet bila di depannya ada setumpuk uang. Ia tidak pernah tulus dalam berhubungan.

"Penilaianmu benar, tidak ada salahnya. Namun, bagaimana jika kita memberi kesempatan model lain. Yang jauh lebih muda dan fresh untuk menggantikannya," saran Arga.

"Apakah kamu sedang jatuh cinta pada model muda itu, dan ingin mengorbitkannya agar lebih terkenal?" tanya Adelia.

"Tidak, jangan berpikiran seperti itu, aku tidak ada maksud lain. Sumpah," balas Arga. Adelia melipat tangannya di dadanya menatap tajam pada Arga yang salah tingkah di pandang Adelia. Jantung pria tampan itu berdesir hebat manakala Adelia terus saja menatapnya.

"Kalau aku tidak setuju? Apakah kau akan terus memaksa?" tanya Adelia penuh selidik.

"Tidak, terserah kamu saja," jawab Arga melemah. Ia tidak sanggup di tatap seperti itu oleh Adelia. Bibir Adelia yang ranum begitu menggoda. Entah sejak kapan pikirannya tiba-tiba berfantasi liar. Apalagi di tambah body Adelia yang seksi, dan blousenya kancing atasnya sedikit terbuka menunjukkan belahan dadanya yang cukup besar.

"Terus terang, aku tidak bisa main ganti saja. Karena aku sudah susah-susah meminta dia untuk menjadi brand ambassadorku. Dan itu tidaklah mudah, jadwal dia juga sangat padat. Maaf, aku tidak bisa," jawab Adelia tegas.

"Oh, ya sudah. Tidak apa," kata Arga lesu.

"Maaf, aku mengecewakanmu," sesal Adelia. Ia merasa tidak enak dengan Arga.

"Hei, tidak masalah. Jangan kau terlalu kau pikirkan," ucap Arga menepuk pundak Adelia. Adelia yang sedari tadi duduk, mendongak ke arah Arga. Tatapan mereka bertemu.

'Ya, ampun aku ingin mencicipi bibir ranumnya,' batin Arga. Hatinya seakan mau melompat keluar. Ingin ia mencecap manisnya bibir Adelia. Tapi, bagaimana kalau nanti ia di tampar pemiliknya.

"Mas, kok diam. Marah ya, sama aku?" tanya Adelia mengagetkan lamunan nakal Arga.

"Ti ... tidak, aku tidak marah hanya_."

"Hanya apa hayoo."

"Ya, sudah gini saja sebagai permintaan maafku Mas boleh minta apa saja," kata Adelia.

"Beneran nih," ucap Arga melirik Adelia dengan tatapan nakal.

"Tapi ... bukan yang macem-macem loh, ya," ancam Adelia.

"Belum di sebutkan, sudah di kasih pembatas." Arga garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Lah iya, dong ntar Mas mikirnya macem-macem," balas Adelia.

"Ya sudah, aku besok ulang tahun. Temani aku merayakannya. Tenang saja cuman kita berdua, enggak pake acara resmi-resmi," pinta Arga.

"Oh, Mas ulang tahun. Iya, deh siap dengan senang hati," jawab Adelia.

"Ngenes ya, udah mau ulang tahun tidak punya pasangan," keluh Arga.

"Ah, mas ini merendah deh. Paling banyak yang mau tapi Mas enggak mau," kata Adelia.

"Iya, sih. Habis aku nyarinya yang antik unik. Tapi enggak akan bisa aku miliki," lirik Arga pada Adelia.

Adelia tersipu malu, ia menjadi salah tingkah dan pura-pura melihat ke arah lainnya. Ada desiran aneh di relung hatinya, tapi Adelia mencoba mengingkari bahwa semua itu tidak benar dan tidak pantas ia rasakan lagi.

---Bersambung---