"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20. Sebuah Perjanjian.
Zeva terdiam saat mendengar apa yang Gavin katakan, otaknya sedang mencoba untuk mencerna ucapan laki-laki itu.
Gavin langsung bersimpuh di kaki Zeva membuat wanita itu terlonjak kaget. "Kau tau kalau aku sangat mencintaimu, Zeva! Jangan hancurkan hatiku seperti ini, kita saling mencintai!"
Zeva memandang Gavin dengan sedih, jujur saja dia juga masih sangat mencintainya. Namun, mau bagaimana lagi sekarang? "Maaf, Gavin! Aku, aku sudah menikah, tidak mungkin kita-"
"Kau tidak mencintainya, Zeva! Jadi untuk apa kau mempertahankan pernikahan itu!"
Zeva terdiam mendengar ucapan Gavin, tiba-tiba dia teringat dengan apa yang pernah Mama Audy katakan padanya.
"Setelah kau berpisah dengannya, kita akan langsung menikah! Keluargamu tidak akan bisa lagi ikut campur, dan kita bisa kembali bersama!"
Zeva memikirkan apa yang sedang laki-laki itu katakan, jika dia melakukannya pun, apa Arion akan mengizinkannya?
"tidak, Gavin! Aku tidak bisa, Arion-"
"Pikirkan tentang hubungan kita sendiri Zeva, bukan orang lain! Atau, kau sudah jatuh cinta dengan laki-laki itu?"
Zeva menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak mencintainya! Hanya saja-"
"Kita sudah lama berjuang bersama, Zeva! 2 tahun bukan waktu yang singkat untuk cinta kita, dan bukannya kita sudah berjanji untuk selalu bersama?"
Zeva terdiam, dia ingat betul dengan janji yang sudah dia buat bersama laki-laki itu. Hanya saja entah kenapa hatinya tidak sejalan dengan pikirannya, di satu sisi dia ingin mengiyakan permohonan Gavin. Namun, di sisi lain dia merasa tidak senang dengan apa yang laki-laki itu lakukan.
"Zeva, aku mohon!"
Dia memejamkan matanya sekilas untuk memikirkan semua yang sudah terjadi, lalu kembali melihat ke arah Gavin.
"Baiklah, Gavin! Aku akan kembali padamu!"
Gavin langsung bangun dan memeluk tubuh Zeva dengan erat, dia sangat bahagia dengan keputusan wanita itu.
"Ta-tapi, aku minta satu hal darimu!"
Gavin langsung merenggangkan pelukannya, tetapi kedua tangannya masih memegang bahu Zeva. "Katakan, katakan semua yang kau mau, Sayang!"
Zeva menatap Gavin dengan tajam, walaupun dia sudah kembali pada lelaki itu, tetapi dia tidak mau kalau orang lain mengetahuinya.
"Aku tidak ingin ada orang yang tau kalau kita masih berhubungan, terutama keluargaku dan juga Arion. Nanti, nanti saat aku dan dia sudah berpisah, kita baru bisa menunjukkannya pada orang lain!"
Gavin langsung mengangguk setuju. "Tentu saja, aku akan menuruti semua kemauanmu! Tapi, kau juga harus menjaga jarak darinya. Aku tidak mau kau terlalu dekat dengan laki-laki itu, apalagi sampai ...." Gavin semakin menajamkan sorot matanya. "Apalagi kalau sampai kau dan dia melakukan hubungan suami istri!"
"Ti-tidak, aku tidak terlalu dekat dengannya!" Zeva mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan Gavin.
"Syukurlah kalau kayak gitu, jadi mulai sekarang kau harus menjaga jarak darinya. Kau juga harus membuat perjanjian dengannya, dalam jangka satu tahun, kalian harus berpisah!"
Deg. Entah kenapa hati Zeva terasa sakit karna ucapan Gavin, bahkan dadanya sudah bergemuruh sekarang.
"Apa kau mendengarku, Sayang?"
Zeva menganggukkan kepalanya. "Ta-tapi, apa itu perlu?"
"Tentu saja, agar dia tidak mencari kesempatan untuk mendekatimu!"
Zeva menghembuskan napas kasar, baiklah. Mungkin apa yang Gavin katakan ada benarnya juga, tetapi dia tidak ingin memusuhi Arion. Lebih baik berteman saja dengan laki-laki itu.
Setelah semuanya selesai, Zeva memutuskan untuk pulang dengan di antar oleh Gavin.
Sesampainya di sana, Zeva segera memasukkan passwordnya dan masuk ke dalam apartemen itu.
"Dari mana kau?"
Tubuhnya terjingkat kaget saat mendengar suara seseorang. "Kau? Kau mengagetkan saja!" Jantungnya berdebar keras saat ini.
Arion yang sedang menyandarkan tubuhnya ke dinding beralih mendekati Zeva. "Kenapa kau baru pulang jam segini?"
Glek. Zeva menelan salivenya dengan kasar. "A-aku tadi ke rumah temanku dulu!"
Arion mengernyitkan keningnya saat mendengar jawaban wanita itu. "Kau tidak bohong?"
"Te-tentu saja, untuk apa aku bohong!" Zeva langsung saja masuk ke dalam dan berjalan cepat ke arah kamar.
Brak! Dia menyandarkan tubuhnya di balik pintu. "Astaga, aku takut sekali tadi!" Dia merasa khawatir kalau sampai Arion tidak percaya.
Arion yang masih berada di ruang depan menghembuskan napasnya dengan kasar, dia lalu berjalan ke dapur untuk mengambil makanan dan membawanya ke dalam kamar.
Setelah selesai mandi, Zeva membaringkan tubuhnya ke atas ranjang sembari membalas pesan dari Gavin.
Brak
Zeva langsung menyimpan ponselnya saat Arion masuk ke dalam kamar, tubuhnya mendadak jadi sangat tegang sekarang.
"Makanlah!" Arion memberikan sepiring omlete dengan nasi ke arahnya. "Kau belum makan malam!"
Zeve tercengang mendengar apa yang laki-laki itu katakan. "Ka-kau membuatkan makan malam untukku?"
"Tidak, aku membuat untukku sendiri. Tapi masih tersisa!"
Tanpa sadar bibir Zeva melengkung membentuk sebuah senyuman, dia lalu menyantap makanan yang ada di hadapannya.
Setelah selesai, Zeva membawa piring kotor itu ke westafel. Terlihat Arion sedang duduk di depan tv, tetapi mata laki-laki itu malah sibuk ke arah ponsel.
"A-Arion!"
Arion langsung mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara, terlihat Zeva sedang berjalan ke arahnya.
"Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, apa, apa kau ada waktu?"
Arion langsung menganggukkan kepalanya. "Katakan saja!"
Zeva beralih duduk disofa yang ada di di hadapan Arion. "Be-begini, aku, aku ingin membuat perjanjian denganmu!"
Arion mengernyitkan keningnya dengan bingung. "Perjanjian?"
"Ya, aku ingin membuat perjanjian tentang pernikahan kita!"
Arion tetap tidak paham dengan apa yang sedang Zeva bicarakan, memangnya ada perjanjian dalam pernikahan?
"Aku, aku ingin kalau hubungan kita tetap seperti ini saja, dan tidak lebih. Kau tau kalau hubungan kita ini melalui perjodohan, jadi, jadi aku belum bisa menerimamu sebagai suamiku!" Zeva menundukkan kepalanya dengan tangan yang saling bertautan.
"aku, aku ingin kita tidak melakukan hubungan suami istri seperti pasangan yang lain. Dan, dan juga ... pernikahan kita akan berakhir dalam waktu satu tahun!"
"Apa?"
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..