Perjodohan adalah sesuatu yang Mazaya benci. Dari setiap novel yang ia baca, selalu saja pihak perempuan yang jadi sosok tertindas. Kadangkala ending cerita sang suami menjadi bucin. Kadang kala ada juga yang berakhir dengan perceraian dengan sang perempuan menikah lagi kemudian hidup bahagia dan laki-laki hidup dalam penyesalan.
Namun bagaimana bila Mazaya lah yang menjadi tokoh seperti dalam novel tersebut, terpaksa menikah karena perjodohan?
Apalagi setelah ia tahu, sosok yang dijodohkan dengan dirinya telah memiliki kekasih.
Sungguh, Mazaya tak ingin melewati proses jadi istri yang tertindas.
BIG NO!!!
Namun untuk ending, siapa yang tahu. Yang pasti, ia tak mau ditindas apalagi oleh sang pelakor meskipun dia adalah wanita yang suaminya cintai. Lalu bagaimana caranya agar ia tidak ditindas oleh pasangan sialan tersebut?
Makanya, yuk tap ❤️ untuk mengikuti cerita selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Carla
"Itu, bagaimana? Kau sudah mendapatkan semua informasi tentang istriku?" tanya Gemilang yang sudah tak sabar menantikan informasi dari Juna.
"Maaf tuan, saya belum bisa menemukan apapun tentang nona. Sepertinya segala informasi mengenai nona Mazaya sengaja disembunyikan oleh seseorang yang memiliki kekuatan besar."Tutur Juna membuat Gemilang terperangah.
Melihat Gemilang terdiam seakan menunggu penjelasan selanjutnya, Juna pun segera melanjutkan kata-katanya.
"Iya, tuan. Seperti yang tuan katakan, Nina Mazaya pernah bersekolah di SMP yang sama dengan tuan Jendra, tapi saat orang-orang kita mencari tahu tentang nona Mazaya, tak ditemukan satupun informasi m Saya juga sudah meminta orang-orang kita ke desa asal nona Mazaya, tapi menurut warga di sana, nona Mazaya dan kakeknya baru tinggal di sana beberapa bulan ini. Kakek nona memang memiliki perkebunan teh yang sangat luas di sana, tapi yang mengurusnya selama ini adalah orang kepercayaannya. Kakek nona bahkan nyaris tak pernah ke sana. Beberapa bulan terakhir inilah, tiba-tiba kakek nona pindah ke sana, tapi tidak dengan nona." Papar Juna membuat Gemilang benar-benar terdiam dengan pikiran yang sibuk berkelana ke sana ke mari.
Juna kebingungan sendiri melihat tuannya hanya terdiam dan tidak merespon perkataannya.
"Tuan, jadi ... bagaimana? Apa Anda memiliki tugas lain untuk saya?" tanya Juna hati-hati.
Gemilang melirik tajam Juna yang sudah memasang kuda-kuda untuk jaga-jaga kalau tuannya tidak terima dengan laporannya.
Gemilang menghela nafasnya, "Juna, tolong selidiki kasus kematian tuan Narendra Syailendra beberapa tahun yang lalu."
"Narendra Syailendra?" gumam Juna yang belum paham.
"Ya, dia adalah CEO Syailendra Group sebelumnya. Ayah dari CEO Syailendra Group saat ini. Aku Cari tahu apapun yang berhubungan dengan kecelakaan itu. Usahakan sesegera mungkin," titah Gemilang membuat Juna makin kebingungan.
"Maaf tuan, memangnya untuk apa Anda menyuruh saya mencari informasi tentang kecelakaan yang telah terjadi bertahun-tahun yang lalu itu?" tanya Juna memberanikan diri.
"Kerjakan saja tugasmu. Nanti kau pun akan tahu sendiri," ketus Gemilang membuat Juna menggaruk tengkuknya.
"Baik tuan, laksanakan!" Ucap Juna dengan menempelkan telapak tangannya di samping kepala. Gemilang mengibaskan tangannya agar Juna segera pergi dari hadapannya.
Karena sudah mendekati jam pulang bekerja, Gemilang pun membereskan meja kerjanya. Tak lupa ia menyimpan berkas-berkas penting di dalam brangkas pribadinya. Setelah semuanya dirasa beres, Gemilang pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya.
"Kemana Carla?" tanya Gemilang pada Juna yang juga sedang beres-beres. Semenjak pertengkaran mereka siang tadi, ia memang tidak melihat keberadaan kekasihnya itu. Barulah sore ini ia tahu ternyata meja kerjanya kosong.
"Carla? Saya tidak tahu tuan. Saya pikir, dia pergi atas izin Anda. Dia sudah pergi sejak 2 jam yang lalu." Jawab Juna yang memang tidak mengetahui kemana Carla pergi.
Gemilang menghela nafas kasar, tak habis pikir dengan sikap Carla yang bukan hanya kekanakan, tapi juga tidak disiplin. Dia juga kerap semaunya. Sebenarnya sudah lama ia jengah menjalin hubungan dengan Carla, tapi untuk memutuskan gadis itu, tidaklah semudah itu.
Tak mau ambil pusing, ia pun segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift. Ia sudah tak sabar ingin pulang ke rumah. Entah apa sebabnya, yang pasti kini ia lebih bersemangat untuk menginjakkan kakinya di rumah. Bila dulu, ia sering sengaja bekerja sampai larut malam, tapi sekarang ia lebih suka pulang lebih awal. Mungkin lebih tepatnya semenjak ia memiliki seorang istri. Meskipun hubungannya dengan Mazaya belum baik, tapi tanpa sadar, kehadiran Mazaya mampu memberikannya ketenangan dan kenyamanan.
Sementara itu, tampak seorang gadis dengan tubuh sedikit semampai telah berdiri sejak satu jam yang lalu di depan sebuah rumah yang cukup mewah. Gadis itu tak henti-hentinya mengeluarkan sumpah serapah sebab sejak tadi, boro-boro dia dihidangkan segelas minuman, dibukakan pintu dan dipersilahkan masuk saja tidak.
"Dasar pembantu sialan. Awas saja kalau gue menikah dengan Elang, aku pastikan akan memecat kalian semua," geram perempuan yang tak lain adalah Carla tersebut.
Ia telah tiba di sana sejak atau jam yang lalu. Tujuannya untuk melabrak Mazaya yang telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan Gemilang. Semenjak kehadiran Mazaya, sikap Gemilang makin dingin padanya. Seolah ada dinding tinggi dan kokoh yang tak kasat mata yang membuat hubungan mereka kian renggang dan Carla membenci itu. Tidak mudah untuk sampai di posisi ini. Tidak semua perempuan yang seberuntung dia. Walaupun harus melakukan sedikit pengorbanan, tapi bila uang didapatkan adalah sosok Gemilang, ia tak masalah. Ia akan mengorbankan apapun demi mendapatkan laki-laki tersebut.
"Cih, percaya diri sekali! Dia pikir, tuan Elang mau sama dia, cantik apanya, dandanan aja udah kayak ondel-ondel," cibir Rani dari balik jendela kaca. Ia berada disana seraya berpura-pura mengelap kaca, padahal aslinya ia sedang mengawasi Carla.
"Heh, apa loe bilang? Gue kayak ondel-ondel? Ngaca sana, ngaca, pembantu aja belagu. Dasar kampungan, ini namanya fashion, loe tahu, fashion!" sentak Carla tidak terima atas penghinaan yang dilontarkan Rani. "Dan apa kata loe tadi? Gue pikir Elang mau dengan gue, tentu saja mau. Kalau nggak, mana mungkin gue bisa bertahan menjadi kekasihnya sampai 2 tahun." Imbuhnya seraya berkacak pinggang.
"Jangan bangga bisa jadi pacar selama 2 tahun, yang udah nikah aja bisa pisah, apalagi cuma pacar. Jangan-jangan cuma jagain jodoh orang," timpal Ratih yang sudah berdiri di samping Rani. Jendela memang sedikit dibuka agar mereka bisa terus mengawasi Carla sambil mengejeknya.
"Kau ... Dasar pembantu brengsekkk. Sialan. Tunggu aja, kalo Elang pulang, gue aduin loe berdua buat kena pecat tanpa pesangon." Carla mendesis seraya menggerakkan jari-jarinya seolah ingin mencakar Rani dan Ratih yang sudah cekikikan.
"Weee ... nggak takut," balas keduanya yang makin tergelak.
"Heh perempuan kampung, cepat keluar kau! Apa kau takut bertemu denganku, hah? Hahaha ... Di depan Elang kau sok berani, padahal aslinya pengecut. Dasar perempuan kam- ... "
"Siapa yang kau sebut pengecut, hah?" Terdengar suara seseorang menyentak dirinya dari arah belakang. Matanya memicing saat melihat seorang perempuan berpenampilan elegan dengan sebagian wajah tertutup masker berjalan ke arahnya. Carla tidak merasa mengenalnya, tapi suara itu seakan tak asing di telinganya.
"Kau ... siapa? Mengapa kau masuk ke rumah orang seenaknya?" sentak Carla tak suka melihat keberadaan perempuan itu. Perasaannya tiba-tiba ketar-ketir, bagaimana bila perempuan itu adalah wanita lain kekasihnya?
"Aku siapa?" perempuan yang tidak lain adalah Mazaya itu menunjuk dirinya sendiri. Kalau pulang bekerja, ia memang kerap berpenampilan sama seperti saat di kantor. Dia sudah meminta Rani dan Rasti serta beberapa pekerjaan di rumah itu agar tidak mengatakan hal ini pada Gemilang. Ia malas bila harus kembali berganti pakaian. Lagipula ia selalu pulang lebih awal jadi tak masalah ia mengenakan penampilan seperti itu. Namun ia tidak menggunakan mobil yang biasa. Ia justru meminta sopir kantor untuk mengantarkannya tapi menggunakan mobil biasa agar tidak terlihat mencolok dan mengundang penasaran orang lain terutama orang-orang yang sedang mengincarnya.
"Tidak usah bertele-tele, cepat katakan, siapa kau, hah? Kenapa kau ada di sini, di rumah kekasihku?" Sentak Carla dengan sorot mata tajam, tapi Mazaya masih bersikap santai.
"Heh, yang sopan bicara dengan nyonya kami!" sentak Rani yang sudah keluar dari dalam rumah.
"Dasar, perempuan gila!" cibir Rasti.
"Nyonya? Apa maksud kalian? Apa jangan-jangan, perempuan udik itu sudah ditendang dan perempuan ini menjadi penggantinya?" gumamnya menerka-nerka.
"Terserah kau sajalah mau mengatakan apa. Yang penting, segera keluar dari sini, sebelum aku meminta sekuriti menyeretmu keluar dari sini," tegas Mazaya dengan tatapan penuh intimidasi.
"Kau pikir aku takut, hah! Sebelum kau menyeretku, aku yang akan lebih dahulu menyeretmu!" Pekik Carla yang segera mengulurkan tangannya untuk menarik tangan Mazaya untuk menyeretnya. Namun, belum sempat Carla melakukan niatnya, Mazaya telah terlebih mencengkram pergelangan tangan Carla dan memitingnya ke belakang hingga ia menjerit kesakitan.
"Aaaakh ... lepaskan tanganmu, brengsekkk!" pekik Carla yang sudah kesakitan, bukannya melepaskan, Mazaya justru makin mengeratkan cengkramannya.
"Sakit, hah? Makanya jangan macam-macam denganku sebab aku bisa melakukan yang lebih dari ini," desis Mazaya.
Setelah itu, ia melepaskan cengkeramannya dengan sedikit menyentak membuat Carla terhuyung kemudian terjatuh hingga wajahnya terbenam di dalam pot yang baru saja diisi tanah dan pupuk kandang oleh Rasti. Rasti dan Rani tergelak kencang bersamaan melihat wajah cantik Carla yang telah kotor oleh tanah bercampur pupuk kandang itu.
"Aaaaaa ... bau. Ini bau apa. Huaaaa ... mommy, Daddy," pekik Carla sambil membersihkan wajahnya yang kotor.
"Rasain loe! Makan tuh pupuk kandang!" Seru Rasti membuat Carla terbelalak kemudian segera lari tunggang langgang karena ingin segera sampai di rumah dan membersihkan wajahnya.
...HAPPY READING. 🥰🥰🥰...