NovelToon NovelToon
My Stepbrother

My Stepbrother

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Bad Boy
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Heyydee

Kejadian malam itu membuatku hampir gila. Dia mengira kalau aku adalah seorang jal*ng. Dia merebut bagian yang paling berharga dalam hidupku. Dan ternyata setelah aku tau siapa pria malam itu, aku tidak bisa berkata-kata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heyydee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Dalam perjalanan, Naura menangis sejadi-jadinya. Dia mengendarai mobil dengan kecepatan gila. Memacu mobilnya seperti seorang pembalap tanpa takut mati. Entah apa yang di pikirannya sekarang, dia bahkan tidak memiliki arah untuk di tuju.

Dalam jalanan yang sepi ada satu mobil truk di depannya di tikungan yang lumayan curam. Dia nekat menyalipnya dan tanpa sadar sebuah mobil lewat dari arah yang berlawanan. Mobil tersebut melaju dengan kecepatan cepat juga. Cahaya menembus kaca mobil Naura dan dengan cepat Naura membanting setir ke arah lain. Mobil yang tadi selamat sedangkan mobil Naura menabrak pembatas jalan hingga terguling beberapa kali dan terlempar cukup jauh.

Mobil mulai berasap dan mengeluarkan percikan api. Kaca mobil sudah berhamburan pecah kemana-mana. Di dalamnya, Naura terjebak dalam keadaan yang parah. Darah mengalir segar membasahi seluruh tubuhnya. Naura tersadar sebentar dan mengeluarkan butiran air mata. Nafasnya tersengal, jantungnya seperti akan berhenti berdetak, pandangannya menjadi buram, bahkan rasa sakit pun sudah tak terasa. Seluruh tubuh lumpuh dengan lumuran darah yang terus mengalir deras. Pandangan menjadi gelap dan entah apa yang terjadi setelahnya.

Seminggu kemudian~

Mata terbuka perlahan dan pandangan mulai menerang. Terlihat sebuah ruangan dengan di lengkapi alat-alat medis yang tertancap di tubuh Naura. Sebuah perban mengikat kepalanya dan juga sebelah kakinya.

Saat melihat Naura sadar, ibunya merasa sangat senang. Ibunya memanggil dokter untuk memeriksa Naura. Semenjak dia di rawat di sana, ibunya selalu setia menunggu dan menjaganya setiap saat.

Ibunya memeluk Naura sambil menangis. Tidak lama kemudian dokter bersama perawat lainnya datang.

"Keadaan Naura sekarang sudah jauh lebih baik," ucap dokter.

"Syukurlah," ucap ibunya.

Setelah mendengar kabar itu, Ayahnya dan abang-abangnya datang. Naura menoleh ke arah mereka.

"Mas," Ibunya memeluk ayahnya.

"Syukurlah Naira sudah baik-baik saja," ucap ayahnya.

Revandra menatapnya dengan wajah datar dan tajam sambil menyimpan tangannya di saku celana. Naura membuang tatapannya ke arah yang lain.

Vano mendekat ke arahnya sambil menyapanya.

"Hai adik! Kau masih kenal denganku kan?" tanya Vano.

Naura hanya diam saja.

"Ma....apakah Naura baik-baik saja? Kenapa dia hanya diam saja? Apa jangan-jangan dia lupa ingatan?" tanya Vano.

Naura mencoba menyenderkan bahunya dan di bantu oleh Vano.

"Huh....gue gak amnesia! Gue masih ingat sama semuanya," ucap Naura.

Beberapa hari kemudian, keadaan Naura mulai membaik dan dia sudah di perbolehkan untuk pulang. Naura belum bisa berjalan karena kaki kanannya belum pulih total. Dia terpaksa harus naik kursi roda.

Di dalam ruangan rawatnya, tampak sebuah kursi roda yang sudah di siapkan untuknya.

"Emang harus....pakai kayak gini?" tanya Naura.

"Iya nak! Kamu kan belum bisa jalan, jadi harus pakai kursi roda dulu," ucap ibunya.

"Huh....ribet amat dah," gumamnya kesal.

Kemudian Vano dan Revandra datang untuk menjemputnya.

"Hai adik! Perlu bantuan gak?" tanya Vano.

"Enggak,"

"Terus kamu naiknya gimana?" tanya Vano.

"Di bantuin sama mama,"

"Biar aku saja," ucap Revandra.

Tanpa basa-basi, Revandra langsung menggendong tubuh mungilnya. Ibu dan Vano sedikit terkejut.

"E-eh....woyy turunin gue!" Naura tidak mau di gendong.

"Gak usah banyak omong," Revandra dengan wajah dinginnya membawanya menuju mobil.

Keesokan harinya, Ibu dan ayahnya memberitahu kalau mereka akan ke luar negeri selama satu sampai dua bulan.

"Apa? Mau ngapain ma?" tanya Naura.

"Ada urusan di sana,"

"Jadi mama mau ninggalin Naura gitu aja?"

"Bukan gitu nak. Papa kamu butuh mama di sana, jadi mama harus ikut,"

"Terus.....nanti yang jaga Naura siapa? Naura kan lagi sakit?" tanya Naura.

"Kamu tenang aja, Revandra kan ada di sini! Dia akan nemenin kamu dan ngejaga kamu,"

"Loh, bukannya dia tinggal di luar negeri?"

"Iya, tapi untuk sementara ini Revandra akan memimpin perusahaan papa selama di sana nanti,"

"Terus bang Vano?"

"Kalau Vano....dia akan kembali ke luar negeri nanti malam,"

"Berarti aku berdua doang sama bang Revandra?"

"Gak juga! Kan masih ada para pelayan dan bodyguard lainnya,"

"Iya sih ma....tapi....kalau Revandra macam-macam sama kau gimana?"

"Kamu jangan berpikir yang aneh-aneh! Revandra itu orang yang baik, dia pasti akan menjaga kamu dengan baik!"

Orang tuanya berangkat pada pagi hari menuju bandara. Naura memeluk ayah dan ibunya dengan erat. Kini tinggal tersisa dirinya dan Revandra.

Revandra tampak sedang menelpon orang dan dia buru-buru pergi. Naura hanya melihatnya dari kejauhan saja. Naura tidak berani mendekat karena menurutnya Revandra bukan orang yang baik.

"Huh....mau kemana dia? Apa mau nemuin cewek?" tanyanya curiga.

Revandra mengendarai mobil sport merahnya pergi entah kemana.

Naura menjalankan kursi roda otomatisnya. Dia menuju kamarnya. Dia mencoba berjalan perlahan-lahan. Naura sudah bisa berjalan dengan pelan-pelan dan hati-hati.

"Yes.... akhirnya aku bisa jalan!" Naura senang.

Naura belum bisa untuk berdiri lama-lama. Kakinya masih terasa sakit kalau berdiri dan memaksakan untuk berjalan.

Naura duduk di ujung kasurnya.

"Huh....ini semua gara-gara tuh cowok brengsek! Gue jadi hilang fokus saat berkendara dan jadinya kecelakaan kayak gini! Untung gue masih hidup," ucap Naura.

Lalu, ada seorang pelayan masuk dan memberitahukan kalau ada seseorang yang ingin bertemu dengan Naura.

"Siapa?"

"Katanya namanya Aura, nona!"

"Aura? Ya udah suruh masuk ke sini aja,"

"Baik nona!"

Tok..Tok...

"Buka aja pintunya,"

Klik...

Pintu terbuka.

"Naura!!" teriaknya sambil memeluknya.

"Gue senang lo baik-baik aja," ucapnya.

"Lo....tau rumah gue dari mana?"

"Dari ibu Lo! Gue minta alamat rumah sama ibu lo,"

"Maaf ya baru bisa ngejenguk kamu sekarang,"

"Gak papa kok!"

"Oh iya, gue mau kasih sesuatu buat lo!"

"Apa?"

Aura mengeluarkan sebuah undangan pernikahan dari dalam tasnya.

"Ini," dia menyodorkannya pada Naura.

Saat melihatnya Naura tampak terkejut.

"Loh? Lo....mau nikah sama Erik?"

"Iya,"

"Kok baru kasih tau sekarang?"

"Maaf...gue sama Erik mau buat kejutan buat kamu,"

"Ihhh...gak seru! Masa ngasih taunya dadakan gini sih?"

"Oh iya....gue mau minta maaf sama lo," ucap Aura.

"Maaf kenapa?"

"Gara-gara gue, lo jadi kecelakaan kayak gini,"

"Ya ampun....seharusnya gue yang terima kasih sama lo! Berkat lo, gue jadi tau kebusukan dari cowok brengsek itu," ucap Naura.

"Gue bersyukur tau lebih awal! Sekali lagi makasih ya! Lo memang sahabat terbaik," Naura memeluk tubuh Aura dengan erat.

"Hmm... ngomong-ngomong, gue gak di jadikan Bridesmaid nih?" tanya Naura.

"Tenang, lo juga bakal jadi Bridesmaid kok! Lo kan sahabat gue,"

"Berapa orang yang bakal jadi Bridesmaid?"

"Hmm....gak banyak sih! Cuma 4 orang aja,"

"Bajunya mau warna apa?" tanya Naura.

"Hmm....kalau soal baju gue sama Erik udah nyiapin! Kalau warna sih.....gak boleh di spill,"

"Kok gitu?"

"Ya...biar jadi kejutan aja! Sehari sebelum hari H kita bakal kasih bajunya ke kalian. Jadi tunggu aja,"

"Ahhh...main rahasia-rahasiaan ya? Emang boleh?"

"Boleh dong,"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!