Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Berlatih Bersama 2
Beberapa menit kemudian, Xiao Lian kembali bersama kedua orang tuanya. Melihat dari wajah gadis itu yang berseri-seri, Lin Tian dapat menduga kedua orang tuanya menyetujui jika Xiao Lian akan berlatih di bawah bimbingan dirinya.
"Lin Tian, apa benar jika dirimu akan membantu latihan putriku?" Xiao Li berkata ketika mereka bertiga sudah sampai di dekat Lin Tian.
"Benar Tuan, apakah anda akan mengijinkan?"
"Hahaha....Tentu saja, kenapa tidak? Aku memang belum pernah melihat kemampuanmu secara langsung, akan tetapi aku percaya dengan ucapan anak dan istriku yang mengatakan jika kau adalah seorang sakti yang datang untuk menyelamatkan mereka." Ucap pria paruh baya itu sambil tertawa lebar.
"Hmm...tapi, sepertinya aku akan jauh lebih percaya jika aku yang mencobanya sendiri hehe..." Lanjutnya lagi dengan tersenyum sinis.
"Silahkan saja Tuan." Balas Lin Tian santai.
Tanpa basa-basi, Xiao Li langsung melayangkan pukulannya kearah wajah Lin Tian yang hanya berjarak sekitar satu meter di depannya itu. Jelas serangan ini sangat curang dan memalukan, akan tetapi kejadian berikutnya membuat semua orang yang ada disana termasuk si pria yang mengamati dari jauh terkejut bukan main.
Pasalnya, tepat ketika kepalan itu hampir mengenai wajah tampan Lin Tian, pemuda ini hanya memiringkan kepalanya dengan gerakan santai dan pukulan itu mampu ia elakkan dengan sangat sempurna.
"Swuuussshhh!!"
Pukulan itu menyambar di samping kepala Lin Tian dan terdengar suara angin bergemuruh dari hawa pukulan tersebut.
Ternyata sangat luar biasa hebat pukulan ini, ketika kepalan tangan itu lewat di samping kepala Lin Tian, hawa pukulannya mampu untuk menggoyangkan sebuah pohon yang berjarak kurang lebih lima meter di belakang Lin Tian.
Xiao Li membolatkan matanya karena terkejut jika Lin Tian mampu menghindari serangannya, akan tetapi di dalam lubuk hatinya dia merasa senang juga karena putrinya akan dilatih oleh seorang hebat seperti pemuda itu.
Tanpa memberi kesempatan, Xiao Li lalu menggerakkan tangan satunya untuk kembali mengirimkan serangan. Namun sebelum tangannya bergerak, Lin Tian sudah terlebih dahulu menggerakkan tangannya menotok kearah pembuluh darah di leher Xiao Li.
Sungguh sangat berbahaya totokan ini, pembuluh darah yang diincar Lin Tian adalah titik terlemah dan paling berbahaya dalam diri manusia. Karena pembuluh darah itu adalah jalur untuk menyalurkan darah dari jantung menuju ke otak, jika totokan Lin Tian tepat mengenai sasaran, maka jalan darah akan berhenti atau yang lebih parah lagi pembuluh itu akan pecah dan orang tersebut akan langsung mati.
Akan tetapi tak mungkin pula Lin Tian melakukan hal itu. Tepat satu inci di depan leher Xiao Li, Lin Tian menghentikan laju tangannya. Hal ini jelas membuat Xiao Li berdiri kaku dan mengeluarkan keringat dingin.
"C-c-cepat sekali." Gumamnya dalam hati yang terkejut melihat serangan kilat milik Lin Tian.
"H-hebat....." Batin Xiao Mei dan Xiao Lian.
Sedangkan untuk seorang pria yang sedari tadi melihat dari kejauhan hanya mampu berdiri bengong melihat peristiwa barusan.
"Bagaimana? Apa anda sekarang sudah percaya sepenuhnya padaku?" Akhirnya Lin Tian bertanya setelah menurunkan tangannya.
"Ya ya, aku percaya, sangat percaya!! Tak kusangka kalau kau ternyata akan sehebat ini. Kalau begitu, tolong bimbing putriku Lin Tian." Jawabnya yang masih sedikit gugup mengingat kejadian tersebut.
Lin Tian hanya menganggukkan kepala tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Ayah, kau tadi menyerang Lin Tian dengan cara seperti itu, apa ayah sudah tak punya rasa malu!?" Tiba-tiba Xiao Lian bertanya dengan muka cemberut.
"Eh, eee.....bukan begitu putriku, aku memang menyerang Lin Tian secara tiba-tiba karena aku yakin dia pasti bisa menghindarinya. Dan ternyata benar bukan? dia berhasil menghindar dengan sempurna. Aku melakukannya bukan karena ingin mencelakakan Lin Tian, tetapi karena aku ini terlalu percaya kepada Lin Tian sampai lupa diri." Jawab Xiao Li tenang dengan memasang sikap sok gagah dan berwibawa untuk menutupi rasa malunya. Memang ketika anaknya bertanya demikian, dia merasa wajahnya seperti ditampar oleh perkataan gadis itu.
"Hmmph!!" Xiao Lian hanya mendengus mendengar perkataan ayahnya.
"Hihi...baiklah Lin Tian, apa kau bisa memulai latihannya sekarang?" Xiao Mei bertamya sambil terkekeh geli melihat pertengkaran ayah anak itu.
"Tentu saja Nyonya."
"Baiklah, kalau begitu mohon bantuannya Lin Tian." Ucap Xiao Mei sambil menjura memberi hormat diikuti oleh suaminya.
Melihat hal itu, Lin Tian juga ikut menjura untuk memberi hormat pula.
*******
"Baiklah Nona, sekarang aku ingin lihat ilmu pedang dan ilmu silatmu yang kau gunakan agar aku bisa mengetahui dimana celah dan kekuarangannya." Ucap Lin Tian langsung keintinya setelah Xiao Mei dan Xiao Li pergi meninggalkan mereka.
Xiao Lian menganggukkan kepalanya dan tanpa diperintah dua kali, gadis ini langsung memainkan ilmu silat turunan keluarganya yang bernama 'Ilmu Silat Dewi Kahyangan'. Seperti namanya, ilmu ini diciptakan memang untuk seorang pendekar wanita karena gerakan-gerakan dalam ilmu silat ini sangat indah dan lebih pantas disebut sebagai tarian.
Akan tetapi ketika Xiao Lian memainkan ilmu silat ini, masih banyak sekali celah dan gerakan-gerakan yang tidak perlu. Hal ini mampu disadari oleh Lin Tian dalam sekali lihat entah karena pemuda itu yang terlalu teliti atau memang permainan Xiao Lian yang terlalu buruk.
Selang beberapa menit, selesailah Xiao Lian mainkan semua jurus yang ada di dalam Ilmu Silat Dewi Kahyangan. Kemudian gadis ini lalu mencabut pedangnya dan menunjukkan kepandaian berpedang yang juga berasal dari warisan keluarga kepada Lin Tian.
Ilmu pedang ini bernama 'Pedang Pemotong Sukma'. Gerakkan dari ilmu pedang ini sejatinya dangat luar biasa dan berbahaya karena dimainkan dengan pengerahan tenaga dalam sepenuhnya. Akan tetapi sama seperti sebelumnya, Xiao Lian masih memiliki banyak celah dan kekurangan disetiap gerakannya.
"Cukup!" Teriak Lin Tian yang langsung menghentikan gerakan Xiao Lian.
Nafas Xiao Lian sudah mulai putus-putus dan bajunya tampak basah oleh keringat. Jika begini saja sudah kelelahan, apalagi dalam pertarungan, sudah pasti Nona ini akan mati begitulah pikir Lin Tian.
"Hah...Nona, baik ilmu silat maupun ilmu pedangmu keduanya masih sama-sama mentah. Jika kau sedang berada dalam pertarungan sesungguhnya dan memainkan ilmu silatmu dengan cara seperti itu, akan ada dua kemungkinan, yang pertama kau akan mati dan yang kedua kau tak akan mati tetapi akan jadi bahan tertawaan musuhmu." Jelas Lin Tian tanpa menyembunyikan apapun.
"Hah...hah...lalu....apa yang harus kulakukan? Dan apa yang masih kurang dari ilmu silatku?"
"Begini Nona...."
Kemudian Lin Tian menjelaskan secara detail tentang semua kesalahan dan kekuarangan yang dilakukan oleh Xiao Lian sebelumnya. Juga, Lin Tian memberi sedikit saran agar ilmu silat dan ilmu pedang gadis itu menjadi lebih sempurna lagi.
Semua itu mereka jalani bersama hingga tak terasa sudah lima hari Lin Tian berada di kediaman Xiao dan menjadi pembimbing Xiao Lian.
*******
"Trang-trang."
"Bagus!! tingkatkan lagi tenagamu!!"
Pagi itu terlihat seorang pemuda dan pemudi yang sedang mengadu pedangnya di pelataran belakang rumah kediaman pemimpin keluarga Xiao. Mereka bukan lain adalah Lin Tian dan Xiao Mei.
Hari ini genap sudah tujuh hari Lin Tian berada di kediaman Xiao untuk melatih putri pemimpin keluarga itu. Sebenarnya Lin Tian merasa sungkan kepada Xiao Li dan Xiao Mei, dirinya merasa telah banyak merepotkan keluarga Xiao selama ia tinggal di kediaman ini. Sebenarnya Lin Tian sudah berniat untuk pergi dua hari lalu, akan tetapi Xiao Niu malah menangis dan menyeret-nyeret Lin Tian untuk menagih janjinya yang akan tinggal di sana selama satu minggu, akhirnya mau tidak mau pemuda ini menuruti keinginan gadis cilik itu yang cerewetnya bukan main.
Dan pagi ini, Lin Tian seperti biasa sedang melatih Xiao Lian untuk membantu gadis itu menyempurnakan ilmu silatnya.
"Hiaaattt....!!!"
Xiao Lian berteriak panjang sambil membabatkan pedangnya kearah tulang rusuk sebelah kiri Lin Tian, tetapi dengan mudah pemuda itu mampu menghindari serangan tersebut dengan cara berjongkok dan malah mengirim serangan balasan dengan tangan kirinya yang ia arahkan ke perut Xiao Lian.
Melihat hal itu, Xiao Lian langsung meloncat kebelakang menghindari serangan Lin Tian, dia tidak berani untuk memapaki tangan pemuda itu secara langsung karena menurutnya terlalu beresiko.
Baru saja Xiao Lian menginjakkan kakinya di atas tanah, Lin Tian sudah menerjang kedepan dengan pedangnya yang menusuk mengarah ulu hati.
Xiao Lian tak tinggal diam, cepat ia gerakkan pedangnya untuk menangkis sembari kaki kirinya mundur sedikit kebelakang.
"Traaangg!!" Bunga api berterbangan tatkala kedua bilah pedang itu bertemu. Xiao Lian tak menyia-nyiakan kesempatan ini, gadis ini lalu menggerakkan kaki kiri yang tadi sengaja ia pindah kedudukannya kebelakang untuk menendang lengan kanan Lin Tian.
"Buuukkk!!"
Terdengar suara keras ketika kaki itu menyentuh lengan Lin Tian, akan tetapi pemuda ini sama sekali tidak merasakan sakit karena dia sudah mengalirkan tenaga dalam untuk melindungi lengannya.
"Hah...hah....kau sungguh hebat Lin Tian." Ucap Xiao Lian kagum sambil mengatur nafasnya.
"Kau juga Nona, walaupun ilmu silatmu masih terbilang belum cukup lihai, akan tetapi ini masih lebih baik daripada beberapa hari lalu. Kau hanya perlu terus tekun berlatih untuk mematangkan teknik-teknikmu."
Xiao Lian hanya mengangguk mendengar nasihat Lin Tian.
"Oh iya, bukankah nanti malam akan ada pertemuan antar keluarga penguasa?" Ujar Lin Tian.
"Iya, kau benar." Balas Xiao Lian yang tiba-tiba raut wajahnya menjadi serius.
"Semoga dengan pertemuan nanti malam, semua masalah ini akan segera terselesaikan." Lanjutnya.
"Ya...kau benar." Lin Tian berkata sambil menatap langit biru pagi hari.
Memang hari ini adalah hari yang akan menjadi penentu nasib keluarga Xiao. Karena keenam keluarga penguasa termasuk keluarga Xiao akan mengadakan sebuah pertemuan rahasia untuk mengungkap keganjilan pasca pertemuan di keluarga Hu beberapa hari lalu.
Setelah Xiao Li mengirim surat pemberitahuannya ke masing-masing keluarga, mereka langsung menjawab pesan tersebut dan berkata akan langsung berangkat menuju kediaman keluarga Xiao. Semua ini dilakukan agar mereka dapat menentukan langkah terbaik yang bisa diambil untuk menghadapi keluarga Hu.
"Setelah ini, semuanya akan menjadi jelas...." Batin Lin Tian dan Xiao Lian berbaring.
|•BERSAMBUNG•|