Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidden baby 8
Vie memijat kepalanya yang terasa sedikit pusing. Kurang tidur dan kelelahan selama beberapa hari serta harus mengurus Arga membuat daya tubuhnya sedikit menurun.
Perutnya sedari tadi bergejolak merasa mual. Tak kuat menahan akhirnya Vie memutuskan untuk ke toilet sebentar. Di dalam toilet Vie mengeluarkan cairan bening. Tak ada yang keluar lagi dan saat itu Vie baru menyadari bahwa dirinya belum sarapan.
Vie berjalan ke pantry untuk menyeduh kopi tapi gerakannya ditahan oleh seseorang.
"Gak baik perempuan kebanyakan minum kopi. Udah tau punya penyakit maag masih aja tiap hari minum kopi."
Vie mencebik kesal. Ini semua juga karena ulahmu.
"Kamu kenapa? Wajahmu kok pucat gitu? Kamu sakit?" cecar Dirga.
"Aku gak papa."
Vie mengurungkan niatnya untuk menyeduh kopi dan memilih mengambil air hangat. Dirga mengekori Vie hingga ke meja kerjanya. Dari dekat Dirga bisa melihat dengan jelas kantung mata yang terlihat jelas. Itu menandakan bahwa Vie kurang tidur.
Secuil hatinya merasa sedikit kasihan dengan apa yang sudah ia lakukan kepada Vie. Dirga hanya ingin mengerjai Vie saja, sebenarnya bahan untuk proyek Senin besok sudah beres. Entah mengapa Dirga tidak suka jika Vie menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya.
Dering ponsel Dirga berbunyi. Matanya sekilas melirik Vie yang tengah fokus pada komputernya.
"Iya Ma, Dirga pulang." Dirga segera menutup ponselnya lalu menghampiri Vie
Dirga berdehem. "Hmm … ternyata aku ada jadwal meeting dadakan jadi tidak bisa mengawasi mu. Kamu pulang saja kerjakan di rumah. Ingat kerja bukan main-main!" tekan Dirga.
Vie menatap Dirga dengan tatapan tajam. Mendengar penuturan Dirga membuat hatinya dongkol. Jika bisa dikerjakan dari rumah mengapa tidak bilang sedari tadi, kan dirinya tak perlu merepotkan Max hari ini.
"Kamu bener-bener ya, Ga! Kenapa gak bilang dari tadi kalau bisa kerja dari rumah. Kamu bikin orang repot aja." Vie membereskan file-file yang diberikan Dirga tadi kemudian berlalu meninggalkan Dirga yang masih menatap kepergian Vie.
*
*
*
Mobil Dirga sudah berhenti di depan pekarangan yang sangat luas. Ia pun segera mencari ibunya yang menyuruhnya pulang. Padahal Dirga masih ingin di kantor bersama dengan Vie.
"Nah, tuh anaknya Max." Mama Dirga menunjuk ke arah pintu saat Dirga masuk.
"Max," sapa Dirga.
Max dan Dirga saling beradu tos sebelum berpelukkan. Namun, Dirga memicingkan matanya saat melihat bocah yang begitu familiar baginya.
"Bocah ini anakmu, Max?" tanya Dirga cepat.
Max segera melihat Arga yang tengah memainkan Dino di sofa tak kalah terkejut saat melihat Dirga berada di hadapannya.
"Bukan, dia anak sahabatnya kekasihku," ucap Max.
"Om Bos," ucap Dirga.
"Arga kenal sama om ini?" tanya mama Dirga.
Arga menggeleng. "Tidak Oma. Cuma tau kalau dia itu bos-nya bunda. Dia Galang, Oma. Malah-malahin bundanya Alga," oceh Arga.
Mama Dirga dan Max saling berpandangan. "Bener itu, Ga?" tanya mama Dirga.
Dirga merebahkan tubuhnya di sofa. Dia kira ada hal penting apa sehingga mamanya menyuruhnya pulang. Ternyata hanya untuk menemui Max. Lain kali juga bisa. Hancur harapan Dirga bisa bersama Vie untuk hari ini. Ditambah lagi ternyata anaknya Vie disini. Berarti Vie sedang berduaan dengan suaminya dong?
Dirga meremas kasar rambutnya. "Arrrghh."
"Kamu ini kenapa sih, Ga? Di tanya bukannya di jawab malah kayak orang kesurupan," oceh mamanya.
"Lagian ngapain sih mama nyuruh aku pulang segala hanya untuk menemui Max. Lain kali kan bisa ketemuan," gerutu Dirga.
"Kamu tuh ya, baru pulang dari luar negeri bukannya menyapa saudara malah langsung gila kerja. Lagian ini kan weekend, ngapain kamu di kantor?" Mama Dirga tak kalah emosinya dari Dirga.
Max yang melihat Dirga seperti sedang frustasi berkata, "Kamu kenapa? Ada masalah? Jangan-jangan kamu bilangnya di kantor tapi ternyata lagi di hotel."
Mata mama Dirga langsung membulat. Seakan lupa jika saat ini ada anak balita yang tengah berada disisinya.
"Apa? Kamu jangan macam-macam ya, Ga! Mama aduin papa biar ditarik jabatanmu sekarang juga!"
Dirga membuang kasar nafasnya. "Kamu kalau bicara jangan ngasal napa, Max. Tuh lihat ibu negara jadi salah paham," protes Dirga.
Kedatangan Max bukan tanpa tujuan. Saat ia mendengar bahwa Dirga telah kembali dan telah menggantikan posisi papanya, Max berniat untuk melakukan kerja sama antara perusahaan. Max mengira bahwa weekend seperti ini Dirga berada di rumah, tak tahunya ia di kantor.
Saat ini mama Dirga tengah menyiapkan makan siang di bantu para pelayan di rumahnya. Max sibuk melakukan video call bersama kekasihnya, sedangkan Arga dan Dirga masih stay di ruang tengah sambil menonton acara kartun kesukaan Arga.
Jika dilihat-lihat lebih jelas, sekilas Arga mirip dengan Dirga tetapi hanya sekilas saja.
"Kamu gak mau pulang?" tanya Dirga tiba-tiba.
Arga masih fokus pada layar televisi yang menyala. "Tidak, Om. Lagian bunda lagi kelja."
"Tapi kan ada ayah kamu di rumah yang bisa jagain kamu. Ayah kamu sakit ya, makanya gak bisa jagain kamu?"
Lagi-lagi Arga menggeleng kepalanya. "Tidak, Om. Ayah Alga juga kelja, tapi keljanya jauh jadi gak pulang-pulang. Om, bos tau gak dimana ayah Alga kelja. Alga pengen ketemu sama ayah Alga, Om." Kini wajah yang tadi datar berubah sendu. Raut wajah sedih dapat Dirga tangkap. Apakah Arga sangat merindukan sosok ayahnya. Sebenarnya apa yang sedang Vie tutupi dari sang anak. Tidak mungkin jika Vie telah bercerai.
"Mana Om tahu. Tapi kamu tahu nama ayah kamu siapa? Nanti Om bantuin kamu biar bisa ketemu sama ayah kamu."
Arga menggeleng pelan. "Tidak tau, Om. Bunda tidak pernah bercelita seperti ayah Alga. Apa ayah Alga udah meninggal ya? Kata temen Alga kalau ayahnya gak pulang-pulang, belalti udah meninggal," celoteh Arga dengan polos.
Dirga membuang nafas beratnya. Dirinya harus segera mempertanyakan dimana ayah Arga berada. Jujur dalam relung hatinya Dirga juga ikut merasa sedih saat Arga mengatakan merindukan sosok ayah dalam hidupnya. Tetapi jika apa yang dikatakan Arga bener, ayahnya meninggal maka ini adalah kesempatan emas untuk Dirga untuk bisa menikahi perempuan yang masih mengunci hatinya.
*
*
*
Dirga dan Arga sudah terlihat sangat akrab. Jika biasanya Arga akan susah untuk beradaptasi dengan orang asing, maka kali ini hanya hitungan jam saja Arga sudah sangat akrab dengan Dirga.
"Max, kamu pulang aja. Nanti Arga aku yang mengantarnya pulang."
Max mengernyit heran. "Memangnya kamu tahu dia tinggal dimana?"
"Kamu meragukan seorang Dirgantara Wiraguna?"
Max menggeleng pelan. "Baiklah, awas ya jika sampai Arga kenapa-kenapa. Bisa-bisa aku langsung digantung sama ibunya."
Setelah Max berlalu, tinggal Dirga dan mamanya yang berada di rumah itu karena sang ayah yang sedang melakukan perjalanan bisnis keluar kota.
Mama Dirga bahagia dengan kedatangan Arga yang dianggap versi Dirga kecil. Melihat potongan Arga, mama Dirga menjadi teringat akan Dirga saat seusia Arga.
"Arga bobok siang dulu ya, nanti baru om Dirga antar pulang," bujuk mama Dirga.
"Iya Oma. Tapi …. " Arga celingukan mencari keberadaan Dirga.
"Kenapa, sayang?"
"Alga mau bobok sama om Bos, Oma. Bial Alga bisa melasakan bobok sama ayah Alga."
Mama Dirga terdiam sejenak. "Memangnya ayah Arga kemana, sayang?"
"Ayah Alga kelja jauh, Oma. Gak pelnah pulang, Alga lindu," celoteh Arga dengan polos, membuat jiwa keibuan mamanya Dirga terkoyak. Kasihan sekali anak seusia Arga harus kehilangan sosok ayah yang sangat dirindukan.
"Baiklah, Oma panggil om Dirga dulu ya."
🌼 Bersambung 🌼
Bantu dukung novel baru Teh ijo dong. 🙏
Taburi hadiah, Vote dan like syukur-syukur kalian beri komentar 😊