Hitam tak selamanya buruk dan kotor, putih tak selamanya bersih dan suci. Hidup seorang diri membuat Letnan Rilanggana menjadi pribadi yang keras, dingin dan tidak mudah di taklukkan. Banyak yang tidak paham atau mengerti akan jalan pikir serta 'caranya bekerja'.
Berawal dari pertemuan pertama yang tak terduga, dirinya bertemu dengan adik kesayangan seniornya yang membuatnya kesal. Namun menang taruhan dengan rekannya membuat takdirnya harus mendekati gadis itu kembali.
Niatnya yang hanya bermain-main akhirnya menimbulkan perkara dan harus berhadapan langsung dengan seniornya tersebut. Hingga waktu berganti, kisah masa lalu di antara mereka membuat prahara.
KONFLIK, silakan SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Panggung.
"Tunggu, dek..!!" Bang Bayu menghalangi langkah Lira di depan pelataran kampus.
"Ada apa, Om??" Lira sampai menghentikan langkahnya karena Bang Bayu memanggilnya.
"Kamu ada rasa dengan saya atau tidak??" Tanya Bang Bayu terus terang.
Jujur sebenarnya pertanyaan tersebut tidak salah. Hanya saja Lira kurang menyukainya sebab dirinya merasa tidak menjadi prioritas utama dalam hidup Bang Bayu.
Merasa terabaikan, hati Lira pun tersayat. Haruskah seorang wanita mengungkapkan isi hatinya lebih dulu. Dimanakah perjuangan seorang laki-laki jika benar laki-laki tersebut benar-benar membuka hati pada seorang wanita.
Menarik nafas panjang dan dalam, Lira pun menguatkan hatinya. "Nggak."
"Lalu siapa sebenarnya yang kamu suka??" Seketika itu juga perasaan serasa pedih terluka.
"Kalau Lira suka Om Rilo, bagaimana??" Jawab Lira kemudian meninggalkan Bang Bayu yang masih terpaku seorang diri.
"Sejak kapan kamu dekat dengan Rilo???" Tanya Bang Bayu antara percaya dan tidak dengan pernyataan Lira.
"Sejak ada pria yang berani melamar Lira tanpa rasa ragu."
Bang Bayu pun akhirnya terdiam, pria itu hanya bisa mengepalkan jemarinya sembari membuang nafas berat.
Tak ada yang menyangka jauh di seberang sana ada sepasang mata memantau. Dadanya terasa penuh sesak. Ia menyandarkan keningnya pada kemudi mobil sembari mengatur nafasnya yang terasa begitu sesak.
'Aku tidak paham, kenapa bisa sesakit ini melihatmu bersama Bayu, hatiku terasa patah. Dalam lubuk hatiku penuh dengan nama Rasya namun aku tak bisa bohong, kamu pun menggoyahkan imanku. Sungguh aku takut menyakitimu jika aku salah mengartikan perasaanku.'
...
Bang Rilo memercing merasakan ngilu pada tubuhnya di atap rooftop mess perwira. Tempat favoritnya kala sedang ingin sendiri. Terpental beberapa meter jauhnya juga membuat tulangnya ngilu, lengannya pun memar.
"Allahu Akbar, sampai meriang begini badanku." Gumam Bang Rilo menahan rasa sakitnya.
"Ril.. ke rumah sakit aja yuk..!!" Ajak Bang Yusril melihat wajah sahabatnya begitu pucat.
"Alaaah.. apa sih Yus. Sudah ada obat juga dari Lira." Jawab Bang Rilo kemudian memejamkan matanya.
"Ke rumah sakit saja, aku antar..!! Siapa tau ada luka dalam yang kamu tidak tau." Saran Bang Bayu yang saat itu baru kembali entah darimana.
"Nggak usah." Jawab Bang Rilo.
"Besok ada HUT Istri prajurit lho Ril, acara padat sekali. Kalau memang tidak kuat, lebih baik kamu ijin saja..!!" Kata Bang Bayu.
"Aku kuat, Bay. Kalian tinggalkan saja aku sendiri..!!" Pinta Bang Rilo dengan suara rendah.
Bang Yusril pun menarik tangan Bang Bayu agar sahabatnya itu bisa memiliki keleluasaan untuk berpikir jernih dan menenangkan diri pasalnya belakangan ini Bang Rilo nampak seperti menahan beban pikirannya sendiri.
***
Letnan Rilo sudah siap dengan pakaian PDU 4 nya memasuki gedung pertemuan dengan langkah tegap penuh wibawa meskipun sebenarnya ada rasa sakit yang di tahannya.
Menyusul di belakangnya, Letnan Bayu dengan kilas senyumnya kemudian menyamai langkah Letnan Rilo.
Tak berapa lama beberapa orang anggota mengiring langkah seorang gadis yang ikut masuk ke dalam gedung.
Kedua Letnan yang terkejut tak bisa melepaskan pandangan matanya namun jelas biji mata siapa yang seakan nyaris melompat dari bingkainya.
Para ibu-ibu memberi tepuk tangan meriah pada Lira. Sungguh saat itu Bang Ribas begitu kesal tapi adiknya itu ingin sekali ikut memeriahkan acara tersebut. Adiknya mengisi acara bersama Anriya.
...
Satu persatu acara berjalan dengan lancar. Dari kejauhan Bang Ribas bisa melihat tatap mata Letnan Rilo yang tidak biasa sekaligus tatap sendu Letnan Bayu.
Sebagai pria yang lebih dulu menghadapi asam garam kehidupan, sedikit banyak Bang Bang Ribas bisa menerka yang terjadi.
Lira yang berani dan penuh percaya diri
akhirnya memeriahkan acara puncak dan menyanyikan lagu. Awalnya hanya para ibu-ibu saja yang maju dan berjoged namun kemudian ibu wadanyon meminta pada Ibu Niken Ribas untuk berjoged bersama lagi.
Merasa sudah lelah karena kandungannya mulai besar, Bang Ribas pun meminta istrinya itu untuk duduk.
"Duduk, dek..!! Jangan sampai pingsan gara-gara joged." Kata Bang Ribas sambil mengarahkan Mbak Niken untuk duduk.
Melihat Mbak Niken kepayahan, Bang Ribas ikut duduk bersama istrinya.
"Perwiranya mana?? Ajak anggotamu untuk joged bersama. Bu Danyon sudah tidak kuat, kalian saja mewakili saya..!!" Ujar Bang Ribas.
Akhirnya, para perwira yang telah berkeluarga langsung mendatangi istrinya masing-masing. Sedangkan yang masih lajang seperti Bang Rilo, Bang Bayu, Bang Yusril dan lainnya harus menikmati kesendirian mereka disana.
~
Para prajurit ikut hanyut dan 'turun gunung' saat Danyon memberikan acara hiburan. Saat itu Bang Rilo asyik sendiri bersama Bang Bayu tapi kemudian Lira datang dan menggoda keduanya.
Siapa yang tidak akan tergoda melihat lekuk tubuh menggeliat di depan mata. 'Sensor pria' Bang Rilo dan Bang Bayu pun aktif, mereka tersenyum nakal kemudian balas meladeni Lira tapi disaat Lira menggoyang pinggulnya, Bang Rilo pun menghindar karena tau Bang Bayu sedang berusaha mendekati Lira.
Namun saat Lira beralih ke tengah anggota remaja. Bang Rilo mulai merasakan 'panas' apalagi status Lira yang belum bersuami membuat para anggota menjadi berani 'bertingkah'. Melihat situasi yang tidak menyenangkan, Bang Rilo pun melangkah maju dan meladeni Lira.
"Ayo goyaaang.. Abaaang..!!" Kata Lira menghampiri Bang Rilo untuk memanasi suasana. Ia maju ke dekat anak tangga dan meliuk kan punggung lalu menggoyang pa**at hingga ke bawah.
Denyut jantung Bang Rilo berdesir kencang, ia hanya bisa menggigit bibirnya hingga rasanya keringat dingin.
"Jangan begitu, dek..!! Sumpah demi Allah Abang nggak suka." Bisik Bang Rilo karena sudah banyak mata melihat Lira.
"Suka atau nggak suka, Abaaaang. Masa yang begini nggak suka." Balas Lira dengan nakal.
Bang Ribas sudah hendak bereaksi namun ternyata Mbak Niken merasa tidak nyaman pada perutnya. Beliau pun akhirnya terfokus pada Mbak Niken.
Paham situasi semakin 'huru hara', Bang Bayu memilih 'menggoda' Anriya bersama para anggota lain tapi sudah jelas Letnan Bayu nampak lebih dominan.
Di dekat anak tangga, dada Bang Rilo semakin mendidih. Suara Lira yang indah mengalun dengan musik koplo yang energik membuat suasana begitu meriah.
"Cukup, dek.. cukuuupp..!!" Kesal dengan ulah Lira, Bang Rilo mengambil dompetnya lalu mengeluarkan seluruh isinya. "Jangan kemana-mana lagi, kamu boleh goyang hanya di depan saya..!! Saya yang nyawer..!!" Nada suara Bang Rilo kini semakin meninggi tapi Bang Rilo tetap mengimbangi goyangan Lira disana sini agar bisa menutupi setiap lekuk tubuh Lira dari para mata pria lain.
"Memangnya kenapa, Abangkuuu??????" Lira pun tidak peka dengan suasana. Ia menyambar lembar demi lembar uang berwarna biru dan merah yang di kibaskan Bang Rilo.
"Berani kamu bertingkah.. kamu yang saya goyang..!!" Ujar Bang Rilo semakin geregetan.
"Hehehe.. di goyang dimana, Abang????"
"Astaghfirullah hal adzim, Liraaaa.." Mental Bang Rilo rasanya sudah naik turun. Matanya terus menatap tingkah Lira tanpa berkedip. Entah berapa banyak lembaran uang yang sudah berada di tangan gadis kesayangan Danyon.
"Om Danton capek goyang ya??" Ledek Lira.
"Lira, apa kamu tidak mau jadi Nyonya Rilanggana. Nanti Om ajari goyang setiap hari..!!" Kata Bang Rilo rasanya sudah hampir gila melihat Lira terus menguji ketahanan imannya.
"Itu ada Danyon. Lamar saja kalau berani..!!" Tantang Lira tak peduli dan kembali menyambung lagu yang di dendangkan Anriya.
"Aseemm tenan kowe, dek..!!" Merasa tertantang, Bang Rilo menyambar mic di tangan Lira.
"Mohon ijin.. Danyon, senior dan rekan sekalian. Kami Letnan satu Arung Rilanggana mohon ijin meminang Diajeng Aura Liring R. Dinda ayu kesayangan Danyon.
Sontak Danyon yang sedang meneguk air minum langsung menyembur di udara saking kagetnya.
"Apa-apaan Rilo ini?????"
.
.
.
.
apa Lira dan Sitha ga bisa lepas dr Priyadi??
semoga menjadi Keluarga yg samawa yah Bang Rilo dan Bang Bayu😇
bikin penasaran...
lagi rame ini,
ayo lanjuuut kak 💪💪💪♥️♥️♥️