Anaya Devaloka (21), seorang gadis muda yang terpaksa menjadi ibu susu bayi bernama Elnan Kavindra demi melunasi hutang ayah tirinya dan membiayai pengobatan mamanya.
Richard Kavindra (29), seorang CEO muda nan tampan dan terkenal playboy. Ia menyukai gadis seksi yang bertubuh langsing. Namun, ketika ia melihat Naya, semua tipe gadis idealnya seakan tak berlaku sama sekali. Ia terjebak pada pesona ibu susu baby Elnan anaknya.
Akankah Richard mampu meluluhkan hati Naya? dan bisakah Naya tetap teguh pada hatinya tanpa tergoda oleh Richard?
Follow Ig : @yoyotaa_
Dilarang keras untuk menjadikan cerita saya jadi konten!!!!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 - Kau Harus Jadi Milikku
Hari ini adalah hari libur. Biasanya meskipun hari libur Richard akan pergi keluar bersama sahabatnya. Lain hal nya dengan hari ini, ia berada di rumah. Hati kecilnya bilang, ia ingin menghabiskan waktu bersama Elnan dan Naya.
Pagi-pagi sekali Naya sudah membawa Elnan untuk berjemur. Di saat itu, tingkah bayi kecil itu selalu membuatnya gemas. Bagaimana tidak, bayi kecil itu memejamkan matanya agar tidak terkena sinar mentari pagi. Ketika Naya membawanya ke tempat yang teduh, bayi itu membuka matanya.
"Ada-ada saja tingkah mu ini sayang. Silau ya? Hihi. Tapi sinar mentari pagi bagus untuk tubuhmu. Mari kita lakukan lagi."
Lagi dan lagi Elnan melakukan hal yang sama seperti tadi. Richard rupanya sudah berada di dekat taman beberapa waktu lalu. Ia melihat Naya yang berbicara seolah Elnan sudah mengerti ucapannya.
Karena ia tak tahan untuk sekedar melihatnya saja, Richard pun mendekati Naya. Tangan nakalnya menyentuh ke samping tubuh Naya.
"Tuan jauhkan tangan Anda dari tubuh saya. Jika ada yang melihat mereka akan salah paham."
"Tidak mau," tolak Richard.
Tak hanya tangannya saja yang nakal, bibirnya juga demikian. Secepat kilat Richard mencium pipi Naya.
"Kenyal seperti dada mu," bisik Richard di dekat telinga Naya.
Biasanya wanita yang dicium oleh lelaki wajahnya akan bersemu merah karena berdebar. Beda halnya dengan Naya, ia bersemu merah karena marah.
"Tuan apa Anda tidak memiliki pacar?" tanya Naya untuk mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, tapi iya. Jika kau mau menjadi pacarku."
Begitu mudah kalimat itu keluar dari mulut Richard. Sampai-sampai Naya berpikir bahwa Richard memang selalu menggoda wanita. Naya diam saja tidak merespon ucapan Richard.
"Kau adalah wanita teraneh yang aku temui. "
Ucapan Richard membuat Naya sedikit tertarik untuk melihat ke arah Richard. Richard berbicara sambil menatap ke depan.
"Mau tahu alasannya apa?" tanya Richard. Naya diam. Walau sebenarnya ia ingin tahu. Richard terkekeh melihatnya.
"Aku anggap kau ingin tahu. Kau wanita yang tidak terpesona oleh ketampanan ku. Kau juga tidak mencoba menarik perhatianku ketika aku sedang berada di dekatmu. Apalagi kau juga sudah tahu seberapa besar rumahku dan kayanya aku. Biasanya wanita lain, akan memanfaatkan itu.Tapi kau tidak melakukannya. Benar-benar wanita aneh. Justru malah aku yang terpesona padamu. Terpesona pada dada mu, bibirmu yang seolah minta dicium, dan raut wajahmu yang kesal, aku selalu menyukainya."
Awalnya disanjung setinggi langit, kemudian dihempaskan dengan kata-kata yang membuat Naya kesal.
Bisa-bisanya dia dengan mudah mengatakan hal se-vulgar itu. Terbuat dari apa mulutnya?
"Hahaha." Richard tertawa saat melihat Naya mengerucutkan bibirnya. Kepalanya semakin mendekat ke Naya.
Cup
Bibir Richard mendarat tepat di landasan pacunya. Kali ini bukan hanya sekedar menempel, Richard mel*mat bibir Naya seenaknya. Namun, sama sekali belum ada perlawanan dari Naya.
Bagaimana mau ada perlawanan, Naya masih dibuat loading dengan apa yang terjadi. Pikirannya kosong. Sampai akhirnya Richard menggigit bibir Naya. Naya tersadar dari diamnya. Ia membuka mulutnya karena merasakan sakit akibat gigitan Richard. Richard dengan mudah mengabsen seluruh isi dari mulut Naya.
Richard tersentak, saat Naya mencoba melepaskan hal yang membuat Richard menggila.
Ciuman tersebut akhirnya terlepas, dengan Naya yang kehabisan napas. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Naya. Ingin memaki pun percuma pikirnya. Yang Naya lakukan adalah menjauh dari Richard.
"Aku semakin suka denganmu Nay. Apalagi sikapmu yang seolah menolak padahal mau," ucap Richard sambil memandang Naya yang berjalan masuk ke rumah.
Ciuman kedua yang memabukkan Richard meski tanpa perlawanan. Tanpa sadar Richard menyentuh bibirnya. Bagaikan remaja yang sedang jatuh cinta. Hatinya dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran.
"Kau harus jadi milikku," ucap Richard dengan tegas.
***
Naya membawa Elnan untuk masuk ke kamarnya. Ia menaruh Elnan di box bayinya. Setelah itu, ia duduk di ranjang sambil menaruh kedua tangannya di wajah.
"Bodoh! Kenapa harus terjadi lagi!? Kau harus bisa menghindar Naya! Sebelum dia menguasai seluruh tubuhmu!"
Naya bermonolog pada dirinya sendiri. Hati dan mulut Naya berkata tidak, namun tubuhnya berkata menginginkannya juga. Apalagi jika dihitung, tadi adalah ciuman keduanya dengan l*matan.
"Sebaiknya mulai besok aku harus menjaga jarak dengannya. Jika pun tidak bisa, setidaknya jangan meladeni perkataannya. Aku akan diam saja jika ia mengatakan hal yang tidak berhubungan dengan Elnan. Ya begitu saja."
Apakah hal tersebut akan sesuai dengan keinginan Naya? Jawabannya tentu tidak. Richard mungkin akan semakin agresif jika Naya semakin menolak dirinya. Tidak ada kata menyerah bagi Richard.
***
Berhari-hari telah berlalu, Naya yang teguh pada pendiriannya terus menghindar dari Richard kecuali ketika pembahasan mengenai Elnan. Richard membiarkan hal tersebut karena ia ingin tahu apa lagi yang akan dilakukan gadis yang telah berhasil memikat hatinya itu. Walaupun ia harus menahan dirinya agar tidak menyentuh bagian dari tubuh Naya.
"Kau tau Nay, semakin kau mencoba menjaga jarak, semakin aku bersemangat mengejar mu," ucap Richard yang melihat Naya dari kejauhan.
Sebenarnya bukan tugas Naya untuk membersihkan dapur. Tapi Naya memaksa, jadi Bi Ani hanya menuruti keinginan Naya.
"Persediaan bahan makanan sudah habis. Ini saya sudah mencatat semua bahan yang diperlukan," ucap Nani melaporkan pada Bi Ani.
"Kau pergi belanja saja dan ini uangnya," balas Bi Ani sambil mengeluarkan uang dari saku bajunya.
"Baik Bi."
Naya mendengarkan obrolan tersebut, Naya pun memiliki ide di kepalanya.
"Kak Nani biar aku saja yang belanja. Kakak di rumah saja. Elnan tidak akan bangun dari tidurnya karena ia sudah kenyang menyusu."
"Tapi, nanti jika Tuan Richard marah bagaimana Nay? Tentunya dia tidak akan mengizinkanmu untuk keluar rumah," ucap Nani sambil mengingatkan Naya.
"Dia tidak akan marah kak. Please, sekali aja ya. Aku ingin menikmati udara luar hari ini."
Naya memohon agar Nani mengizinkannya. Nani tahu apa yang dirasakan Naya, tapi ini bukan tugas Naya. Jika ia mengiyakan, tentunya ia harus siap dengan kemarahan Richard.
Sebelum Nani menjawab, Richard sudah mendengar apa yang ingin dilakukan Naya.
"Biarkan Naya belanja."
Suara Richard membuat Bi Ani, Nani dan Naya terkejut. Itu membuat hati Naya senang. Nani memberikan uang dan list barang yang harus di beli pada Naya.
Naya berjalan ke depan dengan senangnya. Akhirnya ia bisa keluar dari rumah. Meskipun hanya beberapa jam saja. Setidaknya ia tidak melihat wajah Richard berseliweran di matanya.
Sebuah mobil sudah siap untuk pergi. Naya masuk ke dalam mobil tersebut. Lalu menutup pintunya.
"Jalan pak," ucap Naya sambil melihat ke arah samping.
Betapa terkejutnya Naya, ketika yang berada di samping adalah Richard, majikannya. Ingin rasanya ia turun dari mobil saat itu juga. Sayangnya, mobil sudah berjalan melewati kediaman rumah itu.
Richard terkekeh pelan melihat ekspresi wajah Naya.
***
Hai semuanya,
Salam hangat dariku ya.
Terima kasih sudah membaca ceritaku sampai di bab ini. Semoga kalian menyukainya.
Jangan lupa berikan like dan vote nya teman-teman.
Kalian bisa juga memberikan dukungan untuk yoyo dengan menonton iklan yang ada di kolom pemberian hadiah.
jangan lupa mampir juga di karyaku ya,🙏🏻
icad icad..