NovelToon NovelToon
THE PRESIDENT'S SEVEN TWINS

THE PRESIDENT'S SEVEN TWINS

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Cintapertama / CEO / One Night Stand / Anak Genius / Anak Kembar / Suami amnesia
Popularitas:4.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Seoramg gadis yang berprofesi Dokter harus menikah dengan seorang pria yang ia tolong.

Dokter Manya Aidila adalah nama gadis itu. Usianya dua puluh enam tahun. Bertugas di sebuah daerah terpencil minim sarana dan prasarana. ia bertugas di sana selama tiga tahun dan sudah menjalankan tugas selama dua tahun setengah.

Suatu hari gadis itu mendengar suara benda terjatuh dari tebing. Ia langsung ke lokasi dan menemukan mobil yang nyaris terbakar.

Ada orang minta tolong dari dalam mobil. Dengan segala kekuatanmya ia pun menolong orang yang ternyata seorang pria bule.

Si pria amnesia. Gadis itu yang merawatnya dan ketua adat desa memintanya untuk menikah dengan pria bernama Jovan itu.

Awalnya biasa saja Hingga kejadian menimpa Manya. Jovan dijebak dan pria itu merenggut kesucian gadis itu.

Hingga tinggal dua bulan lagi Manya selesai masa dinas. Jovan yang sudah ingat akan dirinya pergi begitu saja meninggalkan istrinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MAIN BERSAMA SEVEN A

Hari minggu memang waktunya berkumpul bersama keluarga. Biasanya baik Abraham ataupun Jovan enggan lama-lama di rumah. Bahkan Maira juga lebih sering mengadakan even bakti sosial bersama kalangan sosialita. Namun, semenjak kedatangan Manya dan tujuh anak kembarnya. Semua jadi betah di rumah. Kali ini taman belakang jadi arena bermain semua anak-anak.

"Biarkan mereka bermain tanah dan terjatuh. Agar mereka belajar bagaimana dan seperti apa seharusnya jika tak ingin sakit," titah Manya pada para maid yang berlarian mengejar para bayi aktif itu.

Kadang wanita itu terkekeh sendiri ketika para wanita dewasa bisa kelabakan dengan bayi yang hanya tertatih jika berjalan dan berlari dengan berjinjit atau merangkak.

"Apa kau senang sayang?" sebuah pelukan mesra dirasakan wanita itu.

Manya mendongak, dan kecupan ringan diberikan sang suami di bibir tanpa lipstik itu. Manya tersenyum, matanya kembali mengawasi anak-anak yang sepertinya mengerjai para maid. Padahal ada empat suster yang ikut berjaga dan sangat santai.

"Ya, aku bahagia dan senang melihat tawa anak-anak," jawab wanita itu.

Jovan meletakkan dagunya di bahu sang istri. Ia menghirup wangi vanilla yang begitu ia sukai. Ia mengecupi tengkuk wanita itu hingga Manya geli.

"Hei ... hentikan tingkah mesummu!" peringat Maira lalu duduk di sofa malas, lalu Abraham juga duduk di sisi istrinya. Para maid menyiapkan teh hangat dan kudapan.

"Sudah tinggalkan kami, terima kasih Nana," ujar Maira pada kepala pelayannya.

Nana menunduk dan berjalan mundur tiga langkah sebelum ia berbalik dan melangkah pergi meninggalkan taman.

"Mama ... bihat!" teriak Abimanyu melompati air berputar yang menyirami rumput.

Bayi itu tertawa dan kelakuannya diikuti oleh seluruh saudaranya. Hal itu membuat maid mematikan air itu, lalu menangislah ketujuh bayi.

"Mama huuwaaa!"

"Eh ... jangan dimatikan! Biarkan airnya menyala!" pekik Manya.

"Maaf nyonya, kami tak mau jika baju bayi basah dan mengotori lantai," sahut salah satu maid begitu ketus.

Maira yang mendengar itu begitu marah luar biasa. Ia langsung berdiri dan memanggil kepala pelayan.

"Nana!"

"Saya nyonya," sahut wanita itu sambil berlari dari dalam ruangan.

"Pecat dia!" titah Maira sambil menunjuk maid yang berkata ketus tadi.

"Nyonya apa salah saya?!" teriak maid itu tak terima.

"Nyonya selalu bilang agar tak mengotori lantai, saya hanya memastikan jika ketujuh anak ini tak melakukannya!"

"Kurang ajar!"

Jovan langsung marah. Ia hampir saja mencekik maid itu jika saja Manya tak menahan laju pria itu. Ketujuh anak menangis kencang. Para suster memasukkan mereka ke dalam stroller dan membawanya pergi agar tak melihat kekerasan. Abraham memilih menenangkan cucunya.

"Apa kau tau siapa yang kau bilang anak-anak itu ?!" tekan pria itu marah luar biasa.

Maira juga tak habis pikir dan menatap pada Nana dengan pandangan sejuta pertanyaan.

"Mereka adalah anak-anakku dan kau tak pantas bahkan hanya untuk menyentuhnya saja!" tekan Jovan begitu angkuh.

"Sayang, sudah lah ia tak tau," tenang Manya.

"Nana, apa kau tidak memberitahu perihal tujuh cucuku?" tanya wanita itu pada kepala maid.

Nana menunduk. Wanita itu memang tak menyukai keributan dan kericuhan yang dibuat cucu-cucu majikannya. ia sengaja tak memberitahu para maid. Karena menyangka jika bayi-bayi itu akan segera pulang ke rumahnya dan mansion majikannya kembali tenang.

"Saya ... saya ...."

"Sepertinya kau juga harus aku berhentikan dari pekerjaanmu Nana!" potong Maira tegas.

"Nyonya maafkan saya, tolong jangan pecat saya. Pekerjaan ini sangat penting dalam hidup saya nyonya," ujar Nana langsung bersimpuh pada Maira.

"Mi, sayang ... sudah lah. Tidak apa-apa," ujar Manya lagi.

"Tidak bisa Manya. Mereka harus tau batasan sebagai pekerja di rumah ini. Ketujuh anakmu adalah cucu-cucuku yang berarti adalah tuan dan nona muda mereka!" tekan Maira tegas.

"Kau tenangkan anak-anak sayang, biar ini jadi urusanku dan mami," pinta Jovan pada istrinya.

Manya menatap sang suami. Sebuah perintah yang tak bisa dibantah oleh siapapun.

"Nak, biarkan itu jadi urusan Jovan dan mamimu, sini aku dan para suster tak bisa menenangkan cucu-cucuku," pinta Abraham.

Manya akhirnya pergi dan menenangkan ketujuh anaknya yang menangis. Wanita itu memilih kembali ke kamar dan memandikan mereka karena ketujuh bayinya memang belum mandi setelah sarapan.

"Babies ayo mandi!" seru wanita itu juga memakai baju mandinya.

Manya sudah mengisi bathtub penuh dengan air busa dan bola. Memang kamar mandi itu dibuat sedemikian rupa menyerupai kolam renang mini dan ada seluncurannya. Seketika kejadian tadi dilupakan oleh Bhizar, Abi, Agil, Syah, Alaina, Ailika dan Abraham. Para suster membantu para bayi dan menceburkan mereka ke kolam. Tawa riuh terdengar, Jovan menyerahkan semuanya pada sang ibu.

"Mi, aku malas berurusan dengan mereka. Aku memilih bermain bersama bayi-bayiku," ujar pria itu.

Maira mendengkus kesal. Ia tidak akan memberikan toleransi pada para maid yang tak menghargai cucu-cucunya begitu juga dengan menantunya.

"Aku harap satu jam lagi, kalian sudah tak kulihat di dalam mansion ini!" tekan Manya.

"Praja!" panggil wanita itu.

"Saya nyonya!"

Praja memang selalu siap di manapun berada.

"Urus mereka dan pastikan tak ada barang mereka yang tertinggal. Minta rumah utama meminjamkan beberapa maid untuk menggantikan sementara!" titah wanita itu.

"Baik nyonya!"

Nana berkali-kali memohon pada majikan perempuannya itu. Ia meminta pertimbangan dengan lamanya ia mengabdi di mansion ini.

"Nyonya, saya telah mengabdikan hidup saya selama sepuluh tahun, minta pertimbangannya,"

"Karena itulah aku heran kau tak mengindahkan perintahku Nana. Kau tak mengumumkan jika ketujuh cucuku akan tinggal selamanya di sini!" sahut Manya kecewa.

Nana diam. Tatapan dingin Praja meminta semua maid segera berkemas. Sepuluh maid harus melakukannya jika masih ingin bisa bekerja di tempat lain dan kemarahan Praja naik. Mereka masih sayang nyawa mereka.

Hanya butuh sepuluh menit maid pengganti datang dari rumah utama. Nana harus segera bergegas sebelum ketua para maid memarahinya dan menyeretnya keluar dengan rasa malu luar biasa.

Manya ke kamar di mana cucu kembarnya berada. Wanita itu tertawa melihat kamar mandi yang penuh dengan busa. Maira tak sungkan masuk ke dalam dan membuat dress mahalnya basah.

"Mami, bajumu basah," ujar Jovan yang tengah memangku Abraham dan Alamsyah.

"Tidak apa-apa, kalau perlu mami menyeret papimu bermain di sini," sahut Maira senang.

"Tak perlu menyeretku mi. Aku akan ikut bermain," ujar pria itu lalu masuk dan menggelitik cucu-cucunya hingga tergelak.

Seorang wanita tua dengan seragam khusus mendengar gelak tawa bayi. Ia begitu terkejut.

"Tuan Praja kenapa ada suara bayi, kelihatannya bayi itu banyak?" tanyanya.

"Tentu saja Bibi Wanda, kau tau kan jika Tuan muda Dinata selalu mengatakan dirinya telah menikah?" perempuan dengan rambut penuh uban itu mengangguk.

"Tuan telah menemukannya bersama tujuh bayi yang mirip dengannya," lanjut Praja.

Wanda membola, ia tak percaya, namun anggukan tegas Praja membuat wanita yang telah bekerja sebelum Jovan lahir itu penasaran. Siapa wanita yang berhasil menaklukan gunung es di keluarga ini.

bersambung.

wanita itu bernama Manya, Bi Wanda.

next?

1
Lono Susilo
kocak novelmu thor,, slh judul ini,, harus ny judul perlombaan hamil dn banyak"an anak,, /Drool/
Novie Achadini
pantes leticia bersifat buruk. menyryn dr ibu kandungnya ternyata
Novie Achadini
cadel nya bocil gue gak ngerti. toling terjemahin thor
Ratna Fika Ajah
Luar biasa
Kecombrang
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
yonahaku
iya seperti dugaan oom reece kalau ponakannya semua mirip mama
Karsa Sanjaya
kenapa harus pake rambut padahal tinggal ambil darahnya GK bakal ketahuan ini
Nika Hidayah
Luar biasa
flower
alamsyah dj panggil alam malah bahus
Anonymous
keren
Songgon
Luar biasa
Atoen Bumz Bums
knpa terlalu mepet critanya
kurang ngudeng aku
Lys Amanah
cape thor bacanya bahasa anak 2 dak tahu
Lys Amanah
thor ceritanya kok kecil terus gak besar besar anaknya
Rini Andriani
/Joyful//Joyful//Joyful/
Eka Novariani
ulet bulu ga hilang2 ...
Eka Novariani
duh ini membuat program KB di Indonesia gagal total nih...😂😂
Rini Andriani
lucu bahasa bayi.... di sini aq punya ponakan yg diucapin sama artinya itu jauh banget
Neni marheningsih
thor kenapa ga sadar sih wektu si suster nyebut nama si dokter...ih bikin tegang dan gemes pengin mbecek2
Asmiaty
ya...kebanyakan bhs bayi yg tdj dimengert jadi baca ceritanya loncat2 g seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!