THE PRESIDENT'S SEVEN TWINS
Seorang gadis tengah memacu kuda besinya. jalanan becek akibat hujan yang mengguyur semalaman, membuat jalan penuh dengan kubangan dan licin.
Maklum saja. Jalanan masih lah tanah lempung, belum beraspal. Bahkan penerang jalan bisa dihitung dengan jari.
Malam itu sangat sepi, hanya terdengar suara mesin motor trail milik sang gadis dan suara jangkrik yang bersahutan.
Duar! Brak! Terdengar ledakan dari kejauhan. Percikan api terlihat. Manya Aidila, dua puluh enam tahun menggeber gas menuju lokasi ledakan.
"Semoga tak terjadi apa-apa!" gumamnya.penuh kekhawatiran.
Sebuah mobil mewah tampak ringsek dan berada di posisi terbalik. Bau bensin dan asap memenuhi mobil itu.
"To ... long!"
Manya, atau biasa dipanggil Anya mendengar suara rintihan minta tolong.
Gadis berprofesi dokter itu segera mengambil kain dan membasahinya dengan air. Ia membebat hidungnya agar tak menghisap asap. Pintu mobil sudah rusak. Gadis itu sekuat tenaga membukanya.
Bruk! Ia terjatuh ke tanah. Bajunya langsung kotor penuh dengan tanah basah. Ia melihat sekitar. Ada besi dengan panjang satu meter. Gadis itu mengambil besi itu dan mencoba kembali membuka pintu mobil.
Entah kekuatan dari mana. Manya bisa membuka pintu itu, ia segera melepas sabuk pengaman dan menarik tubuh pria dari dalam mobil yang sudah mulai memercik api.
Dengan sekuat tenaga, Manya menarik tubuh besar dengan darah mengucur dari kepala, lengan, juga tubuh pria itu. Manya segera menariknya dan menjauh dari mobil. Dan tak lama mobil itu meledak seketika.
Keduanya terjerembab di tanah yang becek dengan tubuh pria itu menindih tubuhnya.
"Astaga ... berat!"
Setelah berhasil keluar dari tindihan pria yang sudah tak sadarkan diri. Manya mencari dompet pria itu untuk mengetahui identitasnya.
"Loh kok nggak ada sih?" desisnya tak percaya.
Gadis itu menatap kendaraan yang kini sudah menghitam dilalap api. Ia yakin, semua identitas pria itu ada di dalam mobilnya.
Setelah menenangkan diri. Kini, Manya membopong tubuh besar itu ke atas motornya. Di sini sudah gelap dan tak ada siapa-siapa.
"Ck ... nggak mungkin aku minta penunggu pohon itu!" gumamnya sedikit bergidik dan melirik pohon besar yang berdiri kokoh tak jauh dari sana.
Manya menatap bekas ban dari mobil yang terbakar. Tampak, banyak pohon rusak akibat mobil yang jatuh dari atas jalan besar sana. Memang keberadaan kampung tempat ia tinggal berada di lembah yang cukup terjal.
Manya menghela napas panjang. Ia harus membawa pria ini ke kliniknya untuk segera diobati dan bisa kembali pulang ke keluarganya.
"kasihan, pasti anak dan istrinya menunggu," ujarnya iba.
Manya menaikan pria itu seperti membonceng. Gadis itu harus merelakan tubuhnya tegak dan memegangi dengan sebelah tangan.
Tak lama motor itu melesat menuju kliniknya.
Pagi menjelang. Pria itu belum sadarkan diri. Manya memeriksa luka di kepala pria itu.
"Cukup dalam, untung di sini komplit alat operasinya," ujarnya.
Nyaris seluruh tubuh pria itu diperban dan membuatnya menjadi mumi.
"Tekanan darahnya mulai stabil dan detak jantungnya juga mulai normal. Hanya tinggal suhu tubuh," ujar Manya bermonolog.
Tak lama, klinik itu sudah penuh dengan manusia. Banyak pasien datang dengan berbagai keluhan.
Dokter Manya Aidila. Gadis yang berprofesi sebagai dokter, mengabdikan hidupnya tinggal di tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota. Gadis yatim piatu ini, berotak cerdas, hingga bisa kuliah di universitas kedokteran dengan beasiswa penuh. Setelah lulus, ia memenuhi panggilan untuk mengabdi dengan bayaran langsung tiga tahun. Ia sudah menghabiskan dua setengah tahun, tinggal setengah tahun lagi, ia sudah bebas dinas dan diganti dokter lain.
"Dok, bisa nggak tinggal di sini terus. Kami udah nyaman jika dokter yang memeriksa kami," pinta salah satu warga memohon.
" Iya, Dok. Kami sudah dua puluh lima kali ganti dokter, tapi tak ada yang sesabar dokter," sahut satunya lagi membujuk.
"Maunya sih gitu, tapi kan saya ikut pemerintah, jadi jika saya mesti pergi, perlakukan dokter pendatang untuk betah ya," ujar Manya dengan senyum lebar.
Gadis itu bukan tak tahu tabiat para penduduk desa yang masih percaya klenik. Awal ia datang. Gadis itu cukup kaget dengan ritual dukun untuk menyembuhkan orang sakit.
Sekarang dukun itu malah sering berobat karena sakit menahun tak kunjung sembuh. Para masyarakat pun bubar. Manya sudah selesai dengan penyuluhannya, gadis itu pun melaporkan kejadian semalam kepada ketua desa setempat.
“Jadi, Nak Anya tadi malam menolong seorang pria yang kecelakaan?” Manya mengangguk.
Gadis itu membawa beberapa orang ke kliniknya dan memperlihatkan pria yang masih saja setia memejamkan mata. Kepala desa memasang kacamatanya. Ia mengamati wajah yang banyak luka memar, bertanda betapa hebatnya kecelakaan itu.
“Apa dia tidak apa-apa?” tanyanya.
“Semua sudah normal, pak. Hanya saja peralatan di sini kurang memadai untuk mengecek secara menyeluruh,” jelas gadis itu.
“Di mana lokasi kecelakaannya?” tanya kepala desa lagi.
Manya menjelaskan di mana lokasi itu. Beberapa orang mendatangi tempat kejadian, mereka mengamati tebing tempat di mana bangkai mobil terbalik dan telah menjadi kerangka mesin saja. Beberapa di antaranya mencoba memeriksa apa ada barang yang masih selamat.
“Bener, pak! Di selatan desa ada bangkai mobil terbalik dan habus terbakar. Diperkirakan, pria ini terperosok ke lembah kita sejauh sepuluh meter!” lapor salah satu warga.
Kepala desa tercenung, Ia berpikir jika pria itu begitu beruntung terperosok sejauh itu dan masih selamat.
“Kau beruntung anak muda,” gumamnya.
“Sayang, mobil dinas saya sedang diambil oleh dinas kependudukan, jadi tak bisa mengantar pria ini ke kota,” sesalnya.
“Jadi bagaimana pak?” tanya Manya.
“Uugghh!”
Pria itu bergerak, perlahan mengerjapkan mata. Ia merasakan tubuhnya sakit luar biasa. Matanya mengedar, samar ia melihat beberapa orang berdiri.
“Kau sudah sadar, nak?” tanya kepala desa.
“Aku di mana?” tanya pria itu lemah, kepalanya seperti dihantam oleh palu besar.
“Maaf, saya dokter di sini. Sekarang apa yang anda rasakan?” tanya Manya langsung memeriksa keadaan pria itu.
“Kepala saya seperti dihantam palu, tubuh saya remuk dan sakit semua,” jawab pria itu.
Perlahan, matanya sudah bisa beradaptasi, ia melihat sekelilingnya tampak jauh dari kesan elite. Bahkan pakaian semua orang sangat sederhana, bahkan ada yang seperti ditambal saja. Pria itu juga melihat kondisi tubuhnya yang semua diperban.
“Apa yang terjadi?” tanyanya lemah.
Kepala desa menjelaskan kejadiannya. Pria itu tercenung sesaat, ia berusaha mengingat kembali apa yang terjadi.
“Jadi siapa kamu, nak?’ tanya kepala desa.
“Yang kuingat, aku dipanggil Jovan,” jawabnya. “Selebihnya, aku tak tau siapa diriku.”
Semua menatap dokter cantik yang berdiri di tengah mereka. Manya kembali melakukan pemeriksaan. Ia pun menggeleng lemah. Asumsinya cuma satu.
“Tuan ini mengalami amnesia,” jelasnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Anonymous
keren
2024-10-18
0
Anonymous
7
2024-09-25
0
sakura
...
2024-08-29
0