Sheva harus memenuhi janji keluarganya dengan cara menerima perjodohan antara dua keluarga,sebagai pembalasan hutang pada masa lalu karena telah membantu membangkitkan perusahaan keluarganya yang hampir bangkrut. Di usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun itu ia harus menerima di jodohkan dengan laki-laki yang dulu pernah ia kenal sebagai teman masa lalunya. Meski begitu karena sempat tidak bertemu selama lima tahun,sikap dan penampilan keduanya berubah drastis. Padahal di sisi lain Sheva telah memiliki seorang kekasih dan keduanya telah menjalin hubungan kurang lebih tiga tahun ini.
Akankah Sheva bisa memenuhi permintaan keluarganya itu?
Atau ia harus membuat keluarganya mengerti bahwa dirinya mempunyai pilihan lain untuk masa depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rindu Setia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 20
Di perjalanan Sheva berkali-kali membuka tutup pesannya kepada Marcell,sampai sekarang ia masih belum membuka blokirnya.
"Jadi kapan kamu akan bilang ke mami sama papi untuk membatalkan perjodohan ini?" tanya Sheva tiba-tiba
"Kita lihat nanti ya,tapi kamu jangan khawatir secepatnya aku akan bilang ke mereka"
"Okey"
"Aku boleh tanya sama kamu?"
"Tanya apa?"
"Tadi kamu ke kampus mau ngapain?"
"Tadinya aku mau jelasin ke kak Cello karena semalam dia memintaku datang tapi aku gak bisa,namun sepertinya dia marah"
"Kak Cello???"
"Iya,itu panggilan sayang aku ke Mr.Marcell"
"Kamu pasti cinta sekali ya sama dia?"
"Di bilang gitu sih iya,aku sayang sama dia karena selain dia begitu perhatian sama aku dia juga bisa menjadi orang yang membuatku nyaman"
"Bahkan jika setelah ini orang tua kamu tidak menyetujui hubungan kalian,kamu mau bagaimana?"
"Aku akan berusaha untuk tetap memilih kak Cello,karena mami sama papi nggak pernah tahu apa yang aku suka dan tidak. Sejak kehadiran kak Cello aku merasa lebih di perhatikan,dan cuma dia yang tahu semua kemauanku"
Morgan hanya diam setelah mendengar penuturun Sheva tentang Marcell,tak terasa mereka sampai di halaman rumah keluarga Robert,kedua orang tua Sheva terkejut melihat anaknya yang sudah kembali.
"Sheva kamu dari mana saja sih?" tanya nyonya Lista yang khawatir
"Tadi Sheva ke kampus tante,dia mau ketemu sama Morgan" jawab Morgan sebagai alibi
"Oh astaga,kamu bikin mami khawatir Va. Kenapa nggak bilang kalau mau ketemu nak Morgan? mami sama papi kan bisa anterin"
"Tante,om karena Sheva sudah di rumah kalau begitu Morgan pamit dulu ya"
"Kamu nggak mau mampir dulu??" tanya tuan Robert
"Nggak usah om,Morgan langsung saja"
"Ya sudah kalau begitu,kamu hati-hati ya"
Morgan pergi menuju rumahnya,di dalam mobil ia seperti merasa ada yang menyayat perasaannya. Baru kali ini ia merasa begitu kesakitan saat orang yang mulai ia sayangi mengatakan perasaannya namun bukan untuk dirinya. Morgan sudah tahu sejak masih duduk di bangku S1 kalau dirinya ke depan akan di jodohkan dengan Sheva. Sering ia mencari tahu tentang Sheva di sosial medianya,namun ia tidak berani menyapanya terlebih dahulu sampai pertemuan waktu itu.
Malam harinya setelah makan malam Sheva ijin pamit keluar,namun kedua orang tuanya tidak memberinya ijin jika tidak dengan Morgan. Mereka takut jika terjadi apa-apa kepada putrinya dan terulang kembali kejadian Sheva yang pergi ke club. Akhirnya Sheva terpaksa menghubungi Morgan untuk mengantarnya ke apartemen Marcell dan menjelaskan semuanya.
Morgan yang tengah bersantai bersama papanya di ruang keluarga sedikit terkejut karena mendapati panggilan dari Sheva,ia segera izin pergi ke kamarnya untuk menjawab panggilan itu.
"Halo Va,ada apa?"
"Emb kamu lagi ngapain?"
"Gak ngapa-ngapain kok,cuma lagi di kamar aja"
"Aku bisa minta tolong nggak?"
"Minta tolong apa?"
"Aku mau ke apartemen kak Cello buat jelasin semuanya,tapi papi dan mami gak izinkan aku keluar kalau nggak sama kamu. Bisa nggak kamu kesini buat jemput aku?"
"Ohh...."
"Jadi bisa nggak? kok cuma oh doang?"
"Emb iya,aku siap-siap dulu ya. sebentar lagi aku ke sana"
"Okey,aku tunggu ya. Byee"
Morgan menutup ponselnya dan terdiam sesaat,kali ini perasaannya benar-benar sakit mendengar Sheva sebegitu nya berjuang untuk laki-laki breng**k seperti Marcell.
Tak berselang lama Morgan turun dan bersiap mengantarkan Sheva,papa dan mamanya yang berada di depan televisi sedikit bingung kemana anak laki-lakinya pergi malam ini. Karena jarang sekali Morgan keluar malam-malam begini
"Kamu mau kemana Gan?"
"Itu mi mau nganterin Sheva nyari buku"
"Ouh,baguslah kalian memang harus sering-sering menghabiskan waktu bersama"
"Iya Pa,Morgan berangkat dulu ya?"
"Iya hati-hati. Oh ya Gan kamu pakai mobil papa aja biar Sheva lebih nyaman. Papa lupa mau nyuruh pak Tohir buat service mobil kamu"
"Iya pa"
Morgan segera menginjak gas menuju rumah Sheva,beberapa menit kemudian ia sampai di halaman rumahnya.
"Mi,Pi Sheva pergi dulu ya" ucap Sheva kepada kedua orang tuanya yang main piano bersama
"Kan papi sudah bilang,tidak boleh...."
"kecuali sama Morgan kan?" jawab Sheva
"Iya betul" jawab nyonya Lista
"Tuh Morgan Nya sudah di depan"
Robert dan istrinya segera berjalan mengikuti Sheva di depan,dan benar Morgan sudah berada di sana
"Malam om,tante" sapa Morgan
"Hey malam Morgan,kalian mau pada kemana?"
"Ke butik Hana" jawab Sheva
"Ke toko buku om" jawab Morgan
Kedua orang tua Sheva bingung kenapa keduanya menjawab hal berbeda
"Maksud Morgan kita mau ke butik dulu sehabis itu baru ke toko buku,iya kan Gan??"
"Iya om"
"Ya sudah kalau begitu hati-hati ya"
"Morgan,om titip Sheva ya?"
"Iya siap om"
Setelah berpamitan mereka segera berangkat,di perjalanan Morgan melirik Sheva yang sudah tidak sabar bertemu dengan Marcell.
"Kamu mau ngapain ketemu dia?" jawab Morgan
"Aku mau jelasin ke kak Cello kalau hubungan aku sama dia masih bisa di lanjutan,aku juga akan ngomong kalau kamu akan batalkan perjodohan kita"
Morgan langsung terdiam dan tidak bertanya lagi,hingga mereka sampai. Sheva segera turun dan berdiri di samping pintu kemudi
"Kamu langsung pulang aja"
"Terus nanti kamu pulangnya gimana?"
"Nanti biar kak Cello yang antar"
"Kalau mami sama papi kamu tahu?"
"Enggak,sampai depan aja"
"Kamu yakin?"
"Iya"
"Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu,kamu jaga diri baik-baik"
"Iya"