Naiki, seorang gadis cantik, cerdas, tegas, dan berani, namun berhati dingin. Ia dan Rhean kakaknya, menderita suatu gangguan mental akibat kekejaman ayah kandung mereka dimasa lalu. Penyiksaan fisik dan batin mereka dapatkan. Ketika penderitaan mereka berakhir, kebersamaan dengan ibu mereka pun ikut berakhir.
Dua puluh tahun kemudian Naiki kembali. Dengan status dan kemampuan bertarungnya yang luar biasa, Naiki ingin merebut kembali perusahaan ibunya yang dirampas paksa. Tidak ada kata ampun di kamusnya. Semua orang jahat, harus merasakan penderitaan yang pernah ia rasakan.
Namun, saat ia akan memulai misinya, ia dijodohkan dengan seorang pria tampan pemilik perusahaan besar yang tidak sengaja ditolongnya.
"Kau tenang saja, aku akan meminta kakek untuk menjadikanku milikmu secepatnya."
Kalimat pria itu seakan menghipnotis Naiki dan membuat hatinya meleleh. Apakah misinya akan berjalan sesuai rencana walaupun ia sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annadrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 Yang Penting Halal
Hari pernikahan Darel dan Naiki pun tiba. Sejak pagi para pelayan sudah sangat sibuk. Sebagian dari mereka ditugaskan untuk mengecek persiapan di hotel milik keluarga Gerandra, tempat akan dilaksanakannya pernikahan Naiki dan Darel.
Naiki dan Darel akan menikah secara tertutup. Hanya keluarga terdekat dan yang mereka percaya yang dapat menghadiri acara tersebut. Walaupun hanya sedikit orang yang akan hadir, Darel tetap ngotot akan mengadakan acara di hotel milik keluarganya.
Pagi ini Darel berkumpul dengan keluarganya. Terlihat Kakek Gerandra, Mama Vanya, dan adiknya, Syakilla yang baru saja tiba kemarin sore. Ada sesuatu yang harus Darel sampaikan kepada keluarganya mengenai Naiki.
"Kakak, ada apa sih pagi-pagi? Killa kan masih ngantuk Kak. Acaranya bukannya nanti malam?" Rutuk Syakilla sambil mengucek matanya dan menguap berkali-kali.
"Sini, duduk!" Perintah Darel pada adiknya yang masih mengenakan piyama.
"Kau belum menyapa Kakakmu sejak kemarin, gadis manja." Ucap Darel sambil merangkul adiknya. Syakilla merasa risih karena sebelah tangan Darel melingkar di bahunya.
"Ih, sudah mau punya istri, masih juga jahil." Ledek Killa sambil meronta melepas tangan Darel. Ia lalu bergegas pindah ke sofa di sebelah Mamanya.
Darel terkekeh melihat adiknya. Di mata Darel, Syakilla tetaplah gadis kecil walaupun umurnya sudah menginjak 22 tahun. Syakilla saat ini sedang menjalani pendidikan dokter spesialisnya di Jerman. Ia adalah gadis yang sangat pintar. Killa lulus SMA di usia yang baru menginjak 16 tahun, lalu melanjutkan pendidikan ke fakultas kedokteran.
"Ada apa Darel? Apakah ada masalah dengan persiapan pernikahannya?" Tanya Kakek Gerandra.
"Semuanya lancar Kek. Tapi ada hal penting yang harus Darel sampaikan. Ini berkaitan dengan Naiki." Ujar Darel. Wajahnya terlihat serius.
"Selama ini ternyata Naiki menderita Haphephobia. Dia tidak bisa menyentuh atau pun disentuh orang lain." Ucap Darel dengan wajah sulit ditebak. Ekspresinya sungguh datar. Berbeda dengan Kakek Gerandra, Vanya, dan Killa. Mereka sangat terkejut mendengar penuturan Darel.
"Karena kondisi Naiki itu, Darel harap kalian bisa memaklumi apabila Naiki tampak menghindar, bahkan bila kalian ingin menjabat tangannya sekali pun." Darel menghela nafas sejenak. "Naiki akan segera melanjutkan pengobatannya. Dan tolong kakek, mama, dan Killa bisa membantunya. Biarkan ia berusaha sedikit demi sedikit mengontrol phobianya." Tutur Darel panjang lebar.
Vanya lalu mendekati Darel dengan kursi rodanya. Ia lalu meraih tangan Darel dan menggenggamnya, berusaha menguatkan Darel. Begitu pun dengan Kakek Gerandra. Ia mendekati Darel lalu menepuk pundak Darel beberapa kali, berusaha menghibur cucunya. Serta Killa yang kembali mendekat dan memeluk kakaknya dari samping.
"Terus gimana dengan Kakak?" Tanya Killa penasaran.
"Apanya yang gimana?" Tanya Darel sambil menatap adiknya.
"Lha, masa iya punya istri, tapi nggak bisa disentuh sih?" Oceh Killa sambil memutar bola matanya.
"Dasar anak kecil! Gini ya bocah, yang penting judulnya itu halal." Kekeh Darel kemudian. "Kakak yakin dia bisa sembuh kok." Ucapnya sambil mengusap kepala adiknya.
**********
Di kediaman Caraka, tampak Naiki sedang menikmati sarapannya. Hari ini ia tidak ikut sarapan bersama Kakek, Rhean, dan Elis, karena Naiki bangun kesiangan. Semalaman ia lembur mengerjakan laporan-laporan perusahaannya.
Hari ini adalah hari sabtu, Naiki yang notabene adalah karyawan baru di Brata Corp, tidak mesti repot untuk mengatur izin tidak masuknya. Karena izin kerja untuk karyawan baru seperti Naiki pasti sangat susah didapat. Naiki lalu mengusap ponselnya. Ia menelpon Sisi sambil terus menikmati sarapannya, hal yang sangat jarang ia lakukan, terlebih bila ada kakek Caraka di sana.
"Selamat pagi Nai." Sahut Sisi.
"Pagi Sisi. Apa kau lupa ini hari apa?" Tanya Naiki sambil meraih gelas berisi air putih di sampingnya.
"Tentu saja aku ingat." Jawab Sisi cepat.
"Baguslah. Temui aku di president suite Gerandra Grand Hotel jam 1 siang." Ucap Naiki tanpa basa-basi lalu langsung memutuskan panggilan teleponnya. Sisi menghela nafas dibuatnya.
Naiki lalu menghabiskan sarapannya dengan cepat, lalu bergegas kembali ke kamarnya dan bersiap-siap menuju hotel milik keluarga Gerandra karena sejak ia belum bangun tadi, ponselnya sudah beberapa kali mencatat panggilan tak terjawab dari Elis, Kakek Caraka, dan Rhean.
Pukul 12.30 Naiki sudah tiba di Gerandra Grand Hotel. Di lobby hotel, terlihat Elis sudah menunggunya. Ia duduk di sofa tamu yang sudah disediakan di sana. Elis terlihat sudah gelisah, karena Naiki tak kunjung tiba.
Naiki lalu menghampiri Elis, kemudian meminta kunci kamar pada resepsionis. Mereka kemudian bersama-sama menuju kamar yang sudah dipersiapkan untuk calon pengantin wanita.
"Nai, apakah tidak apa bila penata rias yang merias wajahmu? Ini hari istimewa Nai. Masa iya sih, pengantinnya merias wajahnya sendiri?" Oceh Elis setibanya di kamar mewah tersebut. Naiki menaikkan satu alisnya.
"Hei, kau sudah meremehkan kemampuanku, Kakak ipar." Cetus Naiki.
"Penata rias, MUA atau apalah namanya itu, kau minta untuk merias wajahmu dan sekretaris pribadiku saja." Pinta Naiki. Elis menjadi bingung mendengar kata sekretaris. Setahu Elis, Naiki hanya memiliki Asisten, dan dia seorang lelaki.
"Sekretaris? Siapa?" Tanya Elis.
"Sebentar lagi dia akan tiba. Dan satu lagi, kau sudah menyiapkan gaun lain sesuai ukuran yang aku minta kan Kakak ipar?" Tanya Naiki. Ekspresinya berubah menjadi manja.
"He-em." Sahut Elis malas.
Sisi akhirnya tiba. Ia langsung menuju kamar yang Naiki maksud. Elis dan Sisi kemudian di arahkan menuju kamar lain untuk bersiap-siap. Sedangkan Naiki lebih memilih merias diri sendiri tanpa ada yang menemaninya di kamar mewah itu.
Waktu demi waktu berlalu. Naiki telah siap dengan gaun mermaid bewarna misty grey. Wajah cantiknya semakin terlihat menarik karena polesan make up dari tangannya sendiri yang terbilang sangat terampil. Orang lain yang melihat tidak akan mengira jika Nona muda itu merias wajahnya sendiri.
Di ruangan lain, tepatnya di ruangan khusus milik Darel di hotel itu. Terlihat Darel telah siap dengan setelan jasnya yang bewarna misty grey juga. Serasi dengan gaun yang dikenakan oleh Naiki. Tubuh tinggi dan tegapnya menambah nilai ketampanannya. Dadanya terasa berdegub kencang, namun tetap terlihat tenang. Tidak akan ada yang menyangka kalau pria tampan itu sedang gugup saat itu.
Di meja tamu, tepatnya di depan pintu utama untuk memasuki acara pernikahan Tuan Muda Gerandra dan Nona muda Caraka, sudah berjejer petugas keamanan dengan seragam putihnya. Mengapa seragam putih? Karena tidak ingin terlihat terlalu mencolok apabila menggunakan seragam yang biasa mereka gunakan, yaitu warna hitam.
Semua tamu yang masuk adalah orang terdekat, keluarga, dan orang yang paling mereka percayai. Setiap tamu wajib mengisi data dan melakukan pemeriksaan ketat, serta menyetujui sebuah pernyataan tidak akan menyebarkan informasi terkait mempelai wanita dan tidak akan mengambil gambar apa pun bentuknya. Mereka semakin penasaran, seperti apakah rupa Nona Muda Caraka, Sang CEO Caraka Corp yang misterius itu.
Banquet Hall tempat diadakannya acara pernikahan Naiki dan Darel terlihat sudah ramai dengan tamu. Ruangan itu terlihat sangat indah dengan dekorasi mewah. Banyak bunga-bunga asli bewarna putih yang menghiasi banquet hall itu. Lampu-lampu kristal pun bergantung dengan indah seperti sekumpulan berlian di langit-langit ruangan. Sungguh dekorasi yang simple namun terlihat sangat mewah.
Persiapan dari wedding organizer pun sudah selesai 100%. Saatnya mempelai Pria dan wanita masuk ke ruangan besar itu.
Mereka sungguh pasangan pengantin yang menakjubkan. Pria tampan dan wanita cantik yang memiliki harta berlimpah dan kekuasaan tentunya. Setiap mata menatap mereka kagum.
"Itu Nona Rhea Caraka? Ya Tuhan....dia sungguh cantik." Ucap salah seorang tamu.
"Dia Nona Rhea yang misterius itu? Pantas saja dia selalu menutupi wajahnya. Dia benar-benar seperti bidadari."
"Dia sempurna. Oh tidak tidak. Mereka benar-benar pasangan yang sempurna."
"Aku iri dengan Tuan Muda Gerandra."
"Aku malah iri dengan Nona Rhea."
Berbagai komentar terucap di setiap meja di ruangan tersebut. Mereka dibuat takjub dengan penyatuan kedua keluarga besar itu.
Acara pernikahan pun berlangsung dengan tenang tanpa gangguan apa pun. Naiki dan Darel telah resmi menjadi sepasang suami istri. Darel yang sedari tadi gugup terlihat lebih tenang saat melihat pengantinnya.
"Wanita ini istriku sekarang? Dia benar-benar cantik." Batin Darel sambil terus menatap istrinya.
"Ya Tuhan....aku sudah tidak single lagi sekarang." Batin Naiki tidak percaya. Ia terus berdiri di samping Darel, melempar senyuman kepada setiap tamu yang datang menghampiri.
Darel lalu meraih tangan Naiki dan menjalin jari-jarinya di jari-jari tangan kanan Naiki. Ia tidak ingin orang-orang datang dan bersalaman kepada istrinya. Bukan hanya karena tidak ingin phobia Naiki kambuh. Tapi juga tidak ingin wanitanya disentuh orang lain selain dirinya. Darel sungguh posesif malam itu.
Dari kejauhan, Syakilla terus menerus memperhatikan Darel dan Naiki. Ada satu pertanyaan yang mengganjal di pikirannya. Ia lalu mengungkapkannya pada Mamanya.
"Ma, kata kak Darel, kakak ipar phobia. Tapi Killa perhatiin daritadi Kak Darel menggandeng kakak ipar terus." Oceh Killa. Pandangan Vanya beralih pada sepasang pengantin itu.
"Eh iya. Mama juga bingung La." Ucap Vanya.
"Jangan jangaaaaann...."
"Jangan jangan apa bocah?" Sela Vanya pada anak gadisnya.
"Jangan-jangan kita dibohongin Ma." Kekeh Syakilla.
"Nggak mungkin lah. Darel mana pernah bohongin Mama." Bantah Vanya cepat.
"Lah jadi?" Killa sungguh penasaran. Ia lalu berdiri dan ingin mendekati sepasang pengantin itu. Tapi tiba-tiba...
Bruuukkkkk....
************
Wajahnya Author tutup karena belum dapat ilustrasi yang pas untuk Darel dan Naiki 🤭
Terus dukung Author yaa... Thanks