Rangga adalah seorang pemuda yang mendapatkan warisan sepasang mata sakti. mata sakti mampu menembus benda apapun, juga memberikan kemampuan medis dan ilmu beladiri.
Namun untuk mendapatkan mata sakti itu, Rangga menjadi bisu selama 5 tahun. tanpa di duga dia menikahi seorang wanita yang sangat cantik. Namun istrinya tidak mencintainya sama sekali.
Namun dirinya selalu di rendahkan oleh keluarga istrinya karena bisu dan tidak berguna.
Setelah 5 tahun berlalu, Rangga akan menggunakan mata saktinya untuk merubah takdirnya dan mendapatkan hati istrinya.
Bagaimana kelanjutannya bisa di baca di novel ini ya !!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 12 KAMU ADALAH ISTRIKU
Kemudian tiba-tiba saja Jaka mengambil sebuah batu dengan banyak kristalisasi di luarnya. Batu itu ternyata adalah potongan batu yang di lelang sebelumnya. Menurut pengalamannya selama ini, Jaka begitu yakin bahwa di dalamnya pasti terdapat giok. Sehingga Jaka membelinya dengan harga 3 milyar.
"Anak muda, bisakah kamu melihat batu yang baru saja aku beli dari pelelangan?" ujar Jaka kepada Rangga dengan menunjukkan sebongkah batu di tangannya.
"Wah kristalisasi banyak sekali, pasti di dalamnya terdapat giok," ujar salah seorang yang melihat batu di tangan Jaka.
"Kalau itu tidak perlu di ragukan, tuan Jaka sangat berpengalaman dalam memilih batu," ujar orang yang lain lagi.
Rangga mulai mengeluarkan kekuatan matanya. Sekilas cahaya keluar dari dalam mata Rangga dan langsung menembus batu tersebut.
"Ini adalah batu biasa, tidak ada yang spesial di dalamnya," ujar Rangga.
Seketika ucapan Rangga ini membuat semua orang menjadi terkejut mendengarnya.
"Barang di pelelangan ini adalah barang-barang terpilih, apa dia buta," ujar salah seorang di sana mengatai Rangga.
"Barang yang di pilih oleh tuan Jaka, sudah pasti sangat berharga," ujar orang yang lain.
"Mungkin sebelumnya dia cuma beruntung saja, pada kenyataannya bocah ini sama sekali tidak tahu apa-apa," ujar orang yang lain lagi.
Orang-orang mulai kembali mencemooh Rangga karena di nilai tidak memiliki kemampuan, tapi berani asal bicara saja. Jaka memiliki nama besar dalam dunia judi batu, jelas saja tidak ada orang yang akan meragukan batu yang telah di pilih olehnya.
"Haha, kita baru bisa tahu, ada tidaknya giok di dalam batu ini dengan membelahnya," ujar Jaka.
Jaka sebelumnya juga sedikit terkejut karena perkataan Rangga barusan. Padahal dirinya sangat yakin di dalam batu ini ada giok. Namun semua akan segera di ketahui bila batunya sudah terbelah.
Kemudian Jaka memberikan batu itu kepada petugas di sana dan memintanya untuk memotongnya.
"Hari pertama ikut judi batu kamu cukup beruntung, tapi juga tidak boleh menganggap diri terlalu hebat" ujar Naura mengatai Rangga.
"Beraninya membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab terhadap batu pilihan ayahku, lihat saja, bagaimana selanjutnya kamu akan berdalih," sambung Naura.
namun yang terjadi selanjutnya membuat semua orang lebih terkejut lagi. Hasil dari potongan batu itu di luar ekspektasi semua orang.
"Batu ini di luarnya saja berwarna hijau, di dalamnya kosong, batu ini sama sekali tidak bernilai," ujar petugas yang telah selesai memotong.
Terlihat batu yang telah di potong menjadi dua bagian. di dalam batu itu terlihat kosong tanpa ada giok di dalamnya.
"Ini bagaimana mungkin, ayah dari dulu tidak pernah salah dalam menilai," ujar Naura seolah tidak percaya.
Miranda juga tidak menyangka apa yang di katakan oleh Rangga ternyata benar. batu itu sama sekali tidak memiliki giok di dalamnya.
"Dia ini sejak kapan memiliki kemampuan seperti ini, aku merasa seperti orang asing saja," ucap Miranda dalam hati mengatai Rangga.
Orang-orang juga tidak menyangka bahwa batu pilihan Jaka benar-benar tidak ada giok nya seperti yang di katakan oleh Rangga sebelumnya.
"Haha... ternyata akhirnya aku membuat kesalahan, tidak di sangka kamu begitu hebat," ujar Jaka kepada Rangga.
Jaka mulai merasa kagum terhadap sosok Rangga dan tertarik kepadanya. Di usianya yang masih muda, dia memiliki bakat yang luar biasa dan mungkin kelak dia kan menjadi orang besar dalam bidang ini, pikir Jaka.
"Perusahaan ku kekurangan ahli penilai dalam batu giok, kalau kamu tertarik, kamu bisa mencobanya," sambung Jaka.
Jaka sangat tertarik kepada Rangga dan berniat untuk memperkerjakan nya di perusahaan nya.
"Tuan Jaka, aku..." belum sempat Rangga menjawab, jaka sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Tidak perlu terburu-buru untuk menjawab, kamu bisa mempertimbangkannya terlebih dahulu," potong Jaka.
"Tunggu kita bertemu lagi, baru berikan jawabannya," sambung Jaka.
Jaka mulai berjalan pergi bersama bawahannya. Naura juga berpamitan kepada Miranda dan langsung mengejar ayahnya.
"Ayah, apa kamu benar-benar salah menilai?" tanya Naura.
Naura masih tidak bisa mempercayai kejadian barusan. Ayahnya begitu sangat hebat dalam dunia batu, jadi tidak mungkin membeli sebongkah batu yang tidak bernilai.
"Haha... coba tebak," jawab Jaka sambil tertawa.
Beberapa menit kemudian Rangga dan Miranda sedang dalam perjalanan pulang menggunakan mobilnya.
"Sejak kapan kamu bisa judi batu?" tanya Miranda di dalam mobil.
"Aku mempelajarinya dari buku, jika kamu tertarik, aku bisa mengajarimu," jawab Rangga.
Rangga terpaksa berbohong karena Miranda pasti tidak akan percaya bahwa dirinya memiliki sepasang mata sakti yang mampu menembus segalanya.
"Rangga, apa kamu dari dulu membohongi ku?" Miranda terlihat marah.
Akhir-akhir ini Rangga terlihat sangat berbeda seolah ada sesuatu yang sedang dia sembunyikan dari Miranda.
"Apa?" balas Rangga.
"Kenapa kamu berpura-pura bisu menjadi orang cacat?" tanya Miranda.
Rangga mulai diam dan teringat di saat dirinya sedang berada di penjara. Di sanalah dia mendapatkan mata sakti yang di berikan oleh seorang kakek tua. Pada waktu itu juga Rangga menjadi bisu. Baru setelah 5 tahun kemudian dirinya bisa berbicara kembali.
"Aku tidak membohongi mu, aku memang bisu," ujar Rangga.
Pada kenyataannya Rangga memang tidak bisa berbicara sama sekali dan tidak membohongi Miranda.
"Lupakanlah kalau kamu tidak ingin cerita," ujar Miranda.
"Tapi kenapa kamu setuju menikah denganku, padahal kamu tahu bahwa aku hanya memanfaatkan mu?" sambung Miranda bertanya.
"Apa kamu masih mengingat kejadian di kampus dulu?" tanya Rangga.
Kemudian Rangga mulai menceritakan kejadian dimana dirinya sedang ditindas dan di buli oleh anak-anak kampus. Rangga yang hanyalah orang biasa juga hanya bisa pasrah menerimanya. Ingin rasanya dirinya untuk melawan, namun tidak memiliki keberanian untuk itu.
Kemudian Miranda datang membantunya dan mengusir orang-orang yang menindas nya. Miranda kemudian membantunya untuk berdiri dan menanyakan kondisinya.
"Iya aku mengingatnya," jawab Miranda.
"Ketika kamu datang mencari ku untuk menikah denganku ketika lulus kuliah, aku sangat senang sekali," ujar Rangga.
Rangga secara tidak langsung mulai memberitahukan perasaannya kepada Miranda selama ini.
"Meskipun aku tahu bahwa sebenarnya aku hanyalah alasan untukmu," sambung Rangga dengan sedikit lemah.
Pada saat itu juga Rangga jatuh hati kepada Miranda. Dirinya begitu sangat mencintai Miranda yang begitu baik terhadapnya. Hal itu juga yang membuatnya selama ini bertahan mendapatkan penghinaan dari keluarga Miranda dan berharap kelak Miranda juga akan jatuh hati kepadanya.
"Kalau begitu, apakah kamu tidak membenciku?" tanya Miranda.
Sejujurnya Miranda juga merasa bersalah kepada Rangga dengan sikap egoisnya ini.
"Bagaimana mungkin aku bisa membencimu," jawab Rangga sambil tersenyum.
"Kamu tidak pernah berbuat kesalahan kepadaku dan di dalam lubuk hatiku, aku selalu menganggap mu sebagai istriku," sambung Rangga.
Seketika Miranda merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya. Jantungnya berdegup dengan cepat dan tidak karuan.
"Dasar Rangga tengik, kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu?" pikir Miranda.
Tampak wajah Miranda mulai memerah karena ucapan Rangga ini. Segera Miranda memalingkan wajahnya ke arah jendela karena malu.
Setelah kembali tenang, Miranda mulai mengeluarkan sebuah kartu bank yang sebelumnya di berikan oleh Rangga dan selembar cek yang di berikan oleh Jaka.
"Rangga, kamu mendapatkan uang ini dengan susah payah, aku tidak bisa menerimanya, aku kembalikan kepadamu," ujar Miranda hendak mengembalikan sebuah kartu bank dan selembar cek tunai.
"Bukankah perusahaan mu sedang membutuhkan uang, kamu gunakan saja uang dalam kartu bank itu dan cek itu adalah hasil dari jual giok sebelumnya, giok itu sudah ku berikan untukmu, jadi cek itu juga milikmu," balas Rangga sambil fokus mengemudikan mobilnya.
"Tapi..." belum sempat Miranda berucap langsung di potong oleh Rangga.
"Bukankah aku sudah mengatakannya, kamu adalah istriku, uangku adalah milikmu," potong Rangga.
"Kamu..." Miranda juga hanya bisa kembali menyimpannya.
Di gas ken
Mumpung lagi seru
Tetap Semangat
Bukannya rangga?