Aku terpaksa mengikuti permainan orang orang kaya dengan meminum satu botol wiski demi uang untuk operasi jantung adikku.
Siapa sangka setelah itu aku terbangun di pagi harinya sudah kehilangan kesucianku, dan yang lebih menyakitkan lagi, aku sama sekali tidak tahu siapa pria yang sudah menodaiku.
Dengan berlinang air mata, aku kabur dari hotel menuju rumah sakit. Aku menangis sejadi-jadinya untuk menghilangkan sesak di dadaku.
Aku Stevani Yunsu bukanlah wanita murahan. Apakah pria itu akan bertanggung jawab atas perbuatan malam itu?
Ikuti cerita novelku...🤗🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Juana Benar
"Anak nakal, kali ini kau tidak bisa menolaknya Zio. Jika kau melakukannya, bunuh saja mommy mu ini." ancam Falera.
Ancaman Falera Cruise membuat Zionel sangat terkejut, ini pertama kalinya ibunya mengatakan hal seperti itu. Sebelumnya jika ia menolak melakukan kencan buta, ibunya tidak pernah mengancamnya seperti itu. Ia hanya mengomel sepanjang hari saja.
"Seperti apa Varisa ini, mengapa mommy sangat ingin aku bersamanya." pikir Zionel penasaran.
"Ya Tuhan... ucapan macam apa itu mom. Baiklah, aku akan melakukannya setelah pekerjaanku selesai disini. Tapi aku tidak janji secepatnya pulang ke kota D, aku masih ingin melihat Heni bekerja sebagai manager baru di perusahaan cabang. Mommy mengertilah, jangan terus menggangguku dengan masalah kencan buta. Ayolah mom, aku belum ingin menikah karena..."
"Mommy tidak menyuruhmu langsung menikah Zio." potong Falera. "Mommy hanya ingin kau setidaknya memiliki kekasih, sudah 5 tahun lebih kita berusaha mencari Haena, sudah cukup kau mengorbankan kebahagiaanmu demi adikmu. Kau juga harus bahagia sayang." sambungnya seraya terisak.
Zionel paling benci jika mendengar atau melihat ibunya menangis. Ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan itu karena akan membuat ibunya semakin menangis.
"Mom... aku ada pekerjaan, nanti aku akan menghubungi mommy lagi. Dah mom...!" ujar Zionel seraya menutup ponselnya tanpa mendengarkan jawaban ibunya lagi.
"Air mata lagi, dan itu akan selalu ia tunjukkan di depanku." gumam Zionel kesal.
"Bu Presdir tak ingin anda menderita terus menerus pak Zio. Ia juga sangat menyayangi anda." kata Alex.
"Aku tahu itu, tapi setiap kali mendengar atau melihatnya menangis, hatiku sangat hancur Lex. Aku ingin segera melihatnya tersenyum dan bahagia kembali dengan menemukan Haena."
"Aku akan lebih berusaha mencari keberadaan nona Haena pak Zio."
"Terima kasih Lex."
Ponsel Zionel kembali berdering, ia kembali menatap layar ponselnya. Ia hanya menghela nafas panjang lalu melempar ponselnya ke kursi mobil.
"Bu Presdir belum selesai bicara pak Zio. Anda memutuskan telepon begitu saja."
"Kau tahu saja jika itu mommy. Biarkan saja, jika aku lanjutkan, ia akan terus menangis." jawab Zionel.
Alex tertawa, kali ini ponselnya yang berbunyi.
"Jika itu mommy ku, jangan diangkat." perintah Zionel.
"Maka aku akan menerima satu sampai dua jam omelan darinya." jawab Alex.
"Kau bisa mencari alasan nanti. Biarkan aku sampai ke hotel dengan tenang."
"Oke baiklah pak Zio."
Alex melihat ponselnya dan benar saja itu dari Falera Cruise. Ia menghela nafas panjang, membiarkan ponselnya terus berdering sampai berhenti sendiri. Ia pun kembali fokus ke jalanan menuju hotelnya.
*****
Zaline menatap bu Yoyoh yang sedang duduk di sofa, ia tak menyangka bisa mengenal orang sebaik wanita itu. Zaline merasa kini ia memiliki seorang ibu. Bu Yoyoh menyadari tatapan Zaline, wanita itu mendongak dan menatap Zaline.
"Apa neng Zaline butuh sesuatu?" tanya bu Yoyoh.
Zaline menggelengkan kepalanya. "Apa keluarga ibu tidak marah?"
"Marah? Untuk apa neng?"
"Bu Yoyoh meninggalkan mereka untuk merawatku disini."
Bu Yoyoh tertawa. "Ibu tinggal dengan anak ibu yang sudah berkeluarga. Jadi tidak ada yang merasa ditinggalkan neng."
"Bu... jika terjadi sesuatu padaku, bisakah bu Yoyoh terus menjaga kakak? Kak Vani itu wanita yang sangat baik, ia bukan wanita yang dikatakan orang orang."
"Neng Zaline bicara apa sih, neng pasti baik baik saja. Jika neng Zaline tidak ingin bersama neng Vani lagi, pasti neng Vani tidak mau hidup lagi. Jadi jangan berpikir yang tidak-tidak. Pokoknya neng Zaline harus punya keyakinan akan sembuh."
Zaline menganggukkan kepalanya. "Aku hanya berandai-andai saja bu."
"Tidak boleh berandai-andai seperti itu neng, tidak baik."
"Maaf bu."
"Sudah jangan banyak berpikir, neng Zaline harus punya pikiran tenang. Dokter juga bilang operasinya pasti sangat berhasil. Neng Zaline akan kembali sehat seperti dulu lagi."
"Bu... kata kakak perawatan di kelas satu akan lebih baik dari sebelumnya. Jadi, jika ibu lelah dan ingin pulang tidak apa apa, aku baik baik saja sendirian."
"Bu Yoyoh tidak punya anak kecil yang harus diurus lagi, biarkan ibu tetap disini neng. Jika neng Vani sudah pulang kerja, ibu pulang sebentar. Lalu kembali kesini lagi, ibu mau melakukan itu dengan sukarela. Jadi neng jangan selalu mengusir bu Yoyoh."
Zaline tersenyum. "Aku sama sekali tidak mengusir, hanya khawatir dengan kesehatan bu Yoyoh."
Bu Yoyoh tertawa. "Penyakit neng Zaline tidak menular, jadi bagaimana ibu bisa sakit. Hais sudah neng, istirahat lagi. Bu Yoyoh mau mandi dulu, disini lebih tenang jika mandi. Untung ibu bawa baju ganti."
"Bolehkah aku mandi juga?"
"Nanti bu Yoyoh yang bantu neng lap badan, jangan mandi seperti biasa. Neng tetap cantik walaupun tidak mandi."
Zaline akhirnya tertawa. "Bu Yoyoh bisa saja, terima kasih bu."
"Ya Allah... bu Yoyoh sampai tak bisa menghitung berapa kali neng Zaline dan neng Vani bilang terima kasih." ujarnya seraya melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Zaline tersenyum lagi, ia menatap langit langit rumah sakit. Tatapannya kosong, ia harus membantu kakaknya mencari uang untuk membayar hutangnya. Ia merasa pria yang datang tadi pagi bukanlah pria yang baik. Ia tak ingin kakaknya terikat dengan pria seperti itu.
*****
Stevani bekerja namun pikirannya melayang entah kemana, ia masih memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang. Jika malam ini berakhir artinya waktu perjanjian itu tinggal 4 hari lagi.
"Van...! Hei...!" panggil Juana teman kerjanya.
"Ah iya Jua, ada apa?" tanya Stevani.
"Astaga apa yang sedang kau pikirkan nona? Kau tidak mendengar aku bilang apa tadi?"
Stevani menggelengkan kepalanya. "Maaf Jua."
"Aku bertanya bagaimana keadaan adikmu?"
"Puji Tuhan sudah stabil, ia akan melakukan operasi lusa."
"Syukurlah... maaf kalau boleh bertanya, darimana kau mendapatkan uang operasinya?"
"Mas Dani... ia membantuku meminjamkan uangnya. Jua... bagaimana pertama kalinya kau minum?" tanya Stevani.
Juana mengerutkan keningnya. "Minum? maksudmu alkohol?"
Stevani mengangguk.
"Apa yang ingin kau lakukan hingga bertanya seperti itu?" tanya Juana penasaran.
"Aku ingin mencari uang lebih, mas Dani memberiku waktu 5 hari untuk mengembalikan uangnya. Aku tak bisa berpikir lagi bagaimana caranya mendapatkan uang secepat itu."
"Apa pria itu tidak waras? Itu bukan menolong tapi memeras. Tunggu, apa ia memang sengaja menjebakmu seperti ini?"
Stevani kembali mengangguk dengan sedih.
"Benar benar pria gila, aku akan memukulnya hingga babak belur." ujar Juana kesal.
"Kau seorang wanita bukan preman." kata Stevani sambil tertawa.
"Aku sangat kesal mendengarnya Van, aku kira ia benar benar menjadi malaikat buatmu. Tadi aku hampir memujanya, tapi ternyata ia sedang memanfaatkan keadaan. Pria itu benar benar tak bisa menerima penolakan, pria kaya memang selalu seenaknya saja." omel Juana membuat Stevani semakin tertawa.
Akhirnya ia bisa melepaskan kesedihan hatinya setelah mendapat hiburan dari teman kerjanya.
"Aku tak yakin kau bisa minum Van. Pertama kalinya aku memberanikan diri untuk melakukan itu, aku langsung muntah setelah meminum satu gelas. Tapi setelah itu aku memang terbiasa, aku bahkan sanggup meminum satu botol. Tapi kau juga harus siap dilecehkan, pria yang ditemani minum akan menyentuh kita seenaknya." ujar Juana.
Seketika Stevani memucat, hal seperti itulah yang sangat ia takuti. Melihat ekspresi wajah Stevani membuat Juana justru tertawa.
"Aku tahu kau tak akan bisa melakukannya. Jangan berpikir untuk melakukannya jika tak sanggup, itu akan menyiksa diri sendiri." sambung Juana.
"Lalu apa yang harus aku lakukan Jua?" tanya Stevani sedih.
"Kecuali kau ingin menjual kesucianmu, kau bisa mendapatkan uangnya dalam satu malam." goda Juana membuat Stevani langsung terbelalak.
*****
Happy Reading All...