Jiwa Dr. Nofia terbangun dalam raga yang kontras 180 derajat. Elara Vesta, putri tunggal dari Marquess Vesta yang malang. Tubuh Elara adalah lambang kelemahan dan ketakutan, ia hidup dalam kemiskinan dan ketidakberdayaan setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, meninggalkannya sendirian dan sering menjadi sasaran perundungan.
Namun, begitu mata Elara terbuka, yang ada di dalamnya bukanlah ketakutan, melainkan ketajaman seorang dokter dan ketegasan seorang pejuang. Dengan modal Ruang Ajaib Dr. Nofia kini sebagai Elara harus menggunakan pengetahuan medisnya yang canggih, keterampilan beladiri nya, dan kecerdasannya untuk bertahan hidup di dunia barunya.
Misi pertamanya. Balas dendam, merebut kembali kehormatan dan kekayaan keluarga Vesta yang hampir punah dan membuktikan bahwa kelemahan Elara yang lama sudah mati.
Di saat Elar menjalani misi nya, Elara di hadapkan dengan seorang Pria yang merupakan Pangeran Mahkota dari kerajaan tetangga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTARUNGAN DI KUIL
Elara tersenyum tipis saat membaca surat dari Regantara, surat itu bukan ancaman, tapi itu adalah undangan, pengakuan dari seorang prajurit.
Pejuang yang menghormati musuhnya. Elara menyukai kalimat itu.
Akhirnya, ada seseorang yang tidak akan dia lawan dengan surat, racun, atau intrik politik.
"Emi, aku akan keluar malam ini, mungkin aku akan terlambat pulang, kamu tidak perlu khawatir, dan tidak perlu menunggu," ucap Elara saat senja mulai menyelimuti Ibu Kota.
"Baik, Nona, hati-hati," jawab Emi, tanpa bertanya.
Kepercayaan buta Emi kini adalah salah satu aset terbesar Elara.
Malam itu, dengan jubah yang sama gelapnya dengan hutan, Elara tiba di Reruntuhan Kuil lama, tempat itu sangat sunyi, dan hanya diterangi oleh cahaya bulan yang mengintip melalui celah-celah atap yang roboh, di tengah kuil itu, ternyata Regantara sudah menunggunya.
Malam ini Regantara tampak berbeda, dia mengenakan baju kulit ringan, pergelangan tangannya yang patah disanggah oleh penahan khusus, dan di tangannya, ia memegang pedang panjang dengan gagang baja yang terlihat mahal.
"Anda datang," ucap Regantara, suaranya kini dingin, tidak lagi meremehkan.
"Saya selalu menghormati undangan yang tulus," jawab Elara, melangkah maju.
Belati kecil milik Elara, yang kini dilapisi lapisan tipis getah tanaman pelumpuh, terselip di balik lengan baju yang Elara kenakan.
"Mengapa Anda menghancurkan ramuan itu, Elara Vesta? Jika itu dapat melumpuhkan Ayah saya, itu pasti juga bisa menyembuhkannya," tanya Regantara, langsung ke intinya.
"Ayah Anda meracuni Ayah saya hingga tewas," jawab Elara, dingin dengan mata berkilat tajam.
"Saya tidak menjual keselamatan, tapi Saya menawarkan keadilan, dan ramuan itu hanya umpan untuk memancing Anda keluar, supaya Anda mengambilnya," lanjut Elara, matanya semakin berkilat tajam.
"Saya tidak berurusan dengan politik, saya seorang prajurit, tapi Saya hanya tahu satu cara untuk mendapatkan jawaban dari seorang pejuang," ucap Regantara menghela napas.
"Tunjukkan pada saya dari mana Anda mendapatkan keahlian itu. Lawan saya!" perintah Regantara, tegas dan menarik pedang milik nya.
SRING
TRANG
Regantara mengayuh kan pedang nya, menyerang Elara lebih dulu, tapi kali ini, tanpa meremehkan.
Pedang milik Regantara melesat dalam serangan tebasan diagonal yang cepat, sebuah manuver militer yang dirancang untuk membuka pertahanan lawan.
TRANG
TRANG
TRANG
Tentu saja Elara tidak tinggal diam, Elara mengangkat belatinya, tetapi tidak untuk menahan, Elara menggunakan belati itu untuk membelokkan bilah pedang Regantara ke samping, mengalihkan momentumnya menjauh dari tubuhnya.
Dengan gerakan gesit dan tidak terbaca, Elara meliuk-liuk dengan cepat, mendekat ke jangkauan pedang panjang, di mana pedang itu tidak efektif.
TRANG
Regantara terkejut dengan pertahanan yang efisien itu.
TRANG
TRANG
Pertarungan mereka berlanjut, dengan saling menyerang dan bertahan, walupun mau di lihat dari sisi mana pun, Elara tetap yang paling unggul.
Regantara mencoba menusuk dengan gagang pedangnya, tetapi Elara merunduk di bawah serangannya, lalu meluncurkan serangan balik yang cepat.
SYUUTT
DHUK
Elara menendang lutut Regantara, menyebabkan Pria itu kehilangan keseimbangan sesaat.
Melihat ke lawan nya lengah, Elara tidak berhenti, ini adalah kesempatan, dengan gerakan cepat Elara meninju rusuk Regantara dengan sisi tinjunya, memukul titik vital yang dipelajarinya waktu di kehidupan pertama nya.
BHUKK
"Aaakkkkkkhhhhh!!"
"Sssssssssttttt!"
Tinjauan dari Elara tidak main-main, Regantara yang merupakan seorang prajurit dengan kemampuan yang setara dengan seorang Jenderal, masih tidak bisa menahan pukulan mematikan dari Elara.
Regantara terhuyung mundur, rasa sakit yang tajam menghantam paru-parunya.
"I-ini bukan teknik Kerajaan," ucap Regantara, terengah-engah.
"Ini adalah teknik bertahan hidup," jawab Elara, sambil berputar dan menangkis serangan Regantara berikutnya.
TRANG
TRANG
TRANG
Setelah mendapatkan pukulan dari Elara, kalu ini Regantara bertarung dengan amarah, dia adalah seorang ahli pedang yang terlatih, perwira militer terbaik, Regantara merasa tidak terima kalau harus di kalah kan oleh seorang perempuan.
Regantara menggunakan berat badannya, meluncurkan serangkaian tebasan cepat yang membuat Elara harus bergerak mundur.
TRANG
TRANG
TRANG
Sementara Regantara menyerang Elara dengan membabi buta, justru Elara bergerak seperti air, meliuk di antara serangan.
SYUTT
SYUTT
TRANG
Elara tahu dia tidak bisa mengalahkan pedang dengan belati, satu-satunya cara dia harus menjatuhkan pedang Regantara.
Saat Regantara mengangkat pedangnya untuk tebasan vertikal yang mematikan, Elara mengambil langkah maju yang berisiko.
TRANG
Alih-alih menghindar, Elara justru menyerbu ke depan, membiarkan pedang itu lewat hanya beberapa inci dari bahunya.
HAP
Elara meraih lengan Regantara dengan kedua tangan, dan dengan teriakan kecil, dia menggunakan teknik Judo yang fokus pada pembalikan sendi.
KRAK
"AAAAAAKKKKHHHHHHHHHHHHH!!"
Suara retakan tulang dari jeritan kesakitan dari Regantara itu, memekakkan telinga.
Suara tulang yang retak itu adalah bahu Regantara yang terlepas dari soketnya, membuat pedangnya jatuh ke tanah dengan dentingan keras.
BRAK
Elara mendorongnya, dan Regantara ambruk ke tanah, menahan kesakitan, dengan wajah yang tampak pucat pasi.
BRUK
"Sssssssssttttt!"
Elara berdiri di atasnya, belatinya menunjuk ke tenggorokannya.
"Apakah kamu masih ingin bertarung, Adipati Muda?" tanya Elara, napasnya sedikit memburu, tetapi matanya tetap dingin.
Regantara menatapnya dengan campuran kejutan, rasa sakit, dan kekaguman, dia tidak pernah melihat gerakan secepat dan seefisien itu.
"S-siapa yang mengajarimu?" tanya Regantara, suaranya serak.
"Ayahku, Jenderal Darren Vesta, dia mengajariku semua yang dia tahu, dan aku belajar sisanya dari para filsuf di dunia yang jauh," jawab Elara, tidak sepenuhnya jujur.
Sekarang, ambil keputusanmu, kamu bisa mati di sini, atau kamu bisa berdiri sebagai prajurit," ucap Elara, menghunuskan belati kecil nya, tepat di depan leher Regantara.
"Ayahmu adalah pengkhianat, jika kamu ingin menyembuhkannya, kamu harus membantu saya membersihkan nama Ayah saya di hadapan dewan dan semua pejabat istana!" lanjut Elara, tegas dengan mata berkilat tajam.
Regantara menahan nafas nya, saat ujung belati kecil milik Elara itu menyentuh kulit leher nya, rasa dingin menjalar di sekujur tubuh nya.
"Lalu bagaimana dengan ramuan itu? Aku membutuhkan nya untuk menyelamatkan Ayah ku," tanya Regantara, dengan suara melunak.
"Keadilan dulu, Ramuan Kehidupan menyusul," jawab Elara, datar.
Elara berdiri tegak, dan menjauhkan belatinya, lalu mengulurkan tangannya pada Regantara yang masih tergeletak di atas tanah.
Regantara menatap tangan itu, lalu ke wajah Elara, Regantra bisa melihat tekad baja di dalam mata Elara, bukan kebencian, Regantara juga tahu, gadis ini lebih berbahaya, lebih jujur, dan lebih mematikan daripada semua intrik yang pernah dia temui.
"Saya menerima tawaran itu," jawab Regantara, meraih tangan Elara dan membiarkan gadis itu menarik berdiri nya.
"Kamu adalah pejuang terhebat yang pernah saya temui," ucap Regantara, dengan rasa hormat yang langka.
luar biasa thor❤❤❤❤❤❤